Kisah Sabda Palon, Sang Penjaga Tanah Jawa

Senin, 18 Mei 2015 - 05:00 WIB
Kisah Sabda Palon, Sang Penjaga Tanah Jawa
Kisah Sabda Palon, Sang Penjaga Tanah Jawa
A A A
Nama Sabda Palon sering disebut dalam Serat Darmagandhul dan Jangka Jayabaya atau ramalan Jayabaya.

Dalam Serat Darmagandhul disebutkan Sabda Palon merupakan penasihat spiritual yang berilmu tinggi dari Raja Brawijaya V, raja Majapahit terakhir. Konon karena kedigjayaannya dia bisa memerintah seluruh makhluk halus di tanah Jawa.

Di kitab kesusastraaan Jawa karya Ki Kalamwidi tersebut juga disebutkan kalau Sabda Palon merupakan sosok yang sama dengan tokoh pewayangan bernama Semar atau Manik Maya yang telah ada sejak ribuan tahun lalu.

Sehingga konon sosok Sabda Palon ini juga merupakan makhluk gaib yang menjadi pelindung dan penjaga raja-raja di tanah Jawa sejak 525 tahun sebelum masehi (SM) yang bisa menitis kepada seseorang.

Sang Manik Maya ini juga disebut-sebut dapat membuat kawah air panas di atas sejumlah gunung berapi di tanah Jawa bergolak.

Bagi orang Jawa yang berpegang pada kawruh Jawa pastilah memahami tentang apa dan bagaimana Semar.

Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa Semar adalah merupakan utusan gaib Gusti Kang Murbeng Dumadi (Tuhan Yang Maha Kuasa) untuk melaksanakan tugas agar manusia selalu menyembah dan bertaqwa kepada Tuhan, selalu bersyukur serta berjalan pada jalan kebaikan.

Di kalangan spiritualis Jawa pada umumnya, keberadaan Semar diyakini berupa ”suara tanpa rupa”.

Secara khusus bagi yang memahami lebih dalam lagi, keberadaan Semar diyakini dengan istilah “mencolo putro, mencolo putri”, artinya dapat mewujud dan menyamar sebagai manusia biasa dalam wujud berlainan di setiap masa.

Dalam perwujudannya sebagai manusia tetap mencirikan karakter Semar sebagai sosok “Begawan atau Pandhita”. Hal ini dapat dipahami karena dalam kawruh Jawa dikenal adanya konsep “menitis” .

Namun kisah kedekatan sang penasihat spritual ini dengan Raja Brawijaya V akhirnya berakhir saat sang raja memutuskan untuk memeluk agama Islam.

Sehingga Sabda Palon meninggalkan raja yang dijaganya selama ini. (Baca : Kisah Raja Brawijaya V Menjadi Mualaf).

Namun Sabda Palon bersumpah akan kembali lagi 500 tahun setelah meninggalkan Raja Brawijaya V untuk kembali menjadi penjaga bagi tanah Jawa.

Sedangkan dalam dalam bait-bait terakhir ramalan Jayabaya ( 1135 – 1157 ) juga telah disebut-sebut mengenai Sabda Palon yaitu bait 164 dan 173 yang menggambarkan tentang sosok Putra Betara Indra yang menguasai seluruh ajaran, memotong tanah Jawa kedua kali dan mengerahkan jin dan setan serta seluruh makhluk halus berada di bawah perintahnya bersatu padu membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda.

Dalam beberapa literatur Sabda Palon itu sejatinya juga diyakini sebagai Dang Hyang Nirartha atau Mpu Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rawuh yang akhirnya moksa di Pura Uluwatu, Bali.

Dang Hyang Nirartha adalah anak dari Dang Hyang Asmaranatha, dan cucu dari Mpu Tantular atau Dang Hyang Angsokanatha (penyusun Kakawin Sutasoma dimana di dalamnya tercantum “Bhinneka Tunggal Ika”).

Dang Hyang Nirartha adalah seorang pendeta Buddha yang kemudian beralih menjadi pendeta Syiwa.

Dia juga diberi nama Mpu Dwijendra dan dijuluki Pedanda Sakti Wawu Rawuh, yang juga dikenal sebagai seorang sastrawan.

Dengan kemampuan supranatural dan mata batinnya, Sabda Palon mampu melihat benih-benih keruntuhan Kerajaan Majapahit.

Lalu Sabda Palon benar-benar meninggalkan raja yang diasuhnya selama ini, saat Brawijaya V memutuskan memeluk agama Islam.

Akhirnya Sabda Palon mendapat petunjuk untuk pergi ke sebuah pulau yang masih di bawah kekuasaan Majapahit, yaitu Pulau Bali.

Sebelum pergi ke Pulau Bali, Dang Hyang Nirartha hijrah ke Daha (Kediri), lalu ke Pasuruan dan kemudian ke Blambangan (Banyuwangi).

Sabda Polon konon pertama kali tiba di Pulau Bali dari Blambangan sekitar tahun Saka 1411 atau 1489 M ketika Kerajaan Bali Dwipa dipimpin Dalem Waturenggong.

Dang Hyang Nirartha ini dijuluki pula Pedanda Sakti Wawu Rawuh karena mempunyai kemampuan supra natural yang membuat Dalem Waturenggong sangat kagum sehingga diangkat menjadi Bhagawanta (pendeta kerajaan).

Ada pula cerita yang mengisahkan Sabda Palon adalah seorang makhluk gaib yang menjaga Gunung Tidar di Magelang.

Sehingga Sabda Palon terlibat pertarungan dengan Syekh Subakir ulama besar yang diutus Kesultanan Turki Ustmaniyah untuk membersihkan tanah Jawa dari pengaruh-pengaruh gaib yang mengganggu proses penyebaran agama Islam. (Baca : Kisah Syekh Subakir, Penumbal Tanah Jawa). Wallahualam bissawab.


Sumber :

- wikipedia
- mataram351.wordpress dan diolah dari berbagai sumber
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6409 seconds (0.1#10.140)