Tandai Kebangkitan Usai Pandemi, Warga Bali Suarakan Manfaat Event KTT G20
loading...
A
A
A
DENPASAR - Event Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara G20 akan segera berlangsung di Bali. 17 Kepala Negara akan hadir dalam kegiatan akbar yang akan menentukan masa depan kondisi bangsa-bangsa di dunia.
Lalu apa keuntungannya bagi masyarakat Bali?. Masalah itu dibahas dalam Diskusi yang digelar Lembaga Kajian dan Pengembangan (LKP) Sunari di Warung Sunari, Denpasar, Senin (14/11/2022).
Diskusi menghadirkan narasumber Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Ida Bagus Partha Adnyana, Ketua Paiketan Krama Bali Wayan Jondra dan Akademisi DR I Gusti Lanang Perbawa.
Ketua GIPI yang akrab disapa Gus Agung mengatakan, KTT G20 memberi manfaat langsung bagi masyarakat Bali karena pembangunan sejumlah infrastruktur terkait acara ini. “Seperti renovasi fasilitas di bandara, pembangunan jogging track di Sanur, hingga pelabuhan di Nusa Penida,” katanya.
Untuk di Ubud, bahkan pemerintah memfasilitasi penanaman kabel di sekitar Puri Ubud sehingga upacara ngaben yang menjadi daya tarik wisata di kawasan ini akan lebih leluasa dan menarik.
Dampak langsung juga dirasakan oleh hotel dan restoran di luar kawasan Nusa Dua yang menerima limpahan turis sehingga saat ini tingkat hunian bisa mencapai 60 persen.
“Bagi kami, sorotan media pun menjadi promosi gratis sehingga tak diperlukan lagi biaya untuk mengundang orang luar datang ke Bali,” katanya.
Dia optimis, trend kunjungan turis ke Bali akan meningkat dan untuk tahun ini bisa mencapai 2,1 juta wisatawan mancanegara atau meningkat 33 persen dari baseline tahun 2019.
Namun dia mengingatkan bahwa pasca event ini juga tetap harus diwaspadai adanya dampak perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan mahalnya harga tiket pesawat sehingga orang malas untuk berwisata.
“Selain itu, kita sendiri punya PR untuk menyelesaikan masalah sampah dan kemacetan yang bisa menurunkan daya taruk wisata Bali,” katanya.
Sementara itu, Ketua Paiketan Krama Bali, I Wayan Jondra menyebut, penyelenggaraan KTT G20 wajib disyukuri oleh masyarakat Bali, apalagi setelah sebelumnya Bali dihantam begitu keras oleh pandemi.
“Kenyataannya, pariwisata masih mendominasi sumber penghidupan kita. Event ini menunjukkan kepercayaan masyarakat internasional kepada Bali,” sebutnya.
Dia membantah adanya suara-suara yang menyebut event ini hanya menguntungkan para elit dan malah menyusahkan rakyat. “Ada memang hal-hal yang mesti kita tahan dulu, misalnya bagi yang ingin ke Nusa Dua, ya tahan dulu kalau aksesnya sekarang agak sulit,” katanya.
Sementara akademisi Lanang Perbawa menyatakan, keberadaan event internasional adalah bukti bahwa nilai-nilai hidup warga Bali telah mendapat penghargaan dari kalangan internasional.
“Kalau Bali dikenal seperti sekarang, karena sejak nenek moyang kita sudah mengajarkan keselarasan yang langsung diprakttekan dengan penuh keiklasan,” katanya.
“Mereka bahkan tak terlalu banyak berteori dan mencari-cari alasan. Tapi penghormatan terhadap alam, sesama manusia dan kepada penciptanya itu langsung dipraktekkan,” tegasnya.
Baca: 14 KRI Merapat di Perairan Apurva Kempinski Bali, Siagakan Torpedo hingga Roket Penembak Kapal Selam.
Dia berharap. Nilai-nilai keselarasan dan keharmonisan itu nantinya yang akan menginspirasi para pemimpin dunia setelah pulang dari Bali. “Spirit G20 ini khan kesejahteraan yang berkelanjutan, jadi ini sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini,” ujarnya.
Terkait dengan acara itu, Ketua LKP Sunari Made Sunarsa menyatakan, diskusi ini untuk menyuarakan aspirasi masyarakat Bali akan event KTT G20 dimana masyarakat Bali pun berhak untuk terlibat di dalamnya.
“Kami berharap, aspirasi ini juga mendapat tempat. Jangan sampai, event KTT G20 seolah hanya menguntungkan pemerintah. Tapi kami menegaskan bahwa warga Bali mendukung sepenuhnya dan bisa merasakan manfaatnya,” pungkasnya.
Lalu apa keuntungannya bagi masyarakat Bali?. Masalah itu dibahas dalam Diskusi yang digelar Lembaga Kajian dan Pengembangan (LKP) Sunari di Warung Sunari, Denpasar, Senin (14/11/2022).
Diskusi menghadirkan narasumber Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Ida Bagus Partha Adnyana, Ketua Paiketan Krama Bali Wayan Jondra dan Akademisi DR I Gusti Lanang Perbawa.
Ketua GIPI yang akrab disapa Gus Agung mengatakan, KTT G20 memberi manfaat langsung bagi masyarakat Bali karena pembangunan sejumlah infrastruktur terkait acara ini. “Seperti renovasi fasilitas di bandara, pembangunan jogging track di Sanur, hingga pelabuhan di Nusa Penida,” katanya.
Untuk di Ubud, bahkan pemerintah memfasilitasi penanaman kabel di sekitar Puri Ubud sehingga upacara ngaben yang menjadi daya tarik wisata di kawasan ini akan lebih leluasa dan menarik.
Dampak langsung juga dirasakan oleh hotel dan restoran di luar kawasan Nusa Dua yang menerima limpahan turis sehingga saat ini tingkat hunian bisa mencapai 60 persen.
“Bagi kami, sorotan media pun menjadi promosi gratis sehingga tak diperlukan lagi biaya untuk mengundang orang luar datang ke Bali,” katanya.
Dia optimis, trend kunjungan turis ke Bali akan meningkat dan untuk tahun ini bisa mencapai 2,1 juta wisatawan mancanegara atau meningkat 33 persen dari baseline tahun 2019.
Namun dia mengingatkan bahwa pasca event ini juga tetap harus diwaspadai adanya dampak perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan mahalnya harga tiket pesawat sehingga orang malas untuk berwisata.
“Selain itu, kita sendiri punya PR untuk menyelesaikan masalah sampah dan kemacetan yang bisa menurunkan daya taruk wisata Bali,” katanya.
Sementara itu, Ketua Paiketan Krama Bali, I Wayan Jondra menyebut, penyelenggaraan KTT G20 wajib disyukuri oleh masyarakat Bali, apalagi setelah sebelumnya Bali dihantam begitu keras oleh pandemi.
“Kenyataannya, pariwisata masih mendominasi sumber penghidupan kita. Event ini menunjukkan kepercayaan masyarakat internasional kepada Bali,” sebutnya.
Dia membantah adanya suara-suara yang menyebut event ini hanya menguntungkan para elit dan malah menyusahkan rakyat. “Ada memang hal-hal yang mesti kita tahan dulu, misalnya bagi yang ingin ke Nusa Dua, ya tahan dulu kalau aksesnya sekarang agak sulit,” katanya.
Sementara akademisi Lanang Perbawa menyatakan, keberadaan event internasional adalah bukti bahwa nilai-nilai hidup warga Bali telah mendapat penghargaan dari kalangan internasional.
“Kalau Bali dikenal seperti sekarang, karena sejak nenek moyang kita sudah mengajarkan keselarasan yang langsung diprakttekan dengan penuh keiklasan,” katanya.
“Mereka bahkan tak terlalu banyak berteori dan mencari-cari alasan. Tapi penghormatan terhadap alam, sesama manusia dan kepada penciptanya itu langsung dipraktekkan,” tegasnya.
Baca: 14 KRI Merapat di Perairan Apurva Kempinski Bali, Siagakan Torpedo hingga Roket Penembak Kapal Selam.
Dia berharap. Nilai-nilai keselarasan dan keharmonisan itu nantinya yang akan menginspirasi para pemimpin dunia setelah pulang dari Bali. “Spirit G20 ini khan kesejahteraan yang berkelanjutan, jadi ini sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini,” ujarnya.
Terkait dengan acara itu, Ketua LKP Sunari Made Sunarsa menyatakan, diskusi ini untuk menyuarakan aspirasi masyarakat Bali akan event KTT G20 dimana masyarakat Bali pun berhak untuk terlibat di dalamnya.
“Kami berharap, aspirasi ini juga mendapat tempat. Jangan sampai, event KTT G20 seolah hanya menguntungkan pemerintah. Tapi kami menegaskan bahwa warga Bali mendukung sepenuhnya dan bisa merasakan manfaatnya,” pungkasnya.
(nag)