Kisah Cinta Mahapatih Gajah Mada

Jum'at, 28 Agustus 2015 - 05:00 WIB
Kisah Cinta Mahapatih Gajah Mada
Kisah Cinta Mahapatih Gajah Mada
A A A
Nama Mahapatih Gajah Mada sangat dikenal dengan Sumpah Palapanya dalam mempersatukan wilayah nusantara.

Namun cerita mengenai kehidupan pribadi sang patih menyangkut siapa kekasih atau istrinya sangat sedikit sekali referensi yang ada.

Berdasarkan buku Kisah Cinta Gajah Mada, Kontroversi Kehidupan sang Mahapatih karya Gesta Bayuadhy, Cetakan Pertama, 2015 disebutkan sebelum Gajah Mada menjadi prajurit Bhayangkara yang menjaga Prabu Jayanegara di Majapahit, dia juga pernah menjalin cinta dengan putri Demang Suryanata yang bernama Puranti.

Saat itu Gajah Mada dikenal sebagai seorang Bekel Dipa atau prajurit biasa yang mengabdi di Kahuripan.

Sayangnya sang kekasih Puranti ketika itu telah dilamar oleh Raden Damar, putra seorang patih bernama Rangga Tanding di Kahuripan.

Tentu saja Demang Suryanata tidak bisa menolak lamaran tersebut mengingat dia adalah bawahan Patih Rangga Tanding.

Sang Bekel Dipa (Gajah Mada) pun sudah menerima kenyataan ini dan bersedia mundur demi kebahagian sang kekasih Puranti.

Celakanya Raden Damar memergoki ketika Bekel Dipa sedang berduan dengan Puranti. Raden Damar Salah Paham, sehingga terjadilah pertarungan antara Bekel Dipa dengan Raden Damar.

Tapi Raden Damar tewas dalam pertarungan tersebut. Kisah cinta ini pun terputus karena sang Bekel Dipa (Gajah Mada) pergi mengabdi ke Majapahit setelah peristiwa tersebut.

Saat mengabdi di Majapahit inilah Gajah Mada berhasil masuk menjadi anggota satuan Bhayangkara pengawal raja.

Gajah Mada pun mampu menunjukan kehebatannya dengan menyelamatkan sang raja Prabu Jayanegara dari sasaran pemberontak.

Sehingga karirnya melesat diangkat menjadi patih di Daha. Lalu karena kepiawaiannya Gajah Mada lalu diangkat sebagai Patih Majapahit.

Gajah Mada lalu mengucapkan Sumpah Palapanya dalam rangka mempersatukan wilayah nusantara.

Inti dari Sumpah Palapanya adalah Gajah Mada tidak akan menikmati sesesuatu yang bersifat keduniawian sebelum mempersatukan nusantara. Salah satu kenikmatan yang bersipat keduniawian bagi laki-laki adalah wanita.

Dari buku karya Gesta Bayuadhy ini juga disebutkan kalau Gajah Mada adalah sesosok pimpinan yang tidak berambisi pada harta, tahta dan wanita.

Sosok sang mahapatih ini dalam biografi novel sejarah karya Langit Kresna Hadi berjudul Gajah Mada: Hamukti Palapa, yang diterbitkan penerbit Tiga Serangkai, Solo juga disebutkan tidak berambisi pada wanita.

Dalam biografi tersebut ditulis kutipan dialog antara Gajah Mada dengan Mahapatih Arya Tadah tentang isteri.

Berikut kutipan tersebut, “Perempuan adalah sumber kelemahan bagiku, Paman! Yang jika aku layani, akan menjadi penghambat semua gerak langkahku. Ke depan, aku tak ingin terganggu oleh hal sekecil apapun. Padahal, ke depan, Majapahit membutuhkan para lelaki perkasa, membutuhkan laki-laki yang tangguh, tidak takut darah tumpah dari tubuhnya, dibutuhkan laki-laki pilih tanding yang berani berkorban dan tidak terikat oleh waktu. Bagaimana seorang laki-laki bisa bebas dan berani meluaskan wilayah Majapahit, yang untuk keperluan itu mungkin harus dengan pergi bertahun-tahun jika dia terikat oleh seorang isteri, terikat oleh anak atau keluarga. Bagaimana aku bisa mewujudkan semua impianku itu jika aku terganggu makhluk perempuan bernama isteri, yang merengek merajuk. Isteri atau perempuan bagiku tidak ubahnya rasa lapar dan haus yang harus dilawan.”

Namun dari beberapa literatur maupun penulis ada beberapa yang mengisahkan bahwa Gajah Mada juga pernah menjalin hubungan asmara dengan Dyah Pitaloka Citaresmi putri Kerajaan Sunda yang terkenal akan kecantikannya pada masa itu.

Lalu Gajah Mada berusaha menggagalkan pernikahan Dyah Pitaloka dengan Raja Majapahit Hayam Wuruk.

Sehingga terjadi Perang Bubat antara Majapahit dengan Kerajaan Sunda yang menyebabkan Dyah Pitaloka bunuh diri karena seluruh pasukan Kerajaan Sunda yang dipimpin Maharaja Linggabuana berhasil dibunuh oleh prajurit Majapahit pimpinan Gajah Mada.

Namun berdasarkan Prasasti Aria Bebed yang berupa lempengan tembaga di halaman Candi Aria Bebed di Desa Bubunan, Kecamatan Sririt, Kabupaten Buleleng, Singaraja
memuat cerita tentang Gajah Mada yang diutus Ratu Tribhuwana Tunggadewi untuk melakukan penyerbuan dan penaklukan terhadap Kerajaan Bali.

Saat penaklukan Bali, Gajah Mada sempat mendatangi Pedukuhan Gedangan untuk bermeditasi.

Gajah Mada yang sempat tinggal dan melakukan meditasi di tempat itu sekitar kurang lebih empat bulanan sering bertemu dengan putri Ki Dukuh Gedangan yang bernama Ni Luh Ayu Sekarini.

Dikisahkan Gajah Mada pun langsung jatuh hati terhadap Ni Luh Ayu Sekarini yang cantik jelita.

Lalu benih-benih cinta tumbuh diantara keduanya hingga sampai menikah. Sehingga Ni Luh Ayu Sekarini mengandung.

Namun sebelum anaknya lahir, Gajah Mada harus kembali ke Mahapahit karena dipanggil Ratu Tribhuwana Tunggadewi.

Setelah anak Gajah Mada itu menjadi dewasa, dia mencari ayahnya ke Majapahit. Anak itu lalu oleh Gajah Mada kemudian diberi nama Aria Bebed. Setelah beberapa lama tinggal di Majapahit, Aria Bebed kembali ke Bali.

Demikianlah sekelumit kisah cinta Gajah Mada, sang Mahapatih Kerajaan Majapahit semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Sumber :
- Buku Kisah Cinta Gajah Mada, Grsta Bayuadhy, Cetakan Pertama, 2015.
- Wikipedia dan diolah dari berbagai sumber
.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8186 seconds (0.1#10.140)