Cuaca Ekstrem, Ridwan Kamil Instruksikan BPBD Jabar Siaga 1 Bencana
loading...
A
A
A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menginstruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar siaga 1 dalam mengantisipasi potensi bencana alam akibat cuaca ekstrem.
Menurut Ridwan Kamil, cuaca ekstrem memang tidak hanya melanda Jabar, namun juga terjadi di Pulau Jawa umumnya, Sumatera, hingga Sulawesi. Oleh karenanya, peran BPBD dan perangkat-perangkat terkait dalam penanggulangan kebencanaan sangat dibutuhkan.
"Oleh karena itu, BPBD dan perangkat-perangkat yang terkait dengan kebencanaan sudah di-briefing untuk siaga 1 setiap hari," tegas Ridwan Kamil di Gedung DPRD Jabar, Kota Bandung, Senin (10/10/2022).
Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada menghadapi cuaca ekstrem menjelang akhir tahun ini.
"Kami berharap tidak banyak kondisi kebencanaan dan korban yang terkait kebencaanaan, makanya tolong waspada," imbaunya.
Lebih lanjut Kang Emil memprediksi bahwa potensi bencana banjir terjadi di wilayah Jabar tengah ke utara, sedangkan bencana longsor di wilayah Jabar tengah ke selatan.
"Kalau daerah Jabar tengah ke utara potensi banjir tinggi. Kalau dari daerah Jabar ke selatan potensi longsor yang tinggi kan kita pernah kejadian. Desa-desa di Jabar tengah ke selatan mengalami longsor dan menimbulkan korban jiwa," katanya.
Terpisah, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jabar, Indra Gustari menyatakan, lima daerah di Jabar menerapkan status waspada kebencanaan.
Menurutnya, status kebencanaan sudah dikeluarkan sejak awal September 2022 karena adanya cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor.
"Untuk status siaga itu banyak di bagian barat, seperti Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya, sampai Pangandaran, termasuk Bandung," katanya.
Selain lima daerah berstatus siaga, lanjutnya, ada juga beberapa daerah yang berstatus waspada yang umumnya berada di wilayah utara Jabar.
"Level waspada ada di Sumedang dan pesisir utara Jabar. Tasikmalaya, Garut, Ciamis, dan Pangandaran sepanjang 2022 ini curah hujannya tinggi dan tidak ada musim kemarau, beda dengan pesisir utara yang rendah," jelasnya.
Indra juga mengatakan bahwa kelima daerah yang telah menetapkan status siaga tersebut memiliki curah hujan yang tinggi dan berpotensi memicu bencana.
"Kalau daerah (siaga) itu hampir sepanjang tahun curah hujan tinggi. Itu bisa dipastikan tanah sudah berat menahan air hujan dan itu sudah jenuh airnya sehingga tidak sanggup menampung. Karena itu, daerah ini kami sampaikan bisa lebih bahaya (potensi bencana alam)," katanya.
Disinggung daerah mana saja yang berpotensi longsor, Indra menyebut, potensi longsor bisa saja terjadi di wilayah berstatus siaga maupun waspada, terutama di kawasan bantaran sungai dan lereng-lereng.
"Wilayah dataran rendah yang kurang pohon juga bisa potensi longsor. Ini bisa dipicu hujan ekstrem atau dipicu akumulasi. Jadi, meski hujan intensitas rendah, tapi kalau tiap hari bisa memicu longsor," katanya.
Menurut Ridwan Kamil, cuaca ekstrem memang tidak hanya melanda Jabar, namun juga terjadi di Pulau Jawa umumnya, Sumatera, hingga Sulawesi. Oleh karenanya, peran BPBD dan perangkat-perangkat terkait dalam penanggulangan kebencanaan sangat dibutuhkan.
"Oleh karena itu, BPBD dan perangkat-perangkat yang terkait dengan kebencanaan sudah di-briefing untuk siaga 1 setiap hari," tegas Ridwan Kamil di Gedung DPRD Jabar, Kota Bandung, Senin (10/10/2022).
Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada menghadapi cuaca ekstrem menjelang akhir tahun ini.
"Kami berharap tidak banyak kondisi kebencanaan dan korban yang terkait kebencaanaan, makanya tolong waspada," imbaunya.
Lebih lanjut Kang Emil memprediksi bahwa potensi bencana banjir terjadi di wilayah Jabar tengah ke utara, sedangkan bencana longsor di wilayah Jabar tengah ke selatan.
"Kalau daerah Jabar tengah ke utara potensi banjir tinggi. Kalau dari daerah Jabar ke selatan potensi longsor yang tinggi kan kita pernah kejadian. Desa-desa di Jabar tengah ke selatan mengalami longsor dan menimbulkan korban jiwa," katanya.
Terpisah, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jabar, Indra Gustari menyatakan, lima daerah di Jabar menerapkan status waspada kebencanaan.
Menurutnya, status kebencanaan sudah dikeluarkan sejak awal September 2022 karena adanya cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor.
"Untuk status siaga itu banyak di bagian barat, seperti Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya, sampai Pangandaran, termasuk Bandung," katanya.
Selain lima daerah berstatus siaga, lanjutnya, ada juga beberapa daerah yang berstatus waspada yang umumnya berada di wilayah utara Jabar.
"Level waspada ada di Sumedang dan pesisir utara Jabar. Tasikmalaya, Garut, Ciamis, dan Pangandaran sepanjang 2022 ini curah hujannya tinggi dan tidak ada musim kemarau, beda dengan pesisir utara yang rendah," jelasnya.
Baca Juga
Indra juga mengatakan bahwa kelima daerah yang telah menetapkan status siaga tersebut memiliki curah hujan yang tinggi dan berpotensi memicu bencana.
"Kalau daerah (siaga) itu hampir sepanjang tahun curah hujan tinggi. Itu bisa dipastikan tanah sudah berat menahan air hujan dan itu sudah jenuh airnya sehingga tidak sanggup menampung. Karena itu, daerah ini kami sampaikan bisa lebih bahaya (potensi bencana alam)," katanya.
Disinggung daerah mana saja yang berpotensi longsor, Indra menyebut, potensi longsor bisa saja terjadi di wilayah berstatus siaga maupun waspada, terutama di kawasan bantaran sungai dan lereng-lereng.
"Wilayah dataran rendah yang kurang pohon juga bisa potensi longsor. Ini bisa dipicu hujan ekstrem atau dipicu akumulasi. Jadi, meski hujan intensitas rendah, tapi kalau tiap hari bisa memicu longsor," katanya.
(nic)