Ketua DPRD Gresik Nilai Satgas Tak Serius Tangani COVID-19
loading...
A
A
A
GRESIK - Ketua DPRD Gresik Fandi Ahmad Yani menilai Satgas Pencegahan COVID-19 tidak serius tangani virus corona baru atau COVID-19. Para calon mahasiswa kesulitan rapid test.
Hal itu diungkapkan sidak laboratorium klinik di Jalan Panglima Sudirman Gresik, Jumat (3/7/2020). (Baca juga: Kalau Hasil Rapid Test Reaktif, Bagaimana Status Peserta UTBK? )
Politisi PKB yang disapa Gus Yani mendapat keluhan calon mahasiswa tidak adanya rapid test dari Pemerintah Kabupaten Pemkab Gresik.
Sejumlah pemuda di lokasi itu langsung ditemui Gus Yani. Mendengar langsung keluhan remaja yang akan menjalani tes Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di perguruan tinggi Surabaya itu.
"Di Puskesmas tidak ada rapid test. Makanya kami kesini meskipun jauh," kata Salman, Alumni SMAN 1 Sidayu yang sedang menunggu panggilan antrean rapid test.
Dia mengaku berangkat dari rumahnya sekitar pukul 08.00 WIB. Bersama tiga temannya mengendarai sepeda motor. Rencana awal mau rapid test ke Puskesmas Sidayu atau Bungah.
Sayangnya, kedua fasilitas kesehatan itu tidak menyediakan rapid test. Malah disarankan langsung ke RSUD Ibnu Sina Gresik. "Di sana (Ibnu Sina) lebih mahal harganya," kata dia.
Sementara di laboratorium klinik Jalan Panglima Sudirman hanya dibanderol Rp199.000. Harga itu merupakan diskon. "Besok tanggal 5 sudah tes UTBK. Makanya saya rela jauh-jauh dari Sidayu ke Gresik," kata remaja 18 tahun itu.
Gus Yani mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Di sisi lain, ratusan pemuda rela antre demi rapid test. Sedangkan pemerintah tidak hadir di tengah situasi seperti ini.
"Ini menunjukkan bahwa Pemkab Gresik tidak siap dan kurang serius. Kasihan mereka yang mau ikut UTBK besok," kata politisi PKB itu.
Menurut dia, Pemkab Gresik harusnya hadir. Jangan kalah dengan swasta yang justru memberi diskon kepada calon mahasiswa baru. "Swasta saja bisa lebih murah," ujar Gus Yani.
Hal itu diungkapkan sidak laboratorium klinik di Jalan Panglima Sudirman Gresik, Jumat (3/7/2020). (Baca juga: Kalau Hasil Rapid Test Reaktif, Bagaimana Status Peserta UTBK? )
Politisi PKB yang disapa Gus Yani mendapat keluhan calon mahasiswa tidak adanya rapid test dari Pemerintah Kabupaten Pemkab Gresik.
Sejumlah pemuda di lokasi itu langsung ditemui Gus Yani. Mendengar langsung keluhan remaja yang akan menjalani tes Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di perguruan tinggi Surabaya itu.
"Di Puskesmas tidak ada rapid test. Makanya kami kesini meskipun jauh," kata Salman, Alumni SMAN 1 Sidayu yang sedang menunggu panggilan antrean rapid test.
Dia mengaku berangkat dari rumahnya sekitar pukul 08.00 WIB. Bersama tiga temannya mengendarai sepeda motor. Rencana awal mau rapid test ke Puskesmas Sidayu atau Bungah.
Sayangnya, kedua fasilitas kesehatan itu tidak menyediakan rapid test. Malah disarankan langsung ke RSUD Ibnu Sina Gresik. "Di sana (Ibnu Sina) lebih mahal harganya," kata dia.
Sementara di laboratorium klinik Jalan Panglima Sudirman hanya dibanderol Rp199.000. Harga itu merupakan diskon. "Besok tanggal 5 sudah tes UTBK. Makanya saya rela jauh-jauh dari Sidayu ke Gresik," kata remaja 18 tahun itu.
Gus Yani mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Di sisi lain, ratusan pemuda rela antre demi rapid test. Sedangkan pemerintah tidak hadir di tengah situasi seperti ini.
"Ini menunjukkan bahwa Pemkab Gresik tidak siap dan kurang serius. Kasihan mereka yang mau ikut UTBK besok," kata politisi PKB itu.
Menurut dia, Pemkab Gresik harusnya hadir. Jangan kalah dengan swasta yang justru memberi diskon kepada calon mahasiswa baru. "Swasta saja bisa lebih murah," ujar Gus Yani.
(nth)