Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim Diminta Petakan Dampak Corona
A
A
A
SURABAYA - Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa meminta Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim, untuk memetakan dampak Covid-19 terhadap nelayan, khususnya nelayan yang tinggal di kepulauan. Pasalnya, nelayan di kepulauan ini paling terdampak atas mewabahnya virus Corona di Jatim.
Hal itu disampaikan Khofifah saat melantik pejabat eselon III dan IV di lingkungan Pemprov Jatim di Gedung Negara Grahadi, Selasa (7/4/2020). Menurut Khofifah, sejauh ini hasil tangkapan ikan nelayan, terutama di kepulauan tidak berkurang. Hanya saja harga jual ikan menurun tajam. "Sekarang market (pasar) menurun. Makanya, dampak Covid-19 terhadap nelayan harus diperhatikan," katanya.
Kepala Dinas Perikanan Dan Kelautan Jatim, Mohammad Gunawan Saleh membenarkan bahwa, nelayan saat ini, khususnya di kepulauan seperti Madura, cukup memprihatinkan. Harga ikan di pasaran saat ini turun hingga 30 persen. Bahkan ikan tuna harganya anjlok mencapai 50 persen. Kenaikan harga ikan tuna yang cukup tajam ini karena kurang terserap pasar ekspor. "Sebelumnya sebagian besar ikan tuna itu ke pasar ekspor. Tapi pasar ekspor berkurang. Imbasnya harga ikan tuna turun," ujarnya.
Selama ini, lanjut dia, nelayan yang ada di kepulauan Madura, mengirim hasil tangkapannya ke Bali. Akibat virus Corona yang juga mewabah di Pulau Dewata tersebut, pengiriman menjadi tersendat. Sebab, banyak sektor usaha di Bali, terutama hotel dan restoran yang tutup. "Nah, akhirnya hasil tangkapan dari nelayan kepulauan ini tidak ada yang beli," ungkapanya.
Untuk itu, Gunawan mengaku akan secepatnya berkoordinasi dengan Ketua Gugus Sosial Ekonomi Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, Emil Elestianto Dardak. Nantinya, para nelayan yang ada di kepulauan akan mendapat bantuan. "Nanti apakah berupa uang tunai ataukah dalam bentuk sembako itu masih akan kami bicarakan. Yang pasti nanti akan ada bantuan," terangnya.
Diketahui, Pemprov Jatim menyiapkan anggaran total sebesar Rp2,38 triliun untuk penanganan pandemi virus corona di Jatim. Anggaran tersebut dialokasikan untuk penanganan baik melalui upaya promotif, kuratif, tracing dan dampak sosial ekonomi. Dana sebesar itu setara dengan 6,8 persen kekuatan APBD Jatim 2020.
Hal itu disampaikan Khofifah saat melantik pejabat eselon III dan IV di lingkungan Pemprov Jatim di Gedung Negara Grahadi, Selasa (7/4/2020). Menurut Khofifah, sejauh ini hasil tangkapan ikan nelayan, terutama di kepulauan tidak berkurang. Hanya saja harga jual ikan menurun tajam. "Sekarang market (pasar) menurun. Makanya, dampak Covid-19 terhadap nelayan harus diperhatikan," katanya.
Kepala Dinas Perikanan Dan Kelautan Jatim, Mohammad Gunawan Saleh membenarkan bahwa, nelayan saat ini, khususnya di kepulauan seperti Madura, cukup memprihatinkan. Harga ikan di pasaran saat ini turun hingga 30 persen. Bahkan ikan tuna harganya anjlok mencapai 50 persen. Kenaikan harga ikan tuna yang cukup tajam ini karena kurang terserap pasar ekspor. "Sebelumnya sebagian besar ikan tuna itu ke pasar ekspor. Tapi pasar ekspor berkurang. Imbasnya harga ikan tuna turun," ujarnya.
Selama ini, lanjut dia, nelayan yang ada di kepulauan Madura, mengirim hasil tangkapannya ke Bali. Akibat virus Corona yang juga mewabah di Pulau Dewata tersebut, pengiriman menjadi tersendat. Sebab, banyak sektor usaha di Bali, terutama hotel dan restoran yang tutup. "Nah, akhirnya hasil tangkapan dari nelayan kepulauan ini tidak ada yang beli," ungkapanya.
Untuk itu, Gunawan mengaku akan secepatnya berkoordinasi dengan Ketua Gugus Sosial Ekonomi Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, Emil Elestianto Dardak. Nantinya, para nelayan yang ada di kepulauan akan mendapat bantuan. "Nanti apakah berupa uang tunai ataukah dalam bentuk sembako itu masih akan kami bicarakan. Yang pasti nanti akan ada bantuan," terangnya.
Diketahui, Pemprov Jatim menyiapkan anggaran total sebesar Rp2,38 triliun untuk penanganan pandemi virus corona di Jatim. Anggaran tersebut dialokasikan untuk penanganan baik melalui upaya promotif, kuratif, tracing dan dampak sosial ekonomi. Dana sebesar itu setara dengan 6,8 persen kekuatan APBD Jatim 2020.
(eyt)