Limbah Pabrik Pemotongan Batu Kapur Cemari Sungai di Gunungkidul
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Limbah pabrik pemotongan batu putih atau batu kapur mencemari Sungai Ngijo di Dusun Ngijo, Semin, Gunungkidul. Limbah pemotongan batu berupa lumpur putih kini memenuhi badan sungai dan menghambat laju air.
Agus Prasetyo, warga Dusun Ngijo menunjukkan salah satu titik pembuangan limbah batu kapur saat ditemui Minggu (15/12/2019). Agus mengatakan warga kini enggan ke sungai tersebut karena takut terjerembap ke dalam lumpur jika melintas. Dia menunjukkan bahwa lumpur tersebut sulit dihancurkan jika dalam keadaan padat dan sukar dibersihkan jika menempel di badan.
Warga mengeluhkan kondisi Sungai Ngijo yang kini terkontaminasi limbah dalam kurun waktu 1,5 tahun terakhir. Padahal menurut warga Sungai Ngijo dulu penuh dengan ikan dan rumput di pinggir sungai yang biasa diambil oleh peternak sapi.
“Pabrik pemotongan batu putih itu memotong batu untuk ditempel ke tembok. Sisa proses penggergajian itu yang dibuang ke sungai. Dampak yang paling terasa adalah pencemaran lingkungan, di mana ikan dan rumput susah ditemukan. Warga juga tidak mau ke sungai karena takut terjerembap. Dan karena limbah itu terjadi pendangkalan sungai, hal tersebut menyebabkan rumah saya sekarang kemasukan air setinggi satu meter kalau hujan. Padahal dulu tidak,” ujarnya.
Agus meminta pemerintah membuka mata terhadap fenomena ini. Menurutnya banyak pihak yang sudah tahu tentang pencemaran di Sungai Ngijo namun seolah-olah tidak mengetahuinya.
Dia pun meminta pabrik pemotongan batu kapur ikut bertanggung jawab dan tidak lagi sembarangan membuang limbahnya ke sungai. “Harapan kami hanya agar ada solusinya, supaya sungai ini banyak ikan lagi, banyak rumput, dan orang tidak takut ke sungai. Sepertinya pemerintah sepertinya sudah tahu tapi tidak ada penanganan. Kami juga meinta pabrik bertanggung jawab,” kata Agus.
Sementara itu, setidaknya ada tiga pabrik pemotongan batu kapur yang beroperasi di kawasan tersebut. Namun saat coba dikonfirmasi, tak ada satu pihak yang bisa diminta keterangan. Aparat pemerintah setempat juga belum bisa diminta keterangan karena sedang libur akhir pekan.
Agus Prasetyo, warga Dusun Ngijo menunjukkan salah satu titik pembuangan limbah batu kapur saat ditemui Minggu (15/12/2019). Agus mengatakan warga kini enggan ke sungai tersebut karena takut terjerembap ke dalam lumpur jika melintas. Dia menunjukkan bahwa lumpur tersebut sulit dihancurkan jika dalam keadaan padat dan sukar dibersihkan jika menempel di badan.
Warga mengeluhkan kondisi Sungai Ngijo yang kini terkontaminasi limbah dalam kurun waktu 1,5 tahun terakhir. Padahal menurut warga Sungai Ngijo dulu penuh dengan ikan dan rumput di pinggir sungai yang biasa diambil oleh peternak sapi.
“Pabrik pemotongan batu putih itu memotong batu untuk ditempel ke tembok. Sisa proses penggergajian itu yang dibuang ke sungai. Dampak yang paling terasa adalah pencemaran lingkungan, di mana ikan dan rumput susah ditemukan. Warga juga tidak mau ke sungai karena takut terjerembap. Dan karena limbah itu terjadi pendangkalan sungai, hal tersebut menyebabkan rumah saya sekarang kemasukan air setinggi satu meter kalau hujan. Padahal dulu tidak,” ujarnya.
Agus meminta pemerintah membuka mata terhadap fenomena ini. Menurutnya banyak pihak yang sudah tahu tentang pencemaran di Sungai Ngijo namun seolah-olah tidak mengetahuinya.
Dia pun meminta pabrik pemotongan batu kapur ikut bertanggung jawab dan tidak lagi sembarangan membuang limbahnya ke sungai. “Harapan kami hanya agar ada solusinya, supaya sungai ini banyak ikan lagi, banyak rumput, dan orang tidak takut ke sungai. Sepertinya pemerintah sepertinya sudah tahu tapi tidak ada penanganan. Kami juga meinta pabrik bertanggung jawab,” kata Agus.
Sementara itu, setidaknya ada tiga pabrik pemotongan batu kapur yang beroperasi di kawasan tersebut. Namun saat coba dikonfirmasi, tak ada satu pihak yang bisa diminta keterangan. Aparat pemerintah setempat juga belum bisa diminta keterangan karena sedang libur akhir pekan.
(nun)