Kisah Raden Kikin Dibunuh usai Salat Jumat di Masjid Demak Picu Balas Dendam Arya Penangsang

Minggu, 06 November 2022 - 07:59 WIB
loading...
Kisah Raden Kikin Dibunuh usai Salat Jumat di Masjid Demak Picu Balas Dendam Arya Penangsang
Perselisihan keluarga di Kerajaan Islam Demak berawal saat Pati Unus atau Pangeran Sebrang Lor gugur kala menyerang Portugis di Malaka. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
PERSELISIHANdi Kerajaan Islam Demak yang didirikan Raden Patah berawal saat Pati Unus atau Pangeran Sebrang Lor gugur saat menyerang pasukan penjajah Portugis di Malaka.

Konflik dipicu perebutan kekuasaan Raja (Sultan) Demak sepeninggal Raden Patah dan putra pertamanya Pati Unus. Raden Mukmin menghendaki ayahnya, Sultan Trenggana yang tetap menjadi Raja Demak. Sultan Trenggana merupakan putra dari Raden Patah.



Pesaing terkuat datang dari putra Raden Patah lainnya, yakni Raden Kikin yang dianggap bisa menggusur kekuasaan Sultan Trenggana.

Saat itu Raden Mukmin, putra Sultan Trenggana memutuskan untuk menghabisi Raden Kikin yang diketahui merupakan ayah dari Arya Penangsang. Pertikaian antar saudara demi kekuasaan Kerajaan Demak pun pecah.

Kisah Raden Kikin Dibunuh usai Salat Jumat di Masjid Demak Picu Balas Dendam Arya Penangsang

Foto/Ilustrasi/Ist

Raden Mukmin bersiasat dengan menyuruh anak buahnya, Ki Surayata menghabisi Raden Kikin. Pembunuhan Raden Kikin pun terjadi usai ibadah Salat Jumat.

Saat sedang jalan kaki pulang usai Salat Jumat dari Masjid Demak, Raden Kikin ditusuk oleh Ki Surayata di atas jembatan hingga tewas. Jasadnya lalu dibuang ke sungai hingga ditemukan oleh warga.


Karena jasadnya dibuang ke sungai seusai dibunuh maka Raden Kikin dikenal dengan Pangeran Sekar Seda Lepen yang artinya bunga yang gugur di sungai.

Setelah Raden Kikin meninggal, Sultan Trenggana pun naik takhta Kerajaan Demak pada 1521. Namun pemerintahannya berakhir karena Sultan Trenggana gugur di Panarukan, Situbondo tahun 1546. Kala itu Raja Demak ini mencoba kembali menyerang Portugis meneruskan perjuangan Pati Unus.

Selanjutnya Raden Mukmin menggantikan sebagai Raja Demak keempat bergelar Sunan Prawoto. Ibukota Kerajaan Demak (1546-1549).

Dalam buku "Hitam Putih Raja-Raja Jawa Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita" karya Sri Wintala Achmad ditulis tentang konflik perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak.

Sementara itu, pembunuhan terhadap Pangeran Sekar Seda Lepen membuat anaknya, Arya Penangsang marah dan dendam. Sepeninggal Raden Kikin, Arya Penangsang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Adipati Jipang. Saat itu usianya masih 16 tahun, sehingga pemerintahannya dibantu Patih Mat Ahun (Mentaun).

Menurut Kitab Kapunggawan Jipang, jumenengan Arya Penangsang baru di laksanakan empat tahun kemudian yakni pada 1525. Saat itu Arya Penangsang berumur 20 tahun.

Arya Penangsang merupakan murid kesayangan Sunan Kudus yang kemudian mewarisi keris pusaka Setan Kober. Sosok Arya Penangsang dikenal sakti dan kepribadiannya yang tegas dan tidak kompromi dalam membela dan mempertahankan kebenaran. Hal itulah yang membuatnya disegani.

Riwayat mengenai Arya Penangsang tercantum dalam beberapa serat dan babad yang ditulis ulang pada periode bahasa Jawa Baru (abad ke-19), seperti Babad Tanah Jawi dan Babad Demak. Dalam Babad Tanah Jawi dikisahkan karakter Arya Penangsang sebagai pribadi yang mudah marah, kurang hati-hati dan kejam.

Arya Penangsang lahir di Lasem pada 1505. Dia merupakan putra pertama Pangeran Surowiyoto atau Raden Kikin atau sering disebut juga sebagai Pangeran Sekar Sedo Lepen putra dari Raden Patah, Raja Demak Bintoro.

Ibu Raden Kikin adalah cucu dari Sunan Ampel bernama Putri Solekha anak dari pasangan P Wironegorao Raja adipati Lasem dengan Nyi Ageng Malokha putri dari Raden Rahmat Sunan Ampel.

Ibu Arya Penangsang bernama Putri Ayu Retno Panggung anak dari Adipati Jipang Ratu Ayu Retno Kumolo, anak dari Raja Majapahit Prabu Brawijaya V, istri dari Ki Hajar Windusana, sehingga Arya Penangsang juga mewarisi kedudukan neneknya sebagai Adipati Jipang.

Dalam perjalanan waktu, Arya Penangsang akhirnya mengetahui siapa pembunuh ayahnya dari Sunan Kudus berniat membalas dendam. Arya Penangsang mencoba membalas dendam kepada Raden Mukmin yang telah membunuh ayahnya.

Arya Penangsang akhirnya mengutus Rangkud untuk membunuh Raden Mukmin, Sultan Demak yang bergelar Sunan Prawata. Sebutan Sunan Prawata lantaran pusat pemerintahan Demak saat itu bukan lagi di Demak Bintara, melainkan di Gunung Prawata.

Berbekal Keris Kiai Betok yang diberikan oleh Arya Penangsang, Rangkut pergi ke Gunung Prawata. Setiba di tujuan, Rangkut memasuki ruang peraduan Sunan Prawata.

Saat itulah ia menikam keris Kiai Betok ke tubuh Sunan Prawata, yang tengah tertidur pulas. Keris itu pun juga membunuh sang istri yang juga tengah tertidur pulas.

Namun sebelum menghembuskan napas terakhir bersama sang istri, Sunan Prawata sempat memberikan perlawanan dengan keris Kiai Betok itu. Ia menarik keris itu dari tubuhnya dan menghujamkan kembali ke tubuh Rangkud. Eksekutor yang dikirim Arya Penangsang pun turut tewas bersamaan tewasnya Sunan Prawata dan istrinya.

Hingga akhirnya setelah meninggalnya Sunan Prawoto, Arya Penangsang menjadi Penguasa Demak sebagai Sultan Demak V, ibu kota Kerajaan Demak ia pindahkan ke Jipang. Periode ini dikenal dengan sebutan Demak Jipang (1549-1554).

Arya Penangsang Terbunuh

Dikisahkan dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Adipati Pajang Jaka Tingkir singgah ke Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat menyendiri setelah kematian Sunan Prawoto dan suaminya Hadlirin. Keduanya dibunuh atas suruhan Arya Penangsang.

Ratu Kalinyamat mendesak Jaka Tingkir agar segera membunuh Arya Penangsang, dirinya yang mengaku sebagai pewaris takhta Sunan Prawoto, berjanji akan menyerahkan Demak dan Jepara jika Jaka Tingkir menang.

Jaka Tingkir segan memerangi Arya Penangsang secara langsung karena merasa dirinya hanya sebagai mantu keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara, barangsiapa dapat membunuh Arya Penangsang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Alas Mentaok (yang akan menjadi wilayah Mataram).

Orang tua angkat Jaka Tingkir, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan sahabatnya Ki Panjawi dibimbing oleh Ki Juru Martani untuk mendaftar sayembara itu. Putra kandung Ki Ageng Pemanahan yang bernama Sutawijaya juga ikut mendaftar dalam sayembara dengan bekal Tombak Kyai Plered dari Jaka Tingkir.



Ketika pasukan Pajang datang menyerang Kotaraja Jipang, saat itu Arya Penangsang sedang akan berbuka setelah keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan atas nama Hadiwijaya membuatnya tidak mampu menahan emosi.

Apalagi surat tantangan itu dibawa oleh pekatik-nya (pemelihara kuda) yang sebelumnya sudah dipotong telinganya oleh Pemanahan dan Penjawi. Meskipun sudah disabarkan adik Arya Penangsang (Arya Mataram), Penangsang tetap berangkat ke medan perang menaiki kuda jantan yang bernama Gagak Rimang.

Kuda Gagak Rimang dengan penuh nafsu mengejar Sutawijaya yang mengendarai kuda betina, melompati Bengawan Sore. Perang antara Pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore.

Dalam perang tersebut perut Arya Penangsang robek terkena tombak Kiai Plered milik Sutawijaya. Meskipun demikian kesaktian yang dimiliki oleh Arya Penangsang membuatnya tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip di pinggang.

Arya Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, namun nahas, usus Arya Penangsang malah terpotong sehingga menyebabkan kematiannya. Dalam pertempuran itu Patih Jipang Ki Matahun tewas. Sedangkan adik Arya Penangsang, yakni Arya Mataram dan istrinya serta beberapa kerabat berhasil meloloskan diri ke Palembang.

Kisah kematian tragis Arya Penangsang itu pun melahirkan tradisi baru dalam seni pakaian Jawa, khususnya busana pengantin pria. Pangkal keris yang dipakai pengantin pria seringkali dihiasi untaian bunga mawar dan melati. Hal itu sebagai lambang pengingat agar pengantin pria lebih bersabar dan tidak cepat panas seperti watak Arya Penangsang.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1633 seconds (0.1#10.140)