Kisah Gajah Mada Diminta Pensiun Dini dari Jabatan Mahapatih Kerajaan Majapahit

Minggu, 04 Desember 2022 - 08:05 WIB
loading...
Kisah Gajah Mada Diminta Pensiun Dini dari Jabatan Mahapatih Kerajaan Majapahit
Gajah Mada diminta pensiun dari jabatan Mahapatih Kerajaan Majapahit.
A A A
Gayatri menjadi tokoh penting yang tak tampak pada pemerintahan Kerajaan Majapahit . Saat itu saat anak Tribhuwana Tunggadewi memang tengah berkuasa di singgasana raja Majapahit. Peran Gayatri tak terlihat karena memilih untuk menjadi tokoh di balik layar.

Ia lebih menikmati peranan barunya sebagai bhiksuni Buddhis. Walaupun jarang terlihat di hadapan publik, ia tetap berupaya mengikuti perkembangan urusan-urusan kenegaraan dan menawarkan saran-saran kepada sang putri dan Mahapatih.

Namun, semakin lama ia mulai paham bahwa kesehatannya berangsur-angsur turun. Ini hal yang wajar karena usianya kini sudah tujuh puluh enam tahun. Earl Drake pada bukunya "Gayatri Rajapatni : Perempuan di Balik Kejayaannya Majapahit" dikisahkan siap meninggalkan siklus kehidupan yang sekarang dijalaninya demi dapat terlahir kembali.

Baca juga: Mahapatih Gajah Mada Ingin Menguasai Gurun di Maluku, Ini Penyebabnya

Hanya ada satu hal yang mencemaskan Gayatri, yakni watak sang Mahapatih perkasa Gadjah Mada, serta pengaruhnya yang mungkin tertanam pada diri cucunya, Hayam Wuruk yang juga calon raja Majapahit. Gayatri pun menyampaikan kegelisahan itu ke putrinya yang juga penguasa Majapahit, Tribhuwana Tunggadewi.

Curhatan sang ibu kandung ternyata juga ditanggapi oleh Tribhuwana Tunggadewi yang mengalami hal serupa. Namun Tribhuwana mengaku begitu terbantu dengan sifat Gajah Mada dalam memimpin negeri Majapahit.

"Seperti yang kita sama-sama ketahui. Gajah Mada luar biasa cakap, pragmatis, dan patriotik, namun ia pun cenderung tak sabaran, keras kepala, dan agresif. Aku dan Mahapatih dapat bermitra dengan baik dalam membimbing negeri ini selama bertahun-tahun. Kekurangan dan kelebihan kami saling melengkapi. Apabila sikap tidak sabarannya muncul, aku selalu berhati-hati. Saat aku terlalu pasif, dia menjadi agresif, dan seterusnya," demikian Tribhuwana Tunggadewi berbicara dengan Gayatri, ibunya.

"Para prajurit dan pejabat sipil setia padanya, tetapi aku pun memiliki otoritas suci kerajaan dalam darahku. Waktu ia diangkat menjadi pejabat, aku sudah malang-melintang sebagai ratu, sehingga aku selalu mampu mengimbangi kekuasaannya," demikian kata Tribhuwana kembali.

Hal ini tentu direspon oleh sang ibu Gayatri yang menyatakan dirinya ada masanya. Bahkan Gayatri sempat menyebut ajalnya kian dekat. Dirinya meyakinkan Tribhuwana putrinya bisa menjadi seseorang yang cerdas dan mulia. Namun diakui Gayatri, ada keraguan pada sifat anaknya itu.

Gayatri juga memahami pula bila suatu saat nanti Tribhuwana ingin menyerahkan tampuk kekuasaan ke cucunya sekaligus putra Tribhuwana Tunggadewi bernama Hayam Wuruk. Tribhuwana sudah merencanakan ketika Hayam Wuruk berusia 16 tahun tampuk kekuasaan itu akan diserahkan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1898 seconds (0.1#10.140)