Namanya Tirto Adhi Soerjo

Minggu, 17 Mei 2015 - 05:50 WIB
Namanya Tirto Adhi Soerjo
Namanya Tirto Adhi Soerjo
A A A
TIRTO ADHI SOERJO merupakan sebuah nama yang dilupakan dalam sejarah Indonesia modern. Tidak banyak yang mengetahui kiprahnya dalam periode kebangkitan nasional Indonesia.

Dia adalah Bapak Pers Indonesia, pelopor pergerakan nasional, penggerak emansipasi wanita, dan orang Indonesia pertama yang mendirikan NV, badan hukum dalam jurisdiksi hukum Eropa, badan usaha yang menggunakan dana masyarakat.

Pramoedya Ananta Toer menyebutnya sebagai manusia pemula, J Eerkelens menyebutnya orang terpenting pada tahun pertama pergerakan nasionalis Indonesia, dan Marco Martodikromo menyebutnya sebagai penggoncang bumiputera dari tidurnya.

Bagaimana kiprah Tirto Adhi Soerjo dalam periode kebangkitan nasional? Kenapa jejaknya tidak terdengar dan terkesan sengaja dikaburkan? Cerita Pagi akan mengulasnya dengan singkat.

Periode kebangkitan nasional ditandai oleh lahirnya kesadaran suku bangsa di Hindia Belanda untuk berjuang bersama dalam satu perkumpulan modern. Masa ini dimulai dengan didirikannya Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) pada 1900.

THHK merupakan perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang Cina keturunan dan banyak melahirkan sekolah-sekolah berbahasa Tionghoa, Inggris dan Belanda, serta mendirikan klinik, dan persekutuan dagang.

Bangkitnya orang-orang Cina keturunan, memicu kesadaran suku bangsa lainnya. Pada tahun 1905, orang-orang Arab keturunan juga ikut mendirikan perkumpulan dengan semangat yang sama bernama Jamiat Ulkhair.

Menjadi nyata, bahwa kaum bumiputera telah tertinggal jauh dari orang-orang Cina dan Arab keturunan dalam memajukan kaumnya di Hindia Belanda. Kesadaran pribumi baru terbangun pada 1906 ditandai lahirnya Sarikat Priyayi (SP).

Sesuai namanya, sasaran pertama perkumpulan itu adalah para priyayi dan bangsawan bumiputera yang berada di seluruh wilayah kekuasan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

Perkumpulan ini juga tidak membatasi anggotanya dari satu suku bangsa saja. Golongan Cina dan Arab yang ingin bergabung pun diperbolehkan. Periode kebangkitan nasional pun mendapatkan momentumnya.

Salah satu tanda kebangkitan itu adalah lahirnya Medan Priyayi sebagai media massa pertama yang dikelola oleh sumber tenaga bumiputera sendiri. Media ini dipimpin oleh Tirto Adhi Soerjo.

Saat aktivitas SP mulai meredup, perkumpulan Budi Utomo pun didirikan, pada 1908. Bapak Politik Ethik Hindia Belanda Mr C Th van Devender dalam majalah De Gids tahun 1908 menyebut peristiwa itu sebagai kebangkitan nasional.

Pernyataan Devender tersebut secara langsung telah memitoskan kelahiran Budi Utomo sebagai tonggak kebangkitan nasional yang mengecilkan peran Tirto Adhi Soerjo mendirikan SP pada 1906.

Pada 1909, Tirto Adhi Soerjo mendirikan Serikat Dagang Islamiah (SDI). Berbeda dengan SP yang menekankan kekuatan priyayi dan bangsawan bumiputera sebagai pendorong, SDI menekankan kekuatannya pada kelas menengah.

Organisasi ini pertama berdiri di Bogor sebagai pusatnya, dan seluruh daerah jajahan Hindia Belanda sebagai cabangnya. Tanggapan atas berdirinya organisasi ini cukup luas, bukan hanya dari kaum bumiputera, tetapi juga para saudagar Arab.

Sesuai dengan namanya, perhatian utama dari gerakan ini adalah untuk memajukan perniagaan kaum bumiputera di Hindia Belanda. Terutama dalam melawan hegemoni perdagangan golongan Cina keturunan.

Dalam perkembangannya, SDI berganti nama menjadi Syarikat Islam (SI) dan pecah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Mengenai hal ini, berbagai penulisan sejarah masih sering menyebut SDI dan SI tidak berhubungan.

Bahkan, ada yang menyebut jika SDI didirikan oleh Hadji Samanhoedi. Padahal, perubahan nama SDI menjadi SI itu atas usul dari Tirto Adhi Soerjo untuk mengikat lebih besar golongan Islam di Hindia Belanda.

Dr Tjipto Mengoenkoesoemo pernah menyatakan, SDI didirikan bertepatan dengan Revolusi Cina terhadap kekuasaan Mansyu. Kekuasaan SDI diserahkan Tirto Adhi Soerjo kepada H Samanhoedi.

Keterangan Dr Tjipto Mangoenkoesoemo itu diperkuat oleh Marco Kartodikromo yang menyatakan SDI yang berada di Solo merupakan cabang dari yang ada di Bogor. Demikian ulasan Cerita Pagi ini diakhiri, semoga bermanfaat.

Sumber:
Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, Hasta Mitra, Jakarta 1985.
Kebangkitan Nasional Indonesia, Wikipedia
Sarekat Islam, Wikipedia
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3620 seconds (0.1#10.140)