Riwayat Mpu Sendok, Raja Medang Mataram yang Berhasil Membangun Peradaban Jawa Kuno

Kamis, 03 November 2022 - 05:05 WIB
loading...
Riwayat Mpu Sendok, Raja Medang Mataram yang Berhasil Membangun Peradaban Jawa Kuno
Peninggalan Medang Mataram. Foto: Istimewa
A A A
MPU Sendok merupakan Raja Medang Mataram yang berkuasa pada periode 929-949 Masehi. Gelarnya adalah Sri Itsyana Wikrama Dharmotunggadewa. Dari namanya inilah, dikenal istilah Wangsa Itsyana.

Kerajaan Medang Mataram dibangun di lembah Brantas. Pada kwartal pertama abad ke-10, ibukotanya berada di Watu Galuh atau wilayah Jombang saat ini. Mpu Sendok memiliki kepercayaan agama Syiwabuddha.

Ulasan mengenai Mpu Sendok pada masa Medang Mataram, berarti berbicara tentang kemajuan-kemajuan masa agama Hindu Buddha berkuasa di tanah Jawa. Seperti apa? Berikut ulasan singkat Cerita Pagi.



Selama pemerintahannya, ibu kota Medang Mataram beberapa kali mengalami perpindahan. Sejak pertama didirikan di lembah Brantas, ibu kota Mataram dipindah ke Tamwlang. Kemudian, dipindahkan lagi ke Watu Galuh.

Mpu Sendok memiliki putri bernama Sri Itsyanatunggawijaya yang menikah dengan seorang pangeran dari Kerajaan Bedahulu di Bali. Dari perkawinan itu, lahir Makutawangsawardhana yang memiliki putri bernama Mahendradatta.

Selanjutnya, Mahendradatta menikah dengan Udayana Warmadewa dari Kerjaan Bedahulu Bali. Dari perkawinan itu, lahir seorang anak bernama Airlangga. Perhubungan dengan Bali ini bukan tanpa sebab.

Kala itu, Bali merupakan negeri bawahan atau otonomi Medang Mataram Wangsa Itsyana yang berpusat di wilayah Tamwlang, Jawa bagian Timur. Pada masa Mpu Sendok, Medang Mataram mencapai masa puncaknya.



Roda ekonomi kerajaan ini dilakukan dengan sangat sederhana. Rakyat Mataram yang terdiri dari petani, kerap terlibat saling barter, ekspor dan impor hasil tani mereka dengan kerajaan-kerjaan dan daerah lain.

Pengembangan pertanian pada Kerajaan Medang Mataram ini telah dilakukan jauh sebelum Mpu Sendok mendirikan Medang Mataram, yakni berlangsung ejak era Rakai Kayuwangi. Di mana saat itu bumi Mataram sangat subur.

Sejumlah hasil bumi dari Mataram adalah beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu. Tetapi tidak hanya hasil tani, Kerajaan Mataram kuno juga dikenal dengan hasil industri rumah tangganya dari besi dan tembaga.

Produksi rumah tangga lainnya adalah pakaian, payung, keranjang, barang-barang anyaman, gula, arang, dan kapur sirih. Ternak kerbau, sapi, itik, ikan, dan ayam dari Mataram juga dikenal sangat baik kualitasnya.



Dengan melihat hasil bumi, produksi rumah tangga, dan ternak di Mataram kuno, diketahui bahwa masyarakat Jawa saat itu sudah cukup maju. Ditambah dengan perdagangan yang telah dirintis sejak Raja Balitung berkuasa.

Mataram kuno telah memiliki pusat-pusat perdagangan yang maju. Sungai Bengawan Solo, dihidupkan menjadi jalur pusat pedagangan, di mana masyarakat pinggir kali diperintahkan menjaga lalu lintas perdagangan.

Dalam segi kepercayaan, masyarakat Jawa masa Mataram kuno juga terbilang cukup demokratis. Rakyat tidak mesti ikut kepercayaan yang dianut oleh rajanya. Hal ini tampak dari banyaknya candi Hindu dan sekitar Borobudur.

Selama memerintah, Mpu Sendok sangat bijaksana. Dia tidak pernah melupakan rakyatnya yang telah ikut berjuang dengannya dalam perang melawan Kerajaan Sriwijaya. Dalam perang itu, Mpu Sendok menang dengan gemilang.



Kepada warga desa yang ikut berjuang melawan Sriwijaya pada 929 Masehi, diberikan hadiah berupa Desa Perdikan atau desa merdeka yang bebas dari pungutan pajak bernama Anjuk Ladang, pada 10 April 937 Masehi.

Mpu Sendok meninggal, pada 947 Masehi. Makamnya lalu dibuatkan Candi Isnabajra atau Isanabhawana. Takhtanya lalu digantikan oleh putrinya Sri Itsyanatunggawijaya dan selanjutnya keturunannya.

Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang Mataram antara lain Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, dan Candi Barong.

Kemudian juga Candi Sojiwan dan yang sangat fenomenal Candi Borobudur. Candi ini telah ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO. Sampai di sini ulasan Cerita Pagi, semoga bermanfaat.

Sumber tulisan:
1. Otto Sukatno, Dieng: Antara Mitos dan Informasi Kesejarahan, Nusamedia, 2021.
2. Andriyanto, Geografi Kesejarahan Indonesia, Lakeisha, 2022.
3. Adi Sudirman, Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik Sampai Kontemporer, Diva Press, Bukel.
(san)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2202 seconds (0.1#10.140)