Gempar! Komandan Brigif Kariango Perintahkan Prajurit Makan Puntung Rokok, Kenapa?
loading...
A
A
A
MAROS - Banyak pengalaman tak terlupakan menghiasi perjalanan militer Letnan Jenderal TNI (Purn) Doni Monardo . Salah satu yang membekas yakni ketika alumnus Akademi Militer 1985 ini ditugaskan sebagai Komandan Brigadi Infanteri Para Raider 3/Tri Budi Sakti atau lebih dikenal sebagai Brigif Kariango di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Kala itu tahun 2006. Doni sebelumnya menjabat wakil asisten operasi komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Waasops Danpaspampres). Yang menarik, penugasan baru Doni mengundang keheranan seorang seniornya.
“Saya masih ingat, salah seorang senior mengatakan, ‘Ngapain kamu ke Brigif Kariango. Di sana gersang dan prajuritnya bandel-bandel’,” ujar Doni sambil tertawa, dikisahkan staf khususnya, Egy Massadiah, dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Selasa (13/12/2022).
Doni sedang berada di sebuah hotel di Makassar ketika mengenang memori tersebut. Dari rooftop hotel, pandangannya mengarah ke Lapangan Karebosi di bawahnya yang terlihat rimbun pohon-pohon trembesi. Minuman khas sarabba dan pisang goreng menemani. Hujan baru saja mengguyur malam itu, 5 Desember 2022.
Dari Makassar, esoknya mantan komandan jenderal Komando Pasukan Khusus (danjen kopassus) ini berangkat ke markas Brigif Kariango. Asal tahu, pada 2006-2008 dia diberi kepercayaan untuk memimpin Brigif Kostrad tersebut.
Kepada senior yang mempertanyakan penugasannya, Doni mengatakan dirinya siap ditugaskan ke Kariango. “Saya bahkan menambahi, ‘izin komandan, saya malah senang’,” tuturnya.
Telan Puntung Rokok
Doni mengisahkan betapa “berantakannya” kondisi brigif saat itu. Bukan saja tandus dan gersang, tetapi tumpukan sampah menggunung di sejumlah titik yang menyebarkan aroma tidak sedap. Belum lagi berbagai kasus “kenakalan” prajurit.
Menurut Egy, Doni mulai mendisiplinkan prajuritnya. Namun cara yang dilakukannya benar-benar patut mendapat acungan jempol. Purnawirawan jenderal yang kini menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) periode 2021-2026 itu bukan memberikan latihan kesamaptaan atau lainnya, tetapi membersihkan area brigade seluas 301 hektare tersebut.
Tidak kurang dari 350 rit truk (volume sampah) yang dikeluarkan dari area brigade. Dia bahkan menemukan residu atau timbunan sampah berusia puluhan tahun.
“Kami sampai kehabisan anggaran BBM untuk mengangkut sampah-sampah itu. Benar kan Pak Anto?” kata Doni sambil mengarahkan pandangan kepada Letjen TNI (Purn) Anto Mukti Putranto. Sekadar diketahui, saat Doni menjabat komandan Brigif, AM Putranto merupakan Kepala Staf (Kas) Brigif Kariango berpangkat Letkol. Putranto pun tertawa mendengar pertanyaan Doni, “Benar,” ucapnya.
Perlahan tapi pasti, sejak itu markas Brigif Kariango menjadi bersih dari sampah. Tapi persoalan tidak berhenti sampai di situ. Kebiasaan membuang sampah sembarangan ternyata belum benar-benar hilang, termasuk kebiasaan membuang puntung rokok.
Dibuatlah peraturan tegas untuk menghentikan kebiasaan buruk ini. Setiap prajurit-- terutama yang merokok-- wajib membawa bekas kaleng semir. Selesai merokok, mereka diwajibkan matikan dan simpan puntungnya di kaleng semir, untuk nanti dibuang di tempat sampah. Efektifkah? Ternyata tidak!
Dalam inspeksi rutin, Doni masih menemukan puntung rokok di jalanan. Seketika Doni memerintahkan prajurit yang mendampinginya untuk memungut dan memakannya. Padahal, mungkin bukan dia yang membuang puntung rokok itu.
Kontan seisi Brigade “gempar” oleh kabar komandan menghukum dengan menyuruh prajurit memakan puntung rokok yang dibuang sembarangan. Tidak butuh waktu lama, prajurit perokok selalu mengantongi kaleng semir. Area brigif semakin bersih.
AM Putranto juga senapas dengan Doni. Lulusan Akmil 1987 itu pernah memberikan tantangan kepada rombongan tamu dari pusat baik itu dari Kostrad atau Mabesad atau bahkan Mabes TNI. Jika tamu itu ada yang menemukan puntung rokok di area Brigif, disediakan uang Rp 500.000.
“Dan Kas Brigif tidak pernah mengeluarkan uang itu, karena memang sudah tidak ada lagi puntung rokok terbuang sembarangan,” tulis Egy.
Menghijaukan Brigif Kariango
Masalah yang juga jadi perhatian utama Doni Monardo saat memimpin Brigif Kariango yaitu kegersangan. Di sinilah ‘tangan Tuhan’ bekerja. Seseorang memperkenalkan Doni dengan bankir Makassar, Andi Tenri “Onny” Gappa.
Onny Gappa merupakan Ketua Perhimpunan Perbankan Nasional (Perbanas) Sulsel dua dekada, 90-an dan 2000-an. Menariknya, dia bukan berlatar belakang akuntan, ekonom, atau manajemen. Onny insinyur animal husbandry dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Onny yang juga keponakan mantan Panglima ABRI Jenderal M Jusuf ini dikenal sangat senang menanam pohon. Di mana pun dia beraktivitas, nyaris tak pernah lepas pernyataan ini, “Siapa saja yang butuh bibit pohon silahkan datang ke rumah saya."
Suatu ketika Doni akhirnya bertemu Onny. Berawal dari pertemuan itu lah program penghijauan Brigif Kariango disepakati dan benar-benar terwujud.
Singkat cerita, Onny mempersilakan armada Brigif datang ke rumahnya untuk mulai proses pengangkutan bibit-bibit trembesi. Tak kurang dari 20.000 bibit trembesi disumbangkan Onny Gappa untuk menghijaukan Markas Brigif Kariango.
Benih-benih sukses penghijauan Brigif Kariango menampakkan hasil positif. Ini tentu saja memupus pesimisme sebagian (besar) prajurit Kariango sebelumnya.
“Saya tahu, banyak prajurit marah, banyak prajurit tidak setuju waktu saya minta menanam pohon. Saya mendengar ada yang ngomong, ‘kami sudah bertahun-tahun menanam pohon dan gagal terus. Ini Kopassus (Doni Monardo) datang mau menanam pohon pula. Mana mungkin berhasil’,” kata Doni, menirukan keluhan dan protes prajurit.
Berkat kerja keras, disiplin, dan kerja ikhlas, trembesi bisa tumbuh di tanah bebatuan Kariango. Hal itu pun dilaporkan Doni saat berjumpa Pangdam VII/Wirabuana (ketika itu), Mayjen TNI Djoko Susilo Utomo. Djoko yang notabene juga mantan Danbrigif Kariango pun terkesan.
Puncak kisah sukses menghijaukan area Brigif Kariango yang semula tandus, ditandai dengan pemasangan papan di dekat kebun bibit. Papan itu bertuliskan “Dari Kariango Ikut Hijaukan Indonesia”. Saat momen “Reuni Trembesi” 6 Desember 2022, papan itu tampak masih utuh. Tulisan yang sempat memudar kembali dicerahkan dengan cat baru.
Pada 2008, dua tahun setelah menjabat Komandan Brigif Kariango, turun Skep penugasan baru untuk Kolonel Inf Doni Monardo kembali ke satuan Pasukan Pengaman Presiden sebagai Dan Grup A Paspampres (2008 – 2010). Doni menyebut, orang yang paling sedih atas kepindahan tugasnya adalah almarhum Onny Gappa.
“Jadi, kalau hari ini Kariango hijau, trembesi ada dari Aceh sampai Papua, ini semua tidak lepas dari jasa besar almarhum Onny Gappa. Tanpa almarhum Onny Gappa, tidak mungkin ada trembesi di banyak tempat di Indonesia!.
Kala itu tahun 2006. Doni sebelumnya menjabat wakil asisten operasi komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Waasops Danpaspampres). Yang menarik, penugasan baru Doni mengundang keheranan seorang seniornya.
“Saya masih ingat, salah seorang senior mengatakan, ‘Ngapain kamu ke Brigif Kariango. Di sana gersang dan prajuritnya bandel-bandel’,” ujar Doni sambil tertawa, dikisahkan staf khususnya, Egy Massadiah, dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Selasa (13/12/2022).
Doni sedang berada di sebuah hotel di Makassar ketika mengenang memori tersebut. Dari rooftop hotel, pandangannya mengarah ke Lapangan Karebosi di bawahnya yang terlihat rimbun pohon-pohon trembesi. Minuman khas sarabba dan pisang goreng menemani. Hujan baru saja mengguyur malam itu, 5 Desember 2022.
Dari Makassar, esoknya mantan komandan jenderal Komando Pasukan Khusus (danjen kopassus) ini berangkat ke markas Brigif Kariango. Asal tahu, pada 2006-2008 dia diberi kepercayaan untuk memimpin Brigif Kostrad tersebut.
Kepada senior yang mempertanyakan penugasannya, Doni mengatakan dirinya siap ditugaskan ke Kariango. “Saya bahkan menambahi, ‘izin komandan, saya malah senang’,” tuturnya.
Telan Puntung Rokok
Doni mengisahkan betapa “berantakannya” kondisi brigif saat itu. Bukan saja tandus dan gersang, tetapi tumpukan sampah menggunung di sejumlah titik yang menyebarkan aroma tidak sedap. Belum lagi berbagai kasus “kenakalan” prajurit.
Menurut Egy, Doni mulai mendisiplinkan prajuritnya. Namun cara yang dilakukannya benar-benar patut mendapat acungan jempol. Purnawirawan jenderal yang kini menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) periode 2021-2026 itu bukan memberikan latihan kesamaptaan atau lainnya, tetapi membersihkan area brigade seluas 301 hektare tersebut.
Tidak kurang dari 350 rit truk (volume sampah) yang dikeluarkan dari area brigade. Dia bahkan menemukan residu atau timbunan sampah berusia puluhan tahun.
“Kami sampai kehabisan anggaran BBM untuk mengangkut sampah-sampah itu. Benar kan Pak Anto?” kata Doni sambil mengarahkan pandangan kepada Letjen TNI (Purn) Anto Mukti Putranto. Sekadar diketahui, saat Doni menjabat komandan Brigif, AM Putranto merupakan Kepala Staf (Kas) Brigif Kariango berpangkat Letkol. Putranto pun tertawa mendengar pertanyaan Doni, “Benar,” ucapnya.
Perlahan tapi pasti, sejak itu markas Brigif Kariango menjadi bersih dari sampah. Tapi persoalan tidak berhenti sampai di situ. Kebiasaan membuang sampah sembarangan ternyata belum benar-benar hilang, termasuk kebiasaan membuang puntung rokok.
Dibuatlah peraturan tegas untuk menghentikan kebiasaan buruk ini. Setiap prajurit-- terutama yang merokok-- wajib membawa bekas kaleng semir. Selesai merokok, mereka diwajibkan matikan dan simpan puntungnya di kaleng semir, untuk nanti dibuang di tempat sampah. Efektifkah? Ternyata tidak!
Dalam inspeksi rutin, Doni masih menemukan puntung rokok di jalanan. Seketika Doni memerintahkan prajurit yang mendampinginya untuk memungut dan memakannya. Padahal, mungkin bukan dia yang membuang puntung rokok itu.
Kontan seisi Brigade “gempar” oleh kabar komandan menghukum dengan menyuruh prajurit memakan puntung rokok yang dibuang sembarangan. Tidak butuh waktu lama, prajurit perokok selalu mengantongi kaleng semir. Area brigif semakin bersih.
AM Putranto juga senapas dengan Doni. Lulusan Akmil 1987 itu pernah memberikan tantangan kepada rombongan tamu dari pusat baik itu dari Kostrad atau Mabesad atau bahkan Mabes TNI. Jika tamu itu ada yang menemukan puntung rokok di area Brigif, disediakan uang Rp 500.000.
“Dan Kas Brigif tidak pernah mengeluarkan uang itu, karena memang sudah tidak ada lagi puntung rokok terbuang sembarangan,” tulis Egy.
Menghijaukan Brigif Kariango
Masalah yang juga jadi perhatian utama Doni Monardo saat memimpin Brigif Kariango yaitu kegersangan. Di sinilah ‘tangan Tuhan’ bekerja. Seseorang memperkenalkan Doni dengan bankir Makassar, Andi Tenri “Onny” Gappa.
Onny Gappa merupakan Ketua Perhimpunan Perbankan Nasional (Perbanas) Sulsel dua dekada, 90-an dan 2000-an. Menariknya, dia bukan berlatar belakang akuntan, ekonom, atau manajemen. Onny insinyur animal husbandry dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Onny yang juga keponakan mantan Panglima ABRI Jenderal M Jusuf ini dikenal sangat senang menanam pohon. Di mana pun dia beraktivitas, nyaris tak pernah lepas pernyataan ini, “Siapa saja yang butuh bibit pohon silahkan datang ke rumah saya."
Suatu ketika Doni akhirnya bertemu Onny. Berawal dari pertemuan itu lah program penghijauan Brigif Kariango disepakati dan benar-benar terwujud.
Singkat cerita, Onny mempersilakan armada Brigif datang ke rumahnya untuk mulai proses pengangkutan bibit-bibit trembesi. Tak kurang dari 20.000 bibit trembesi disumbangkan Onny Gappa untuk menghijaukan Markas Brigif Kariango.
Benih-benih sukses penghijauan Brigif Kariango menampakkan hasil positif. Ini tentu saja memupus pesimisme sebagian (besar) prajurit Kariango sebelumnya.
“Saya tahu, banyak prajurit marah, banyak prajurit tidak setuju waktu saya minta menanam pohon. Saya mendengar ada yang ngomong, ‘kami sudah bertahun-tahun menanam pohon dan gagal terus. Ini Kopassus (Doni Monardo) datang mau menanam pohon pula. Mana mungkin berhasil’,” kata Doni, menirukan keluhan dan protes prajurit.
Berkat kerja keras, disiplin, dan kerja ikhlas, trembesi bisa tumbuh di tanah bebatuan Kariango. Hal itu pun dilaporkan Doni saat berjumpa Pangdam VII/Wirabuana (ketika itu), Mayjen TNI Djoko Susilo Utomo. Djoko yang notabene juga mantan Danbrigif Kariango pun terkesan.
Puncak kisah sukses menghijaukan area Brigif Kariango yang semula tandus, ditandai dengan pemasangan papan di dekat kebun bibit. Papan itu bertuliskan “Dari Kariango Ikut Hijaukan Indonesia”. Saat momen “Reuni Trembesi” 6 Desember 2022, papan itu tampak masih utuh. Tulisan yang sempat memudar kembali dicerahkan dengan cat baru.
Pada 2008, dua tahun setelah menjabat Komandan Brigif Kariango, turun Skep penugasan baru untuk Kolonel Inf Doni Monardo kembali ke satuan Pasukan Pengaman Presiden sebagai Dan Grup A Paspampres (2008 – 2010). Doni menyebut, orang yang paling sedih atas kepindahan tugasnya adalah almarhum Onny Gappa.
“Jadi, kalau hari ini Kariango hijau, trembesi ada dari Aceh sampai Papua, ini semua tidak lepas dari jasa besar almarhum Onny Gappa. Tanpa almarhum Onny Gappa, tidak mungkin ada trembesi di banyak tempat di Indonesia!.
(nic)