Danau Toba, Warisan Dunia yang Kaya Kearifan Lokal

Kamis, 10 Juli 2014 - 19:15 WIB
Danau Toba, Warisan Dunia yang Kaya Kearifan Lokal
Danau Toba, Warisan Dunia yang Kaya Kearifan Lokal
A A A
DOLOKSANGGUL - Pengusulan Geopark Kaldera Toba dalam Global Geopark Network (GGN) Unesco merupakan manifestasi komitmen masyarakat dan pemerintah di Sumatera Utara (Sumut) dalam konservasi kawasan Danau Toba sebagai warisan dunia.

Sehingga pemerintah, dan masyarakat di sekitar Danau Toba, harus dibekali kemampuan geologi yang dapat disosialisasikan dengan keraifan lokal yang ada.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Sumut Gagarin Sembiring mengatakan, Danau Toba adalah kaldera kuarter terbesar di dunia dari hasil letusan gunung api raksasa yang disebut dengan istilah supervolcano yang meletus terakhir 74.000 tahun lalu.

Letusan ini berdampak kehidupan dunia baik dari geografis dan kebudayaan. Danau Toba memiliki sejumlah kearifan lokal. Salah satunya keberadaan aek sipangolu di Baktiraja Humbahas yang diyakini masyarakat sebagai air suci untuk kehidupan manusia peninggalan Raja Sisingamangaraja.

Keyakinan masyarakat tersebut tidak perlu dibantah dan harus dipertahankan dari aspek sejarah budaya. Sebab, keberadaan aek sipangolu memang merupakan anugerah Tuhan dari aliran air, di antara bebatuan hasil dari proses geologi.

“Secara prinsipnya, Danau Toba menyisakan fenomena alam yang sangat luar biasa. Unik dan disetiap sudut kalderanya, baik bentang alam, jenis batuan, keanekaragaman budaya, dan hayatinya. Sehingga melahirkan masyarakat yang memiliki kearifan lokal dan hidup harmonis dengan alamnya,” katanya, kepada wartawan, di Dolok Sanggul, Kamis (10/7/2014).

Apabila kearifan lokal dan proses geologi di kawasan Danau Toba terus dipertahankan, maka kawasan danau ini akan semakin dihargai, dikenal, dan dikunjungi masyarakat dunia. Selain itu, investor tidak ragu menanamkan modalnya, baik dari aspek konservasi, pendidikan, maupun pemberdayaan masyarakat.

“Hampir semua kisah di balik kehidupan masyarakat di sekitar Danau Toba bisa dikaitkan dengan geologi. Termasuk kearifan lokal masyarakat membuat rumah dan alasan menciptakan perkampungan, semua memiliki keterikatan dengan geologi,” paparnya.

Kepala Bidang Parwisata Humbahas Nelson Lumban Toruan menambahkan, Humbahas secara khusus terus melakukan pelestarian budaya, khususnya yang menyangkut kearifan lokal masyarakat. Sejumlah tradisi dan kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan dari alam kembali dibudayakan untuk mendukung perwujudan Geopark Kaldera Toba.

“Salah satu upaya kita dalam menjaga kearifan lokal adalah penginventarisasian sejumlah situs di Tipang yang meliputi lesung tangga dan tempayan air. Sebab keseluruhannya memiliki keterikatan dengan perjalanan kehidupan masyarakat kita,” paparnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4112 seconds (0.1#10.140)