Kisah Kelesan, Sultan Badaruddin II dan Pempek

Senin, 23 September 2019 - 05:00 WIB
Kisah Kelesan, Sultan Badaruddin II dan Pempek
Kisah Kelesan, Sultan Badaruddin II dan Pempek
A A A
Siapa yang tidak kenal dengan camilan asal Palembang yang terbuat dari olahan ikan yang biasa disebut Pempek. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah lezat berwarna coklat yang kental yang memadukan rasa pedas, manis, dan sedikit asam yang disebut Cuko.

Ternyata kuliner yang satu ini telah ada sejak Zaman masa pemerintahan Sultan Badaruddin II memerintah Kesultanan Palembang sekitar abad ke-16.

Namun pempek kala itu dikenal dengan sebutan Kelesan. Dinamakan kelesan karena makanan ini dikeles atau tahan disimpan lama.

Untuk daging ikan yang digunakan untuk pembuatan Kelesan yakni dari jenis ikan tenggiri yang dihaluskan. Ikan tenggiri memiliki cita rasa yang lezat dibandingkan dengan ikan lainnya.

Seiring dengan makin banyak masuknya orang-orang keturunan China ke Kota Palembang pada awal Abad 20, kelesan yang mulanya dibuat oleh orang asli Palembang mulai dikembangkan oleh warga keturunan.

Kelesan yang terbuat dari adonan berbahan dasar tepung sagu dan ikan tenggiri ini pun mulai dikembangkan bahan bakunya makin beragam. Tak hanya ikan tenggiri, tapi juga ikan gabus untuk mengakomodir penggemar yang alergi ikan laut.

Sementara untuk cuko pempek, terbuat dari gula merah yang ditambahkan larutan cuka atau cuko. Kemudian ditambahkan asam jawa, dengan takaran tertentu, agar kuahnya terasa lebih seimbang atau tidak ada yang terasa lebih dominan manis pedas dengan asam gula jawa.

Kemudian sekitar tahun 1916 oleh orang-orang keturunan China, penganan ini mulai disajikan dengan berjualan berjalan kaki dari kampung ke kampung. Mereka banyak berjualan khususnya di kawasan keraton, sekarang di lokasi Masjid Agung dan Masjid Lama Palembang.

Para warga keturunan tersebut biasa disebut empek oleh para pembeli. Kemudian dari panggilan, empek-empek, lama-kelamaan dipakai untuk menyebut makanan yang mereka jajakan.

Sehingga kelesan akhirnya lebih dikenal dengan sebutan pempek. Kini makanan ini sedang diajukan ke UNESCO sebagai kuliner warisan dunia .

Ada beberapa jenis pempek, tergantung cara penyajian dan komposisi bahan atau isinya. Pempek yang paling terkenal adalah pempek kapal selam, yaitu pempek yang diisi dengan telur ayam dan digoreng dalam minyak panas.

Ada juga jenis lain seperti pempek lenjer, pempek adaan yaitu pempek yang berbentuk bulat. Ada juga pempek kulit ikan, pempek pistel yang berisi irisan pepaya muda rebus yang sudah ditumis dan dibumbui, pempek telur kecil dan pempek keriting.

Saat menggoreng pempek Palembang, diusahakan agar api jangan terlalu besar agar pempek matang sempurna dan tidak gosong. Bila warna pempeknya sudah terlihat agak menguning dan matang, maka pempek tersebut telah matang dan siap diangkat.

Pempek akan terasa nikmat bila di makan dalam keadaan masih hangat, dengan tambahan irisan timun dan mie kuning. Kita bisa merasakan paduan rasa adonan tepung dan daging ikan tenggiri yang legit dan enak, dengan bumbu kuah pempek yang khas.

Baluran bumbu kuah cuka dan gula jawa dengan asam jawa yang diberi ebi sedikit menambah sensasi kenikmatan dari hasil olahan kuliner khas jajanan Palembang ini.

Kini pempek memiliki begitu banyak penggemar. Restoran dan tempat makan pempek kini menjamur, tak hanya di Palembang tapi juga berbagai kota di seantero Indonesia. Pempek dikenal orang dari Sumatera di ujung Barat Indonesia hingga ke kawasan Timur Indonesia.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5616 seconds (0.1#10.140)