Kebo Iwa, Patih Kerajaan Bali yang Ditakuti Gajah Mada (Bagian-2)

Sabtu, 11 Oktober 2014 - 05:00 WIB
Kebo Iwa, Patih Kerajaan Bali yang Ditakuti Gajah Mada (Bagian-2)
Kebo Iwa, Patih Kerajaan Bali yang Ditakuti Gajah Mada (Bagian-2)
A A A
Dari waktu ke waktu, Kerajaan Majapahit seringkali memperhatikan gaya kepemimpinan Raja Bali Aga.

Gajah Mada mencatat Sri Ratna Bumi Banten sangat dicintai keluarganya dan dihormati rakyatnya.

Pura Besakih merupakan salah satu pura yang mendapat perhatian paling utama oleh Sri Ratna Bumi Banten.

Meski begitu, beberapa pura-pura khayangan lainnya tak pernah dilupakan. Di zaman pemerintahan Sri Ratna Bumi Banten, Bali benar-benar tertib dan aman.

Tidak ada pencurian apalagi kerusuhan yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan dalam pemerintahannya. Rakyat Bali hidup tentram dan berkecukupan.

Kabar kekuatan balatentara dan ketentraman penduduk Kerajaan Bali Aga sampai ke Majapahit.

Konon, suatu hari semua pembesar Kerajaan Majapahit melakukan rapat membicarakan Kerajaan Bali Aga yang tidak mau tunduk.

Padahal, secara hierarki Kerajaan Bali Aga harusnya tunduk pada Majapahit lantaran Kerajaan Majapahit sudah menaklukkan Kerajaan Daha.

Gajah Mada yang ikut dalam rapat tersebut sempat menyampaikan ungkapannya terkait kemasyuran Kerajaan Bali Aga.

Melalui seorang pendeta istana (Pendeta Purohita) yang bernama Danghyang Asmaranata, Gajah Mada juga membicarakan kesaktian Kebo Iwa, salah satu pentolan punggawa Kerajaan Bali Aga.

Menurut Gajah Mada, selama Kebo Iwa masih di Bali, Majapahit akan kesulitan menghadapi Kerajaan Bali Aga secara terbuka.

Dalam rapat tersebut diaturlah strategi sedemikan rupa untuk menaklukkan Kerajaan Bali Aga.Raja Majapahit akhirnya memutuskan, sebelum Gajah Mada melakukan penyerangan ke Bali, Kebo Iwa sebagai orang yang kuat dan sakti di Bali harus disingkirkan terlebih dahulu.

Raja Majapahit Putri Tribhuwana Tunggadewi mengutus Gajah Mada ke Bali untuk membawa surat yang isinya seakan-akan Raja Majapahit menginginkan persahabatan dengan Raja Bali Aga.

Selain itu, kedatangan Gajah Mada ke Bali merupakan strategi untuk melihat dari dekat kekuatan prajurit Kerajaan Bali Aga.

Keberangkatan Gajah Mada ke Bali sengaja dibuat tidak terlihat mencolok. Dia hanya ditemani beberapa orang penting sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.

Gajah Mada bersama rombongan kecilnya berangkat menggunakan perahu layar, naik dari Pelabuhan Pantai Bubat, menyelusuri Pantai Kerajaan Pejarakan.

Terus ke Pelabuhan Purancak sampai ke tepi Pantai Jembrana. Dari sana rombongan Gajah Mada melanjutkan perjalanan hingga tiba di Pantai Gumicik, lalu terus melalui jalan darat.

Saat itu, tersiarlah kabar bahwa ada serombongan penumpang perahu sedang berlabuh di Pantai Gumicik dekat Belahbatuh, Kerajaan Bali Aga.

Mendengar laporan itu, Ki Pasung Grigis sebagai Mangku Bumi Kerajaan Bali Aga yang tinggal di Tengkulak, langsung memperisapkan diri dan anak buahnya untuk bertempur.

Tetapi saat bertemu Gajah Mada dan rombonganya, Gajah Mada malah mengaturkan sembah ampun kepadanya.

“Maafkan atas kedatangan hamba tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Hamba adalah utusan Kerajaan Majapahit bernama Patih Gajah Mada, kedatangan Hamba atas kehendak Ratu Tribhuwana Tunggadewi untuk menyampaikan sepucuk surat kepada Raja Bali Aga,” kata Gajah Mada.

Mendengar penjelasan Patih Gajah Mada, Ki Pasung Grigis meyakini, bahwa kedatangan Gajah Mada ke Bali tidak berniat buruk.

Apalagi Gajah Mada tidak membawa perlengkapan perang sebagaimana lazimnya angkatan perang.

Ki Pasung Grigis menyambut tamunya dengan sopan pula. Apalagi Ki Pasung Grigis juga sering Mendengar kemasyuran nama Patih Gajah Mada di Majapahit.

“Baik Patih Mada (Gajah Mada), kami antar menghadap Sri Baginda Raja. Tetapi alangkah baiknya jika Patih Mada beserta rombongan beristirahat sejenak,” kata Ki Pasung Grigis.

Selanjutnya kedua rombongan mengarah ke kediaman Kebo Iwa. Setelah mengantar rombongan Gajah Mada ke kediaman Kebo Iwa, Ki Pasung Grigis langsung menuju ke pusat Kerajaan Bali Aga untuk memberitahukan perihal kedatangan Gajah Mada pada Raja Bali Aga.

Singkat cerita, Ki Pasung Grigis melaporkan kedatangan Patih Mada sebagai utusan Ratu Majapahit kepada Raja Bali Aga.

Mendengar penjelasan secara terperinci, maka Maha Raja Sri Ratna Bumi Banten memerintahkan kepada Ki Pasung Grigis untuk mengantar tamunya ke Bedahulu, pusat pemerintahan Kerajaan Bali Aga.

Berangkatlah Ki Pasung Grigis untuk membawa utusan Raja Majapahit tersebut menghadap Sri Ratna Bumi Banten.

Sesampainya di Kerajaan Bali Aga, semua rombongan Patih Gajah Mada menunduk, mereka berjalan membungkuk sebagai penghormatan kepada Raja Bali guna mengambil simpati sang Raja.

Melihat sikap sopan Gajah Mada, maka Raja Bali menghormatinya sehingga ia dipanggil untuk mendekat.

“Hai Patih Mada (Gajah Mada) kemarilah mendekat padaku, berita apa yang kau bawa untukku. Ceritakanlah jangan engkau merasa sungkan,” perintah Rajah Bali Aga.

Patih Mada pun menghaturkan sembah kepada Sri Baginda Raja Bali. “Ampun Paduka Tuanku, hamba datang diutus oleh Paduka Tuanku Putri Ratu Majapahit untuk menghadap tuanku Raja. Mempersembahkan sepucuk surat. Hamba mohon ampun jikalau hamba membuat kekeliruan dalam tatacara menghadap kehadapan Sri Baginda Raja Agung. Inilah surat beliau mohon Paduka Raja menerimanya,” kata Gajah Mada.

Akhirnya raja pun menerima surat tersebut dan membaca isinya. Isi surat tersebut konon antara lain berbunyi:

1. Majapahit memohon dengan sangat agar Kerajaan Bali jangan menyerang kerajaan Majapahit.

2. Mohon hubungan yang dahulu diteruskan sebagai hubungan persaudaraan.

3. Mohon kesediaannya agar Kebo Iwa diperkenankan untuk pergi ke Jawa agar dinikahkan dengan seorang putri yang kecantikannya sudah terkenal di tanah Jawa.

Surat itu seolah-olah bukti dari ketulusan hati Raja Majapahit untuk menjalin persahabatan dan persaudaraan antara kedua belah pihak, agar terwujud ketenangan dan ketentraman yang didambakan.

Melihat isi surat yang lemah lembut dan sangat sopan, apalagi ditandatangani Ratu Kerajaan Majapahit, maka tak ada prasangka baruk. Raja Bali Aga menerima semua permintaan dari kerajaan Majapahit. Saat itu semua bergembira mengetahui isi dari surat tersebut.

Untuk merayakan kegembiraan itu, Raja Bali Aga mengadakan pesta penyambutan sebagai penghormatan terhadap Gajah Mada dan rombongannya sebagai tamu penting kerajaan saat itu.

Dalam kesempatan tersebut Raja Bali Aga memerintahkan Kebo Iwa segera mempersiapkan segala sesuatunya agar pergi ke Tanah Jawa menerima hadiah dari Kerajaan Majapahit.

Keesokan harinya berangkatlah Kebo Iwa menuju Tanah Jawa bersama rombongan Patih Mada……. Bersambung...

Terus ikuti Cerita Pagi Besok. Lebih seru karena Kebo Iwa dan Gajah Mada akhirnya bertarung hidup dan mati.

________
Sumber: Buku Babad Bendesa Manik Mas, Wikipedia, dan beberapa sumber lain.
(ilo)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4450 seconds (0.1#10.140)