Pesan Wasiat Keluarga Bunuh Diri di Kediri

Senin, 06 April 2015 - 21:00 WIB
Pesan Wasiat Keluarga Bunuh Diri di Kediri
Pesan Wasiat Keluarga Bunuh Diri di Kediri
A A A
KEDIRI - Surat wasiat yang ditulis pelaku bunuh diri, pasangan suami istri dan anak, di Desa Minggiran, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, diduga telah dibuat jauh hari sebelum aksi nekat tersebut dilakukan.

Ungkapan "lelah dan tidak ada harapan" di buku yang ditemukan di sebelah jenazah Yudi Santoso (41), Fajar Retno (38), dan anak semata wayangnya Theola Nadifa (7), merupakan isyarat meminta tolong.

"Lelah dan ketiadaan harapan merupakan wujud permintaan tolong. Dan butuh waktu berbulan bulan merencanakan bunuh diri itu," ujar Ahli Kejiawaan Polda Jatim dr Roni Subagia, kepada wartawan, Senin (6/4/2015).

Yudi, Retno, dan Theola, atau biasa dipanggil Ola atau Wulan, ditemukan tewas di kamarnya, pada Jumat 3 April 2015 malam). Jasad ketiganya baru ditemukan setelah membusuk.

Selain dua unit HP dan sebotol racun serangga merek HIT, polisi mengamankan buku tulis berisi surat wasiat.

Inti wasiat menyebutkan, mereka memilih menyudahi hidup karena sudah lelah dan tidak ada harapan. Faktor ekonomi diduga kuat menjadi penyebab aksi bunuh diri.

Roni meyakini, surat wasiat itu ditulis jauh hari. Setidaknya bukan pada hari yang sama saat tindakan nekat tersebut diambil. Andaikan pada fase itu ada yang mengetahui, Roni yakin perbuatan bunuh diri itu bisa dicegah.

"Namun sayangnya tidak ada yang merespon isyarat itu," terangnya.

Sebagai penguat analisa, Roni menduga Yudi dan istrinya pernah membagi beban persoalan kepada orang dekat. Wujudnya bisa berupa keluhan atau sekedar curhat. Secara psikologis, ungkapan tersebut merupakan gejala frustasi yang berakibat fatal.

Celakanya, hal-hal kecil yang sebenarnya serius kerapkali diabaikan oleh orang-orang terdekatnya. “Pasti sebelumnya ada yang sudah diajak bicara. Dan biasanya cenderung diabaikan," jelas Roni.

Sementara itu, Nurul Talqis (49), kakak Yudi mengatakan, adiknya memiliki pribadi yang tertutup. Meski mendapat masalah tidak pernah sekalipun membagi beban kepada siapapun, termasuk kepada saudaranya.

"Dari dulu orangnya tertutup. Meski ada masalah tidak pernah mengeluh, apalagi meminta tolong," ungkapnya.

Yudi setahun tidak bekerja. Tanpa alasan yang jelas, dia keluar dari pekerjaan medical representatif, di perusahaan farmasi Kimia Farma, di Bandung.

Retno istrinya juga bernasib sama. Dua bulan terakhir yang bersangkutan memilih keluar dari pekerjaan. Dia menolak dimutasi menjadi pengawas perusahaan farmasi di Surabaya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasutri itu sempat berdagang secara online. Namun karir usaha yang dirintisnya bangkrut.

Nurul Talqis mengatakan, dua hari sebelum ditemukan tewas, Yudi masih sempat berkomunikasi dengan Tamam, kakak tertua. Hanya saja, Nurul Talqis tidak tahu apa isi dari pembicaraan tersebut.

"Apakah berbicara soal permasalahan ekonomi atau persoalan lain, saya tidak tahu," pungkasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4817 seconds (0.1#10.140)