TGB Ajak Masyarakat Merawat Demokrasi dengan Kolaborasi
loading...
A
A
A
SURABAYA - Keberagaman di Indonesia sudah teruji oleh waktu untuk bisa menjadi khasanah kebangsaan. Keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia sudah pada level “fitri” yang bisa terus dirawat.
Hal itu disampaikan Ketua Nahdlatul Wathan, Dr Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, saat diskusi ilmiah Menggali Mutiara Para Bijak Bestari untuk Memperkokoh Persatuan Bangsa, di Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya.
“Namun sesuatu yang sudah ada tetap harus dijaga. Kita sudah memiliki pengalaman untuk merawatnya. Jadi persaudaraan itu harus dirawat, biar tidak pecah,” kata TGB, panggilan akrabnya, Senin (5/12/2022).
Dia melanjutkan, perlu adanya perjumpaan yang dilakukan secara rutin. Sehingga segala perbedaan bisa dilakukan pembahasan. Dari beragam perbedaan, bisa dibicarakan tentang persatuan dan kerukunan.
“Kita juga sering berhadapan dengan agenda demokrasi yang sering menyebabkan kerukunan itu terganggu. Karena adanya perbedaan pilihan, cara pandang dan itu membuat persahabatan dan persaudaraan jadi rusak,” jelasnya.
Makanya, kata TGB, untuk mengantisipasi itu perlu adanya perjumpaan. Adanya perjumpaan ini bisa diisi dengan ragam perspektif. “Kita sama-sama menjaga dan sama-sama menghadirkan persaudaraan yang otentik sebagai anak bangsa,” ucapnya.
TGB juga menjelaskan, selama ini kita selalu berbicara tentang toleransi dan kerukunan, terkadang kalau beberapa pihak hanya berhenti di toleransi dan kerukukan, masing-masing pihak mengklaim paling toleran.
“Jadi tidak hanya berhenti di kata toleran saja, tapi lebih dari itu, yakni kerjasama,” tegasnya.
Selain saling menghormati, kita juga melakukan upaya kerjasama. Sehingga ada kepedulian yang dilakukan di berbagai tempat. “Jadi ada toleransi dan juga kerjasama yang baik,” tukasnya.
Hal itu disampaikan Ketua Nahdlatul Wathan, Dr Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, saat diskusi ilmiah Menggali Mutiara Para Bijak Bestari untuk Memperkokoh Persatuan Bangsa, di Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya.
“Namun sesuatu yang sudah ada tetap harus dijaga. Kita sudah memiliki pengalaman untuk merawatnya. Jadi persaudaraan itu harus dirawat, biar tidak pecah,” kata TGB, panggilan akrabnya, Senin (5/12/2022).
Dia melanjutkan, perlu adanya perjumpaan yang dilakukan secara rutin. Sehingga segala perbedaan bisa dilakukan pembahasan. Dari beragam perbedaan, bisa dibicarakan tentang persatuan dan kerukunan.
“Kita juga sering berhadapan dengan agenda demokrasi yang sering menyebabkan kerukunan itu terganggu. Karena adanya perbedaan pilihan, cara pandang dan itu membuat persahabatan dan persaudaraan jadi rusak,” jelasnya.
Makanya, kata TGB, untuk mengantisipasi itu perlu adanya perjumpaan. Adanya perjumpaan ini bisa diisi dengan ragam perspektif. “Kita sama-sama menjaga dan sama-sama menghadirkan persaudaraan yang otentik sebagai anak bangsa,” ucapnya.
TGB juga menjelaskan, selama ini kita selalu berbicara tentang toleransi dan kerukunan, terkadang kalau beberapa pihak hanya berhenti di toleransi dan kerukukan, masing-masing pihak mengklaim paling toleran.
“Jadi tidak hanya berhenti di kata toleran saja, tapi lebih dari itu, yakni kerjasama,” tegasnya.
Selain saling menghormati, kita juga melakukan upaya kerjasama. Sehingga ada kepedulian yang dilakukan di berbagai tempat. “Jadi ada toleransi dan juga kerjasama yang baik,” tukasnya.
(san)