Kemegahan Ibu Kota Majapahit, Ada Gedung Tinggi Tak Kalah dengan Kerajaan Eropa
loading...
A
A
A
Majapahit merupakan sebuah kemaharajaan yang berpusat di Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya sekitar 1293–1527 masehi. Majapahit adalah kemaharajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap monarki terbesar dalam sejarah Indonesia.
Berdasarkan catatan Negarakertagama, kekuasaan Majapahit terbentang dari Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Filipina (Kepulauan Sulu, Manila (Saludung), Sulawesi, Papua, dan lainnya.
Baca juga: Akhir Tragis Raja Jayanegara Penguasa Majapahit, Dibunuh Abdi Dalem karena Lecehkan Istri Orang
Sebagai kerajaan besar dan termasyhur di masanya, Majapahit memiliki ibu kota yang luas, lengkap dengan istananya. Beberapa bangunan mulai dari Alun-alun keraton hingga balai-balai yang menjadi bagian dari kompleks istana.
Tembok batu merah tebal lagi tinggi mengelilingi keraton di ibu kota kerajaan. Tembok batu ini juga sekaligus menjadi benteng bagi keraton Majapahit, sebagaimana dikutip dari buku Prof. Slamet Muljana berjudul "Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit".
Pintu besar di sebelah barat yang disebut purawaktra menghadap ke lapangan luas. Di tengah lapangan itu mengalir parit yang mengelilingi lapangan, di tepi benteng ditanami pohon beringin atau brahmastana, berderet-deret memanjang dan berbagai bentuknya.
Di situlah tempat tunggu para perwira yang sedang meronda menjaga paseban. Di sebelah utara ada lagu gapura, pintunya besi, alun-alun keraton membujur dari utara ke selatan.
Di dalam benteng terdapat pura di tengah-tengah benteng, yang terletak di sebelah timur pintu besi adalah panggung tinggi, lantainya berlapis batu putih, deretan gedung-gedung yang berhimpit membujur ke selatan.
Di muka deretan gedung ini terdapat jalan yang membatasi alun-alun keraton dan gedung kompleks keraton. Di sebelah selatan panggung ialah balai prajurit tempat bermusyawarah para menteri, perwira, pendeta, dari tiga aliran agama, para pembantu raja, kepala daerah, dan kepala desa, baik dari ibu kota maupun dari luar pada tiap tanggal satu bulan caitra.
Di sebelah timur balai prajurit atau balai pertemuan menjulang rumah korban, bertiga-tiga mengelilingi kuil Siwa yang tinggi. Di sebelah selatannya ialah gedung bersusun tempat tinggal para wipra, di sebelah barat tempat tinggal para wipra, membentang halaman berkaki tinggi.
Di sebelah utara kuil Siwa, berdiri tegak gedung sang Buddha, atapnya bertingkat tiga, puncaknya penuh berukir. Di sebelah selatan balai pertemuan adalah balai agung manguntur, dengan lapangan watangan yang luas di belakangnya.
Di tengah utara adalah penangkilan, tempat duduk para pujangga dan para menteri. Bagian timur adalah tempat berkumpul para pendeta Siwa Buddha. Sedangkan di selatannya, tersekat pintu-pintu adalah paseban yang teratur rapi. Ini bertemu dengan jalan dari utara ke selatan pertemuan itu merupakan jalan simpang empat atau jalan silang ke bagian selatan alun-alun.
Di sepanjang jalan dari timur ke barat kanan kiri berjajar rumah-rumah. Deretan pohon tanjung membelah jalan dari timur ke barat. Di sebelah barat manguntur agak jauh, berdiri sebuah balai tempat berkerumun anggota tentara.
Halamannya sangat luas, di tengah halaman ada mandapa, tempat memelihara burung. Boleh dipastikan bahwa balai tersebut adalah tempat jaga para tentara, letaknya di sebelah selatan jalan dari timur ke barat dan di sebelah barat jalan dari utara ke selatan.
Di sebelah timur jalan ada paseban, yang membujur dari utara ke selatan, sampai pintu kedua dari istana. Di belakang pintu tersebut terdapat halaman sangat luas dan rata. Di sebelah timur halaman ada sebuah bangunan asri indah lagi tinggi.
Di bangunan itulah baginda raja sambil duduk di balai witana menerima tamu yang datang menghadap, itulah ruang tamu raja. Di halaman keraton berbagai balai mengelilinginya, balai - balai ini termasuk kompleks keraton.
Atapnya bertingkat-tingkat, berdiri berkelompok - kelompok, masing-masing mempunyai pintunya sendiri. Kompleks istana ke timur sampai tembok benteng sebelah timur, ke Selatan mencapai tembok benteng sebelah selatan.(diolah berbagai sumber)
Berdasarkan catatan Negarakertagama, kekuasaan Majapahit terbentang dari Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Filipina (Kepulauan Sulu, Manila (Saludung), Sulawesi, Papua, dan lainnya.
Baca juga: Akhir Tragis Raja Jayanegara Penguasa Majapahit, Dibunuh Abdi Dalem karena Lecehkan Istri Orang
Sebagai kerajaan besar dan termasyhur di masanya, Majapahit memiliki ibu kota yang luas, lengkap dengan istananya. Beberapa bangunan mulai dari Alun-alun keraton hingga balai-balai yang menjadi bagian dari kompleks istana.
Tembok batu merah tebal lagi tinggi mengelilingi keraton di ibu kota kerajaan. Tembok batu ini juga sekaligus menjadi benteng bagi keraton Majapahit, sebagaimana dikutip dari buku Prof. Slamet Muljana berjudul "Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit".
Pintu besar di sebelah barat yang disebut purawaktra menghadap ke lapangan luas. Di tengah lapangan itu mengalir parit yang mengelilingi lapangan, di tepi benteng ditanami pohon beringin atau brahmastana, berderet-deret memanjang dan berbagai bentuknya.
Di situlah tempat tunggu para perwira yang sedang meronda menjaga paseban. Di sebelah utara ada lagu gapura, pintunya besi, alun-alun keraton membujur dari utara ke selatan.
Di dalam benteng terdapat pura di tengah-tengah benteng, yang terletak di sebelah timur pintu besi adalah panggung tinggi, lantainya berlapis batu putih, deretan gedung-gedung yang berhimpit membujur ke selatan.
Di muka deretan gedung ini terdapat jalan yang membatasi alun-alun keraton dan gedung kompleks keraton. Di sebelah selatan panggung ialah balai prajurit tempat bermusyawarah para menteri, perwira, pendeta, dari tiga aliran agama, para pembantu raja, kepala daerah, dan kepala desa, baik dari ibu kota maupun dari luar pada tiap tanggal satu bulan caitra.
Di sebelah timur balai prajurit atau balai pertemuan menjulang rumah korban, bertiga-tiga mengelilingi kuil Siwa yang tinggi. Di sebelah selatannya ialah gedung bersusun tempat tinggal para wipra, di sebelah barat tempat tinggal para wipra, membentang halaman berkaki tinggi.
Di sebelah utara kuil Siwa, berdiri tegak gedung sang Buddha, atapnya bertingkat tiga, puncaknya penuh berukir. Di sebelah selatan balai pertemuan adalah balai agung manguntur, dengan lapangan watangan yang luas di belakangnya.
Di tengah utara adalah penangkilan, tempat duduk para pujangga dan para menteri. Bagian timur adalah tempat berkumpul para pendeta Siwa Buddha. Sedangkan di selatannya, tersekat pintu-pintu adalah paseban yang teratur rapi. Ini bertemu dengan jalan dari utara ke selatan pertemuan itu merupakan jalan simpang empat atau jalan silang ke bagian selatan alun-alun.
Di sepanjang jalan dari timur ke barat kanan kiri berjajar rumah-rumah. Deretan pohon tanjung membelah jalan dari timur ke barat. Di sebelah barat manguntur agak jauh, berdiri sebuah balai tempat berkerumun anggota tentara.
Halamannya sangat luas, di tengah halaman ada mandapa, tempat memelihara burung. Boleh dipastikan bahwa balai tersebut adalah tempat jaga para tentara, letaknya di sebelah selatan jalan dari timur ke barat dan di sebelah barat jalan dari utara ke selatan.
Di sebelah timur jalan ada paseban, yang membujur dari utara ke selatan, sampai pintu kedua dari istana. Di belakang pintu tersebut terdapat halaman sangat luas dan rata. Di sebelah timur halaman ada sebuah bangunan asri indah lagi tinggi.
Di bangunan itulah baginda raja sambil duduk di balai witana menerima tamu yang datang menghadap, itulah ruang tamu raja. Di halaman keraton berbagai balai mengelilinginya, balai - balai ini termasuk kompleks keraton.
Atapnya bertingkat-tingkat, berdiri berkelompok - kelompok, masing-masing mempunyai pintunya sendiri. Kompleks istana ke timur sampai tembok benteng sebelah timur, ke Selatan mencapai tembok benteng sebelah selatan.(diolah berbagai sumber)
(msd)