Hadapi Persaingan, Pengusaha Mebel Tingkatkan Kualitas Produk

Sabtu, 05 Oktober 2019 - 14:57 WIB
Hadapi Persaingan, Pengusaha...
Para pengusaha mebel terus berupaya meningkatkan kualitas produk untuk menghadapi persaingan saat ini.Foto/dok
A A A
SURABAYA - Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jatim, Nur Cahyudi menyatakan, pengusaha saat ini hanya bisa berupaya meningkatkan kualitas produk dan desain yang kekinian. Sehingga tetap mampu diterima pasar dengan baik.

Menurut Nur Cahyudi, pihaknya berupaya menciptakan desain yang lebih kekinian dalam memproduksi barang. Misalnya dengan membuat tema mebel yang minimalis, atau art design, atau yang klasik sesuai tren pasar.

“Kami juga harus mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu untuk efisiensi. Kalau tidak seperti itu, kita tidak akan mampu bersaing dengan pasar internasional. Apalagi persaingan dengan negara lain saat ini sangat ketat,” katanya, Sabtu (5/10/2019).

Saat ini, kata dia, kendala produksi mebel atau furniture yang kerap dialami adalah impor bahan baku tambahan. Utamanya aksesoris mebel yang dikenakan aturan larangan terbatas (lartas).

Akibatnya, klien asing banyak yang mengalihkan order ke Vietnam. Bahkan sekarang Myanmar dan Malaysia juga terus meningkatkan ekspor furniture. “Kami mengakui bahwa pemerintah itu sudah mendukung industri ini, tetapi memang masih kurang,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jatim, Isdarmawan Asrikan berharap pengusaha lebih kreatif untuk mencari celah dan peluang pasar luar negeri di tengah persaingan global yang semakin tinggi. Potensi pasar global, kata dia, sangat bagus untuk digarap di saat perang dagang AS dan China.

“Saat ini, ketika China menjual produk ke AS kena pajak tinggi. Maka seharusnya kita punya peluang untuk memasok barang ke AS. Tapi persaingan global juga tinggi. Vietnam, Laos, Thailand juga berebut pasar,” ujarnya.

Mengutip data Laporan Perekonomian Jatim yang dirilis Bank Indonesia (BI), kinerja ekspor industri furniture di Jatim menurun dari 4,53 persen di tahun 2018 menjadi 2,79 persen pada Mei 2019. Ekspor furniture Jatim hanya menyumbang 3,0 persen dari total ekspor Jatim, namun berkontribusi 30 persen terhadap ekspor furniture nasional.

Beberapa permasalahan yang dihadapi industri furniture di Jatim adalah terkait penurunan permintaan dan kenaikan biaya. Dalam sembilan tahun terakhir, pangsa ekspor furniture ke Amerika Serikat (AS) mencapai 59 persen, disusul Jepang 7 persen dan Jerman 4 persen.

Berdasarkan pertumbuhannya, ekspor ke AS mengalami tren penurunan sejak tahun 2017. Demikian pula dengan ke Jerman sejak 2018. Sementara ekspor ke Jepang meningkat. Penurunan ekspor ke USA dan Jerman tersebut utamanya disebabkan faktor permintaan.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.1954 seconds (0.1#10.140)