Ini Penjelasan Emil soal Masjid Alsafar yang Disebut Ada Lambang Iluminati

Senin, 10 Juni 2019 - 17:56 WIB
Ini Penjelasan Emil soal Masjid Alsafar yang Disebut Ada Lambang Iluminati
(kiri-kanan) Ustad Baequni, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, dan Ketua MUI Jabar Rahmat Syafei bertemu dalam diskusi membahas Masjid Alsafar yang disebut sarat lambang iluminati, Senin (10/6/2019). Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjelaskan secara gamblang konsep rencangannya terhadap Masjid Alsafar yang disebut sarat lambang iluminati.

Diketahui, tudingan tersebut mengemuka setelah Ustad Baequni mengulas masjid yang berlokasi di Rest Area KM 88 Jalan Tol Purbaleunyi itu. Video kajiannya pun menyebar luas dan memancing beragam komentar dari netizen.

Dalam kajiannya, Ustad Baequni menyinggung beberapa bagian Masjid Alsafar, di antaranya pintu masuk masjid yang dirancang berbentuk segitiga dan tempat imam salat yang dibubuhi ornamen segitiga dengan bulatan, sehingga tampak seperti mata satu.

Ridwan Kamil yang juga dikenal sebagai arsitek ulung itu memaparkan langsung konsep rancangan Masjid Alsafar di hadapan Ustad Baequni dalam diskusi yang digelar Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar di Gedung Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jabar, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (10/6/2019).

Dalam diskusi yang ditengahi Ketua MUI Jabar Ahmad Syafei itu, Ridwan Kamil menyatakan, banyak masjid yang kental dengan konstruksi segitiga, namun tidak dipersoalkan atau tidak dihubungkan dengan iluminati, seperti Masjid Raya Jakarta atau Masjid Nabawi di Saudi Arabia.

"Kenapa Alsafar (dipermasalahkan)? Masjid Raya Jakarta masuk mihrabnya segitiga, kenapa tidak heboh? Mungkin karena arsiteknya bukan Ridwan Kamil," kata pria yang akrab disapa Emil itu.

"Ibu saya sedih, saya disebut anak dajjal. Kalau mau adil, bahas satu-satu. Mihrab di Majid Nabawi ada segitiganya, apakah ini konspirasi? Wallahualam. Intinya, jangan menghakimi dulu. Pulang dari sini mau paham atau tidak paham, saya tidak masalah," ujar Emil.

Menurut Emil, kegaduhan tentang dugaan Masjid Alsafar sarat lambang iluminati tak lepas dari adanya perbedaan persepsi. Sebagai seorang arsitek, kata Emil, pemahamannya tentang segitiga sebagai bidang geometris tidak sama dengan pihak lain.

"Kalau betul segitiga tidak boleh, elips tidak boleh, lingkaran tidak boleh karena lambang mata dajjal, bentuk geometris tidak boleh, kasihan tukang bacang, tukang terigu. Jangan menyepelekan orang awam menafsirkan," tutur dia.

Emil mengakui, banyak yang bertanya kepadanya mengapa rancangannya tidak berbentuk kubah. Namun, menurut dia, desain kubah pun lekat dengan peradaban Romawi. Begitupun bintang dan bulan yang bagi sebagian pihak juga dikaitkan dengan lambang pemuja setan.

"Pemuja setan lambangnya bintang lima, juga harus dilarang. Maka semua lambang non-muslim harus dilarang. Ribuan orang bilang ke saya (menyarankan) desain kubah. Zaman Romawi juga ada, gereja di Rusia ada kubah, Kristen lebih duluan mengambil simbol kubah," katanya. "Kita harus bersepakat. Supaya saya tidak bingung. Tidak salah menerjemahkan," ungkap Emil menegaskan.

Soal rancangan Masjid Alsafar, Emil mengatakan, konsepnya alam yang tak beraturan dan pembangunannya menggunakan teori arsitektur origami.

Segitiga yang dipermasalahkan pun ditegaskan Emil berbentuk trapesium yang memiliki empat sudut di mana secara rumus matematikanya pun berbeda.

"Selama ini pun tidak ada aturan baku dalam membuat desain masjid. Apalagi MUI juga tidak mempermasalahkan," kata Emil.

Ketua MUI Jabar Rahmat Syafei menegaskan, selama tidak melanggar azas akidah, perbedaan pandangan dapat diselesaikan dengan cara saling menghargai.

Adapun wacana fatwa tentang bentuk masjid, menurutnya hal itu tak perlu dibahas. Kalaupun mau, kata Syafei, harus dikaji dalam waktu lama. "Yang berkaitan dengan perbedaan pandangan adalah toleransi," kata Rahmat.

Sementara itu, Ustad Baequni mengaku, perlu pembahasan lanjutan tentang persoalan ini. Pasalnya, ada sejumlah penjelasan tidak sempat dikemukakan karena keterbatasan waktu.

Dia mengaku, tidak mempermasalahkan tafsir yang disampaikan Ridwan Kamil terkait Iluminati. Apalagi, pandangannya itu disampaikan melalui kaca mata seorang arsitek.

"Apa yang saya sampaikan di Youtube tujuannya untuk mengingatkan, bahwa Yahudi tidak pernah berhenti memerangi kaum muslim sampai kita mengikuti milah mereka," kata Baequni seusai diskusi.

"Saya tidak mungkin dengan waktu terbatas mengungkapkan semua. Maka saya secara pribadi terbuka, insya Allah. Saya siap dan saya berharap ada lagi forum seperti ini untuk berdialog sampai tuntas," ujar dia.

Dalam kesempatan itu, Baequni pun menegaskan, kajiannya tentang Masjid Alsafar yang sudah beredar luas tidak bertujuan untuk menjatuhkan Ridwan Kamil.

Dia hanya menginginkan, semua umat Islam berhati-hati dengan konsep maupun infasi ideologi Yahudi yang sudah diserap di berbagai bidang, termasuk karya arsitektur.

"Tidak sama sekali, demi Allah. Saya tidak berniat menjatuhkan siapapun, alalagi pak Ridwan Kamil. Tadi saya sampaikan," tutur Baequni.

"Ada muncul saya bilang beliau keturunan dajal, itu fitnah. Saya hanya menyampaikan, ada sistem pemerintahan yang sedang dibangun oleh mereka (Yahudi). Sistem ini jadi jebakan bagi suapapun," tandas dia.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7122 seconds (0.1#10.140)