Merajut Kembali Jalur Keilmuan dengan Mesir dan Diplomasi Anti Radikalisme
loading...
A
A
A
Berkesempatan ziarah ke maqam wali wali Allah, melihat pusara dan bertemu ulama ulama besar tingkat dunia termasyhur adalah kemewahan spiritual dan kenikmatan intektual. Apalagi bisa diterima dan sungkem dan berdoa bersama para ulama dunia yang masih hidup.
Itulah sepenggal catatan perjalanan Direktur Pasca Sarjana Unisma, Prof Mas'ud Said selama di Mesir.
Selama berada di negeri para nabi dan negeri dengan peradaban berusia ribuan tahun saya memanfaatkan waktu untuk ziarah wali wali qutub, ke maqam maqam 'alim - 'allama yang zuhud dan keilmuannya terhubung dekat dengan sanad Rasulullah SAW.
Sukses hari pertama berkunjung ke 4 ulama besar terpandang di Mesir dan dunia, rombongan Prof Dr KH Asep Syaifudin Chalim, Dr KH Muhaibur Rahma (Rektor Institute KH Abdul Chalim, IKHAC) dan lainnya mendapat tugas khusus menindak lanjuti kunjungan Gubernur Jawa Timur November 2022.
Baca juga: Hadiri Festival Tradisi Islam Nusantara di Banyuwangi, Jokowi Bagi-bagi Sepeda
Setelah sempat keliling Alexandria menemui Syeich Ala Naim dan Syeich Abdul Basith Al Khattani dilanjut hari kedua yang sangat padat memgunjungi Kota Alexandria berjarak 250 km dari Kairo.
Ini kota ilmu di Mesir, Kota Perpustakaan dan kota tua berusia ribuan tahun yaitu Alexandria yang dibangun 332 sebelum Nabi Isa lahir.
Mas'ud Said di depan Kedutaan Besar RI di Kota Kairo, Mesir.Foto/ist
Alexandria adalah juga tonggak ekspansi Islam ke Mesir. Ada tokoh Alexander the great dan lambang ekspansi Islam ke Mesir saat itu.
Beruntung lagi rombongan bisa bertemu Syeich Muhanna minta doa, Syech Ibrahim Hud Hud mendengar fatwa, bertamu Syech Abdul Baiz Kattani yang "lungit dan zuhud dan dsebut wali Allah" yang bagi pejabat sangat sulit untuk bersedia ditemui.
Syeich Abdul Baiz tinggal di apartemen sangat sederhana untuk ukuran ulama besar tingkat dunia dan kamarnya penuh dengan buku dan perabot yang sangat sederhana. Jauh dari kemewahan duniawi.
Tak lupa hari hari "nyucup kemukten", atau istilah Jawanya "ngalap barokah", dengan cara sowan di kediaman pemegang otoritas madzhab As Syafii Syech Sahawi yang tetap sehat di usia 77 tahun.
Mubibah akademik ini bertabur penuh keistimewaan spiritual karena rombongan dijamu Sheikh Syahawi makan malam dengan cara mengejutkan dan inspiratif.
Betapa tidak, beliau dan keluarga menghidangkan sendiri makanan sambil menunggu tetamu puas menikmati sajian. Betapa kaget saya ketika tahu setelah tetamu dipastikan kenyang, sisa lauk pauk daging onta, daging kambing dan makanan khas lain yang tersisa diselesaikannya oleh beliau di kursi dan meja terpisah.
Keberkahan lain bagi saya adalah bisa mengunjungi maqam maqam orang hebat seperti pengarang Burdah yang kesohor di seantero jagad sunni yaitu Syech Al Busyiri yang tak kalah istimewa dan mistis. Ini bagai mimpi.
Tak lupa saya, pimpinan pondok, dan rombongan intelektual, aktifis dan jurnalis ini juga berkunjung ke maqam Al Imam As Syafii yang sangat masyhur itu. Tak lupa juga shalat dhuhur berjamaah di masjid syech Ahmad Ibnu Athoillah As Syakandari dan tahlilan di maqam beliau.
Setelah selesai kami melakukan kunjungan ke Kedutaan Besar Indonesia si Mesir untuk agenda TOR kerjasama. Hari baik dan kemudahan tiba dengan sambutan dan keceriaan staf Kedubes Bu Dian Ratri Astuti dab Billy Frederick.
Dalam waktu yang tidak lama di Unisma Malang dan PP Amanatul Ummah ada lembaga Anti Radicalisme dan Extremisme Centre yang didukung Kementrian Luar Negeri dan Al Azhar Observatory. Ini kerjasama Pemprov Jatim yang juga memberi beasiswa S1 ke Mesir untuk menguatkan jalur keilmuan.
Dengan berbekal kekuatan diplomasi ala Khofifah Indar Parawansa dan kekuatan networking Kyai Asep Amanatul Ummah di Mesir pusat studi Anti Radikalisme, Pendidikan Islam Multikultural akan terwujud. Ini akan jadi tonggal terajutnya hubungan intelektual dan gerakan Islam yang ramah.
Pihak Kementrian Luar Negeri melalui Kedubes Indonesia di Mesir mendukung penuh dan akan memasukkan agenda ini untuk ikut serta mengisi perdamaian dunia sebagaimana target Kemenlu sesuai UUD 1945 dan program strategis kedubes kawasan Mesir.
Itulah sepenggal catatan perjalanan Direktur Pasca Sarjana Unisma, Prof Mas'ud Said selama di Mesir.
Selama berada di negeri para nabi dan negeri dengan peradaban berusia ribuan tahun saya memanfaatkan waktu untuk ziarah wali wali qutub, ke maqam maqam 'alim - 'allama yang zuhud dan keilmuannya terhubung dekat dengan sanad Rasulullah SAW.
Sukses hari pertama berkunjung ke 4 ulama besar terpandang di Mesir dan dunia, rombongan Prof Dr KH Asep Syaifudin Chalim, Dr KH Muhaibur Rahma (Rektor Institute KH Abdul Chalim, IKHAC) dan lainnya mendapat tugas khusus menindak lanjuti kunjungan Gubernur Jawa Timur November 2022.
Baca juga: Hadiri Festival Tradisi Islam Nusantara di Banyuwangi, Jokowi Bagi-bagi Sepeda
Setelah sempat keliling Alexandria menemui Syeich Ala Naim dan Syeich Abdul Basith Al Khattani dilanjut hari kedua yang sangat padat memgunjungi Kota Alexandria berjarak 250 km dari Kairo.
Ini kota ilmu di Mesir, Kota Perpustakaan dan kota tua berusia ribuan tahun yaitu Alexandria yang dibangun 332 sebelum Nabi Isa lahir.
Mas'ud Said di depan Kedutaan Besar RI di Kota Kairo, Mesir.Foto/ist
Alexandria adalah juga tonggak ekspansi Islam ke Mesir. Ada tokoh Alexander the great dan lambang ekspansi Islam ke Mesir saat itu.
Beruntung lagi rombongan bisa bertemu Syeich Muhanna minta doa, Syech Ibrahim Hud Hud mendengar fatwa, bertamu Syech Abdul Baiz Kattani yang "lungit dan zuhud dan dsebut wali Allah" yang bagi pejabat sangat sulit untuk bersedia ditemui.
Syeich Abdul Baiz tinggal di apartemen sangat sederhana untuk ukuran ulama besar tingkat dunia dan kamarnya penuh dengan buku dan perabot yang sangat sederhana. Jauh dari kemewahan duniawi.
Tak lupa hari hari "nyucup kemukten", atau istilah Jawanya "ngalap barokah", dengan cara sowan di kediaman pemegang otoritas madzhab As Syafii Syech Sahawi yang tetap sehat di usia 77 tahun.
Mubibah akademik ini bertabur penuh keistimewaan spiritual karena rombongan dijamu Sheikh Syahawi makan malam dengan cara mengejutkan dan inspiratif.
Betapa tidak, beliau dan keluarga menghidangkan sendiri makanan sambil menunggu tetamu puas menikmati sajian. Betapa kaget saya ketika tahu setelah tetamu dipastikan kenyang, sisa lauk pauk daging onta, daging kambing dan makanan khas lain yang tersisa diselesaikannya oleh beliau di kursi dan meja terpisah.
Keberkahan lain bagi saya adalah bisa mengunjungi maqam maqam orang hebat seperti pengarang Burdah yang kesohor di seantero jagad sunni yaitu Syech Al Busyiri yang tak kalah istimewa dan mistis. Ini bagai mimpi.
Tak lupa saya, pimpinan pondok, dan rombongan intelektual, aktifis dan jurnalis ini juga berkunjung ke maqam Al Imam As Syafii yang sangat masyhur itu. Tak lupa juga shalat dhuhur berjamaah di masjid syech Ahmad Ibnu Athoillah As Syakandari dan tahlilan di maqam beliau.
Setelah selesai kami melakukan kunjungan ke Kedutaan Besar Indonesia si Mesir untuk agenda TOR kerjasama. Hari baik dan kemudahan tiba dengan sambutan dan keceriaan staf Kedubes Bu Dian Ratri Astuti dab Billy Frederick.
Dalam waktu yang tidak lama di Unisma Malang dan PP Amanatul Ummah ada lembaga Anti Radicalisme dan Extremisme Centre yang didukung Kementrian Luar Negeri dan Al Azhar Observatory. Ini kerjasama Pemprov Jatim yang juga memberi beasiswa S1 ke Mesir untuk menguatkan jalur keilmuan.
Dengan berbekal kekuatan diplomasi ala Khofifah Indar Parawansa dan kekuatan networking Kyai Asep Amanatul Ummah di Mesir pusat studi Anti Radikalisme, Pendidikan Islam Multikultural akan terwujud. Ini akan jadi tonggal terajutnya hubungan intelektual dan gerakan Islam yang ramah.
Pihak Kementrian Luar Negeri melalui Kedubes Indonesia di Mesir mendukung penuh dan akan memasukkan agenda ini untuk ikut serta mengisi perdamaian dunia sebagaimana target Kemenlu sesuai UUD 1945 dan program strategis kedubes kawasan Mesir.
(msd)