Puluhan Tahun Jadi Penyedia Peti Mati dan Memandikan Jenazah

Senin, 27 April 2015 - 10:08 WIB
Puluhan Tahun Jadi Penyedia Peti Mati dan Memandikan Jenazah
Puluhan Tahun Jadi Penyedia Peti Mati dan Memandikan Jenazah
A A A
Jelang eksekusi mati terhadap sepuluh terpidana kasus narkoba di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Besi, Nusakambangan, Cilacap, kesibukan mulai dirasakan Suhendro Putro. Pengurus kematian di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Cilacap ini merupakan satu-satunya orang yang menyiapkan peti untuk para terpidana mati itu.

Suhendro sudah dipercaya dan menjadi langganan pihak lembaga pemasyarakatan sejak 1992 karena kualitas peti matinya dinilai memenuhi standar. Saat ditemui KORAN SINDO sore kemarin, pria berusia 62 tahun baru saja usai mengikuti rapat persiapan pelaksanaan eksekusi mati di Mapolres Cilacap. Gurat wajahnya tampak diliputi kelelahan. Dia mengaku belum pulang ke rumah sejak pagi.

“Rapatnya lama, dari jam 09.30 WIB sampai jam 13.00 WIB,” tuturnya. Suhendro sebenarnya cukup lama diminta Polres Cilacap untuk menyiapkan peti mati tersebut, tepatnya setelah eksekusi mati tahap pertama terhadap enam terpidana 18 Januari lalu. Namun sejak kemarin, penyiapan peti mati itu kembali dimatangkan karena eksekusi diperkirakan segera dilakukan dalam dua hari ke depan.

Terdapat enam peti mati sudah disimpan di gudang penyimpanan yang terletak di bangunan sayap bagian belakang gedung GKJ di Jalan Dr Wahidin, Cilacap. Adapun empat peti lainnya, menurut Suhendro, berada di Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII), Cilacap. “Sudah lama pesan minta 10 peti. Tapi kan kemudian pelaksanaan mundur-mundur. Ini belum ada kepastian dipakai kapan. Saya menunggu di-SMS. Saya nanti diminta kumpul di Polres dulu, terus berangkat ke Nusakambangan. Yang jelas peti mati sudah siap,” katanya. Permintaan penyiapan peti untuk terpidana mati ini merupakan kedua kalinya bagi Suhendro.

Sebelumnya pada eksekusi tahap pertama, pria berkacamata ini juga diminta menyiapkan peti mati untuk lima terpidana mati yang dieksekusi di Nusakambangan. Kelima terpidana mati itu, yakni Namaona Denis, 48, warga negara (WN) Malawi; Marco Archer Cardoso Moreira, 52, WN Brasil; Daniel Enemuo, 38, WN Nigeria; Ang Kiem Soei, 62, WNI, dan Rani Andriani alias Melisa Aprilia (WNI). “Waktu eksekusi pertama itu hari Minggu. Hari Sabtu peti sudah diangkut ke Nusakambangan,” ujar dia.

Peti mati dengan ukuran standar manusia dewasa itu dibuat di Yogyakarta. Peti kemudian dikirim ke Cilacap dalam kondisi dibungkus kain beludru berwarna putih. Namun, Suhendro enggan menyebutkan harga tiap peti itu. “Dari sana (Yogyakarta) sudah jadi. Kita tinggal menyiapkan,” kata dia. Aktivitas Suhendro mengurus peti mati sudah berlangsung sejak 1992. Selain GKJ, dia juga mengurusi peti mati untuk 28 gereja lain di Cilacap.

“Kalau di 28 gereja sudah sejak tahun 2000,” ungkapnya. Dalam persiapan eksekusi terpidana mati kasus narkoba, Suhendro tak hanya mendapat tugas menyiapkan peti mati, namun juga diminta memandikan jenazah terpidana beragama Katolik dan Kristen seusai dihadapkan di regu tembak. Beberapa jam sebelum eksekusi, dia sudah harus berada di sekitar lokasi eksekusi.

“Waktu eksekusi tahap pertama, saya juga ke sana (Nusakambangan) ikut memandikan tiga jenazah. Saya sudah di Nusakambangan jam 10 malam. Jam 12 lebih, eksekusi baru dilaksanakan,” tuturnya. Menurut Suhendro, tempat pemandian jenazah para terpidana mati berupa kolam pemandian berjumlah total lima kolam. Lokasinya berada sekitar 100 meter dari lapangan tempat regu tembak menjalankan tugasnya.

Suhendro mengaku tak memiliki persiapan khusus sebelum menjalankan tugasnya memandikan jenazah. Menurutnya, persiapan yang dilakukan hanya berdoa agar tugasnya lancar.

Farid Firdaus
Cilacap
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4400 seconds (0.1#10.140)