Gempar! Komandan Brigif Kariango Perintahkan Prajurit Makan Puntung Rokok, Kenapa?
loading...
A
A
A
Menurut Egy, Doni mulai mendisiplinkan prajuritnya. Namun cara yang dilakukannya benar-benar patut mendapat acungan jempol. Purnawirawan jenderal yang kini menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) periode 2021-2026 itu bukan memberikan latihan kesamaptaan atau lainnya, tetapi membersihkan area brigade seluas 301 hektare tersebut.
Tidak kurang dari 350 rit truk (volume sampah) yang dikeluarkan dari area brigade. Dia bahkan menemukan residu atau timbunan sampah berusia puluhan tahun.
“Kami sampai kehabisan anggaran BBM untuk mengangkut sampah-sampah itu. Benar kan Pak Anto?” kata Doni sambil mengarahkan pandangan kepada Letjen TNI (Purn) Anto Mukti Putranto. Sekadar diketahui, saat Doni menjabat komandan Brigif, AM Putranto merupakan Kepala Staf (Kas) Brigif Kariango berpangkat Letkol. Putranto pun tertawa mendengar pertanyaan Doni, “Benar,” ucapnya.
Perlahan tapi pasti, sejak itu markas Brigif Kariango menjadi bersih dari sampah. Tapi persoalan tidak berhenti sampai di situ. Kebiasaan membuang sampah sembarangan ternyata belum benar-benar hilang, termasuk kebiasaan membuang puntung rokok.
Dibuatlah peraturan tegas untuk menghentikan kebiasaan buruk ini. Setiap prajurit-- terutama yang merokok-- wajib membawa bekas kaleng semir. Selesai merokok, mereka diwajibkan matikan dan simpan puntungnya di kaleng semir, untuk nanti dibuang di tempat sampah. Efektifkah? Ternyata tidak!
Dalam inspeksi rutin, Doni masih menemukan puntung rokok di jalanan. Seketika Doni memerintahkan prajurit yang mendampinginya untuk memungut dan memakannya. Padahal, mungkin bukan dia yang membuang puntung rokok itu.
Kontan seisi Brigade “gempar” oleh kabar komandan menghukum dengan menyuruh prajurit memakan puntung rokok yang dibuang sembarangan. Tidak butuh waktu lama, prajurit perokok selalu mengantongi kaleng semir. Area brigif semakin bersih.
AM Putranto juga senapas dengan Doni. Lulusan Akmil 1987 itu pernah memberikan tantangan kepada rombongan tamu dari pusat baik itu dari Kostrad atau Mabesad atau bahkan Mabes TNI. Jika tamu itu ada yang menemukan puntung rokok di area Brigif, disediakan uang Rp 500.000.
Tidak kurang dari 350 rit truk (volume sampah) yang dikeluarkan dari area brigade. Dia bahkan menemukan residu atau timbunan sampah berusia puluhan tahun.
“Kami sampai kehabisan anggaran BBM untuk mengangkut sampah-sampah itu. Benar kan Pak Anto?” kata Doni sambil mengarahkan pandangan kepada Letjen TNI (Purn) Anto Mukti Putranto. Sekadar diketahui, saat Doni menjabat komandan Brigif, AM Putranto merupakan Kepala Staf (Kas) Brigif Kariango berpangkat Letkol. Putranto pun tertawa mendengar pertanyaan Doni, “Benar,” ucapnya.
Perlahan tapi pasti, sejak itu markas Brigif Kariango menjadi bersih dari sampah. Tapi persoalan tidak berhenti sampai di situ. Kebiasaan membuang sampah sembarangan ternyata belum benar-benar hilang, termasuk kebiasaan membuang puntung rokok.
Dibuatlah peraturan tegas untuk menghentikan kebiasaan buruk ini. Setiap prajurit-- terutama yang merokok-- wajib membawa bekas kaleng semir. Selesai merokok, mereka diwajibkan matikan dan simpan puntungnya di kaleng semir, untuk nanti dibuang di tempat sampah. Efektifkah? Ternyata tidak!
Dalam inspeksi rutin, Doni masih menemukan puntung rokok di jalanan. Seketika Doni memerintahkan prajurit yang mendampinginya untuk memungut dan memakannya. Padahal, mungkin bukan dia yang membuang puntung rokok itu.
Kontan seisi Brigade “gempar” oleh kabar komandan menghukum dengan menyuruh prajurit memakan puntung rokok yang dibuang sembarangan. Tidak butuh waktu lama, prajurit perokok selalu mengantongi kaleng semir. Area brigif semakin bersih.
AM Putranto juga senapas dengan Doni. Lulusan Akmil 1987 itu pernah memberikan tantangan kepada rombongan tamu dari pusat baik itu dari Kostrad atau Mabesad atau bahkan Mabes TNI. Jika tamu itu ada yang menemukan puntung rokok di area Brigif, disediakan uang Rp 500.000.