Mengenal Weton dan Neptu Jawa, Rujukan untuk Menentukan Hari Baik bagi Masyarakat Jawa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Weton dan Neptu Jawa merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dimiliki oleh Suku Jawa. Dalam kehidupan masyarakatnya, kedua istilah tersebut memiliki peranan yang cukup penting.
Kalender jawa tak hanya memiliki fungsi sebagai penunjuk hari pada umumnya. Namun, bisa juga menjadi dasar dalam melakukan perhitungan baik atau buruk yang didasarkan pada lambang atau watak sebuah hari, tanggal, atau bulan tertentu.
Baca juga : Kalender Jawa Islam: Perbedaan 1 Muharram dan 1 Suro
Biasanya, weton atau neptu ini digunakan masyarakat Jawa guna melakukan perhitungan untuk menentukan hari baik dalam melangsungkan berbagai acara atau kegiatan tertentu, seperti pernikahan.
Singkatnya, weton adalah hari lahir (Senin, Selasa, dst), sedangkan neptu merupakan jumlah atau nilai dari masing-masing hari tersebut.
Dikutip dari jurnal berjudul Perhitungan Weton sebagai Penentu Hari Pernikahan dalam Tradisi Masyarakat Jawa Kabupaten Deli Serdang karya Khairul Fahmi Harahap, dkk, weton merupakan gabungan dari tujuh hari dalam seminggu (Minggu-Sabtu) dengan lima hari pasaran Jawa (Legi-Kliwon).
Adapun perputaran dilakukan selama 35 hari, sehingga dalam perhitungan Jawa, hari kelahiran berulang setiap lima minggu sejak hari kelahiran. Biasanya, para masyarakat Jawa menggunakan weton sebagai perhitungan ketika mencari hari baik untuk melangsungkan pernikahan.
Baca juga : Keteladanan Sunan Muria, Walisongo Termuda yang Mengakulturasi Budaya Jawa dan Islam
Dalam riwayatnya, tradisi weton ini berawal dari munculnya tokoh bernama Aji Saka yang berasal dari tanah Majeti. Sebuah negeri yang ada dalam mitologi suku Jawa.
Sejarah tersebut menjadi awal mula munculnya kalender Jawa yang disebut kalender saka. Pada penggunaannya, kalender saka juga menjadi acuan dalam penghitungan weton.
Beralih ke Neptu, secara etimologi istilah ini berarti nilai. Sedangkan menurut terminologi, neptu adalah angka perhitungan hari dan pasaran. Selain itu, istilah ini juga bisa diartikan sebagai eksistensi dari hari-hari atau pasaran tersebut.
Jadi, dapat dipahami bahwa antara neptu dan weton sejatinya memiliki hubungan sebagai salah satu tradisi masyarakat Jawa.
Weton adalah himpunan dari tujuh hari dalam seminggu (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dst) dengan lima hari pasaran (Legi, Pahing, Pon, dst). Sedangkan Neptu merupakan perhitungan antara hari lahir dan hari pasaran yang hasilnya menentukan weton.
Kalender jawa tak hanya memiliki fungsi sebagai penunjuk hari pada umumnya. Namun, bisa juga menjadi dasar dalam melakukan perhitungan baik atau buruk yang didasarkan pada lambang atau watak sebuah hari, tanggal, atau bulan tertentu.
Baca juga : Kalender Jawa Islam: Perbedaan 1 Muharram dan 1 Suro
Biasanya, weton atau neptu ini digunakan masyarakat Jawa guna melakukan perhitungan untuk menentukan hari baik dalam melangsungkan berbagai acara atau kegiatan tertentu, seperti pernikahan.
Singkatnya, weton adalah hari lahir (Senin, Selasa, dst), sedangkan neptu merupakan jumlah atau nilai dari masing-masing hari tersebut.
Dikutip dari jurnal berjudul Perhitungan Weton sebagai Penentu Hari Pernikahan dalam Tradisi Masyarakat Jawa Kabupaten Deli Serdang karya Khairul Fahmi Harahap, dkk, weton merupakan gabungan dari tujuh hari dalam seminggu (Minggu-Sabtu) dengan lima hari pasaran Jawa (Legi-Kliwon).
Adapun perputaran dilakukan selama 35 hari, sehingga dalam perhitungan Jawa, hari kelahiran berulang setiap lima minggu sejak hari kelahiran. Biasanya, para masyarakat Jawa menggunakan weton sebagai perhitungan ketika mencari hari baik untuk melangsungkan pernikahan.
Baca juga : Keteladanan Sunan Muria, Walisongo Termuda yang Mengakulturasi Budaya Jawa dan Islam
Dalam riwayatnya, tradisi weton ini berawal dari munculnya tokoh bernama Aji Saka yang berasal dari tanah Majeti. Sebuah negeri yang ada dalam mitologi suku Jawa.
Sejarah tersebut menjadi awal mula munculnya kalender Jawa yang disebut kalender saka. Pada penggunaannya, kalender saka juga menjadi acuan dalam penghitungan weton.
Beralih ke Neptu, secara etimologi istilah ini berarti nilai. Sedangkan menurut terminologi, neptu adalah angka perhitungan hari dan pasaran. Selain itu, istilah ini juga bisa diartikan sebagai eksistensi dari hari-hari atau pasaran tersebut.
Jadi, dapat dipahami bahwa antara neptu dan weton sejatinya memiliki hubungan sebagai salah satu tradisi masyarakat Jawa.
Weton adalah himpunan dari tujuh hari dalam seminggu (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dst) dengan lima hari pasaran (Legi, Pahing, Pon, dst). Sedangkan Neptu merupakan perhitungan antara hari lahir dan hari pasaran yang hasilnya menentukan weton.
(bim)