Santri Pesantren di Sragen Meninggal, Diduga Dianiaya Senior

Rabu, 23 November 2022 - 06:10 WIB
loading...
Santri Pesantren di Sragen Meninggal, Diduga Dianiaya Senior
Seorang santri di salah satu pesantren di Kecamatan Masaran, Sragen, Jawa Tengah berinisial DW (14) meninggal dunia. Korban diduga mendapat kekerasan dari seniornya. (Ist)
A A A
SRAGEN - Seorang santri di salah satu pesantren di Kecamatan Masaran, Sragen, Jawa Tengah berinisial DW (14) meninggal dunia. Korban diduga mendapat kekerasan dari seniornya karena melanggar aturan.

Diketahui, DW (14) merupakan warga Desa Katikan, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi. Data yang dihimpun MPI, insiden kekerasan itu dilaporkan terjadi pada Sabtu (19/11/2022) malam.

Santri yang diduga melakukan kekerasan disebut berusia satu tahun lebih tua dan berasal dari Karanganyar.

Informasi dari kerabat korban, DW mengembuskan nafas terakhirnya di salah satu rumah sakit di Masaran, Sragen, sesaat setelah kejadian.

Dia menyebutkan, korban sempat ditendang satu kali di bagian dada hingga kemudian jatuh tak sadarkan diri.

“Sempat dilarikan ke klinik dan rumah sakit di Masaran, namun nyawa korban tak terselamatkan,” tutur Tri, salah satu keluarga korban.

Korban dikabarkan meninggal pada Minggu (20/11/2022) sekitar pukul 02.00 WIB dinihari. Saat ini kasus tersebut sudah ditangani pihak kepolisian setempat.

Tri menjelaskan, orang tua korban, Jumasri (38) tidak menyangka nasib anak laki-laki semata wayang itu berakhir pilu.

Ibu korban juga hanya bisa menangis saat rekan kerjanya di Puskesmas Kedunggalar, mendatangi rumahnya untuk menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya sang anak.

"Kebetulan orang tua korban adalah teman saya. Korban sempat divisum di rumah sakit," ujarnya.

Menurut paman korban, Nurhuda mengatakan, korban diketahui tidak mempunyai riwayat sakit apapun. Bahkan sebelum kejadian, korban sempat dijenguk orang tuanya dan dalam keadaan sehat.

"Jadi satu hari sebelum kejadian, keluarga sempat menjenguk. Saat itu kondisi korban baik-baik saja, tidak mengeluh sakit," kata Nurhuda, Selasa (22/11/2022).

Nurhuda menjelaskan, begitu diberitahu kematian korban oleh pihak pondok pesantren Ta’mirul Islam di Desa Krikilan, Masaran, Sragen, keluarga langsung bergegas.

Sebelum menjemput jenazah, keluarga yang terdiri atas Nurhuda, Dwi Minto Waluyo (ayah korban) dan Kusmanto sempat mampir ke Mapolsek Masaran untuk melaporkan kematian korban yang tidak wajar.

Sampai di pondok dan melihat keponakannya sudah diselimuti kain kafan, lanjut Nurhuda, dia kemudian membukanya. Saat itu terlihat ada bekas luka lebam di wajah dan tubuh bocah kelas IX MTs itu.

"Kata pihak pondok, korban sempat membuat pelanggaran tidak menjalankan piket," katanya.

Baca: Terbakar Cemburu, Warga OKU Selatan Bunuh Suami Mantan Istri.

Nurhuda kemudian mengutip penjelasan dari pihak pondok, pada Sabtu (19/11/2022) malam sekitar pukul 23.00 WIB, korban dipanggil oleh seniornya, santri kelas 1 SMA dan sempat mendapat hukuman karena tidak menjalankan piket.

Setelah itu korban dilarikan ke klinik di Masaran dan dinyatakan meninggal dunia. "Setelah kami lapor polisi, jenazah kemudian divisum di RS Moewardi Solo," pungkasnya.

Baca Juga: Terima Bantuan Perindo, Ratusan Pengungsi Korban Gempa Cianjur Mengaku Terharu.

Sementara, Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sragen, Ihsan Muhadi mengaku belum bisa berkomentar karena masih mengkonfirmasi informasi tersebut.
(nag)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7076 seconds (0.1#10.140)