TKI Terancam Tak Bisa Masuk Korea Selatan karena Overstay

Rabu, 17 September 2014 - 16:30 WIB
TKI Terancam Tak Bisa Masuk Korea Selatan karena Overstay
TKI Terancam Tak Bisa Masuk Korea Selatan karena Overstay
A A A
BANTUL - Tenga Kerja Indonesia (TKI) terancam tidak bisa masuk Korea Selatan. Karena, saat ini banyak TKI di negara tersebut yang tidak bersedia pulang ke tanah air (overstay).

Para TKI 'kerasan (betah)' tinggal di Korea Selatan dengan melompat kerja ke perusahaan lain, meninggalkan perusahaan awal.

Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Gatot Abdullah Mansyur mengungkapkan, saat ini ada sekitar 7.000 orang TKI di Korea Selatan yang tidak bersedia pulang lagi ke tanah air.

Para TKI tidak bersedia pulang dari Korea Selatan karena tergiur dari calo bekerja di perusahaan lain dengan gaji lebih besar.

"Ini yang menjadi persoalan bagi kami," paparnya dalam acara Temu Wicara Purna TKI seluruh Indonesia di Bantul, Rabu (17/9/2014).

Karena persoalan tersebut maka Indonesia terancam harus mengurangi kuota pengiriman TKI ke Korea Selatan jika kuota overstayer melebihi ketentuan internasional.

Saat ini rata-rata overstayer TKI di Korea Selatan sudah mencapai 15% sementara angka internasional maksimal 17%.

Tak hanya terancam pengurangan kuota, justru kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan dalam hal pengiriman TKI akan dihentikan.

Saat ini, kuota TKI di Korea Selatan mencapai 10.200 setahun untuk 2013. Kalau overstay terus meningkat maka kuota dikurangi seiring dengan peningkatan jumlahnya. "Kalau MoU (kerjasama) diputus dan harus kembali mulai dari nol," paparnya.

Pihaknya berupaya agar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Korea Selatan harus meningkatkan penyadaran kepada TKI yang berada di negara tersebut.

KBRI-KBRI lain juga harus melakukan hal serupa karena ternyata di negara lain, banyak TKI yang juga enggan pulang ke tanah air.

Seperti di Hongkong dan Taiwan, banyak TKI yang enggan pulang. Bahkan, di Hongkong dan Taiwan perilakunya sudah banyak yang menyimpang di antaranya para TKI sekarang senang melaksanaan pesta ulang tahun.

Untuk keperluan konsumsi serta sewa gedung biasanya mereka menghabiskan gaji TKI selama enam bulan. "Ini menjadi keprihatinan sendiri," tuturnya.

Mantan TKI Korea Selatan berasal dari Bantul, Tia mengakui jika banyak TKI di Korea Selatan tidak memiliki bekal yang cukup untuk bekerja di negara ginseng ini.

Seringkali mereka ditipu oleh para agen tenaga kerja dengan iming-iming lebih besar dari gaji perusahaan sebelumnya. Akibatnya, TKI sering tinggal di Korea Selatan melebihi batas waktu dari yang seharusnya.

"Kendala utama adalah bahasa. Banyak TKI di Korea Selatan yang tidak bisa bahasa Korea," tandasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3945 seconds (0.1#10.140)