Didominasi Sepeda Motor, Kendaraan Listrik di Jabar Terdata Baru 545 Unit
loading...
A
A
A
"Capacity building untuk sumber daya, kemudian juga penting dalam mengembangkan kendaraan listrik di Jabar," kata Setiawan.
Setiawan menambahkan, masih masifnya penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) telah berdampak pada tingginya polisi. Oleh karenanya, penggunaan kendaraan listrik, termasuk energi baru terbarukan (EBT) menjadi solusinya.
Sementara itu, Ketua Komisi I DPRD Jabar, Bedi Budiman menyatakan, DPRD Jabar mendukung terwujudnya migrasi kendaraan berbahan bakar minyak ke listrik. Menurutnya, penggunaan kendaraan listrik bertujuan untuk menghadirkan transportasi yang murah dan efisien.
Bedi berharap, ke depan, Indonesia khususnya Jabar dapat berdikari dan mandiri dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik ini. Oleh karenanya, kata Bedi, momen kolaborasi bersama University of Nottingham harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
"Kami berharap agar ke depan ketergantungan kita terhadap luar negeri bisa tertangani," katanya.
Profesor Patrick Wheeler dari University of Nottingham UK mengemukakan sejumlah hal terkait konversi kendaraan konvensional ke listrik. Pertama, perlu dipersiapkan sistem storage atau penyimpanan energi elektrik. "Lalu, hal yang paling esensial saat ini adalah pengembangan teknologi," ujarnya.
Patrick juga mengatakan bahwa mesin-mesin elektrik dan daya elektronika juga menjadi kunci pengembangan teknologi, khususnya dalam pengembangan kendaraan listrik.
Setiawan menambahkan, masih masifnya penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) telah berdampak pada tingginya polisi. Oleh karenanya, penggunaan kendaraan listrik, termasuk energi baru terbarukan (EBT) menjadi solusinya.
Sementara itu, Ketua Komisi I DPRD Jabar, Bedi Budiman menyatakan, DPRD Jabar mendukung terwujudnya migrasi kendaraan berbahan bakar minyak ke listrik. Menurutnya, penggunaan kendaraan listrik bertujuan untuk menghadirkan transportasi yang murah dan efisien.
Bedi berharap, ke depan, Indonesia khususnya Jabar dapat berdikari dan mandiri dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik ini. Oleh karenanya, kata Bedi, momen kolaborasi bersama University of Nottingham harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
"Kami berharap agar ke depan ketergantungan kita terhadap luar negeri bisa tertangani," katanya.
Profesor Patrick Wheeler dari University of Nottingham UK mengemukakan sejumlah hal terkait konversi kendaraan konvensional ke listrik. Pertama, perlu dipersiapkan sistem storage atau penyimpanan energi elektrik. "Lalu, hal yang paling esensial saat ini adalah pengembangan teknologi," ujarnya.
Patrick juga mengatakan bahwa mesin-mesin elektrik dan daya elektronika juga menjadi kunci pengembangan teknologi, khususnya dalam pengembangan kendaraan listrik.
(msd)