Jadi Pembicara Seminar Nasional di UIN Sayid Rahmatullah, Ini Pesan TGB Zainul Majdi
loading...
A
A
A
TULUNGAGUNG - Tokoh nasional TGB HM Zainul Majdi menjadi pembicara seminar nasional di UIN Sayid Ali Rahmatullah, Tulungagung. Ia mengingatkan, untuk berhati-hati saat menjadi juru bicara Islam.
"Ketika salah mendakwahkan Islam, menghujat orang lain, mengkafirkan, maka yang akan mendengar tak nyaman dengan agama," katanya, Senin (5/9).
Ketua Harian Nasional Partai Perindo ini mengutip pemaparan Habib Ali Al Jufri dalam sebuah karya hasil dari 6.000 responden dari Timur Tengah. Hasilnya, 65 persen memiliki problem dalam agama. "Ini karena yang disampaikan juru agama tak sesuai dengan keseharian, dan tak menghadirkan solusi kepada anak muda," bebernya.
Dijelaskan, narasi agama yang disampaikan melulu tentang kekuasaan. Termasuk juga mencela orang yang tak sama pandang. "Narasi keagamaan menjadi tak sesuai karena karena salah menyampaikan," sambungnya.
Masih dari responden itu, sambung TGB, ada 12 persen merasa bermasalah dengan agama sendiri. Mereka mempertanyakan apa gunanya agama. Ada fenomena atheisme di dunia arab, ini puncak dari gunung es.
"Bagian besar peran ini karena juru bicara agama yang tak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Termasuk disini juga adik-adik dari UIN Tulungagung," bebernya.
Baca: Siap Besarkan Perindo, Tokoh Trenggalek Sampaikan Hal Ini ke TGB Zainul Majdi.
Ditambahkan, moderasi beragama menentukan masa depan agama. Cara menghadirkan agama, itu akan menentukan nasib agama ke depan. Dakwah ini keseluruhan konsep nilai dengan cara yang baik dan majemuk. Dakwah Islam tak boleh lepas dari nilai kebangsaan. "Saya setuju dengan Prof Abad, UIN ini dakwah dan peradaban," tambahnya.
Sebelumnya, Wakil Rektor III UIN Sayyid Ali Rahmatullah Prof Dr Abad Badruzzaman mengatakan, UIN ini merupakan kampus dakwah dan peradaban yang mampu mengintegrasikan khas ponpes dalam struktur belajar mengajar.
"Semester 1 dan 2 ada program ngaji pagi. Ada kelas pemula dengan berbagai kitab seperti Imrithi, Jurumiyyah, ataupun batshul masail," katanya.
Baca Juga: Tabrakan Maut di Tol Batang Tewaskan 7 Orang Diduga karena Pengemudi Ngantuk.
Penanaman moderasi beragama, kata dia, dilakukan melalui pengajian pagi di kampus. Dia menyebut, mereka yang belajar agama secara cepat cenderung berpikir ekstrem.
"Yang belajar cepat dalam agama, pendekatan halal haram bukan dengan pendekatan pondok yang harus buka kitab dulu ketika ada pertanyaan. Karena memang mengaji mendalam," ucapnya.
"Ketika salah mendakwahkan Islam, menghujat orang lain, mengkafirkan, maka yang akan mendengar tak nyaman dengan agama," katanya, Senin (5/9).
Ketua Harian Nasional Partai Perindo ini mengutip pemaparan Habib Ali Al Jufri dalam sebuah karya hasil dari 6.000 responden dari Timur Tengah. Hasilnya, 65 persen memiliki problem dalam agama. "Ini karena yang disampaikan juru agama tak sesuai dengan keseharian, dan tak menghadirkan solusi kepada anak muda," bebernya.
Dijelaskan, narasi agama yang disampaikan melulu tentang kekuasaan. Termasuk juga mencela orang yang tak sama pandang. "Narasi keagamaan menjadi tak sesuai karena karena salah menyampaikan," sambungnya.
Masih dari responden itu, sambung TGB, ada 12 persen merasa bermasalah dengan agama sendiri. Mereka mempertanyakan apa gunanya agama. Ada fenomena atheisme di dunia arab, ini puncak dari gunung es.
"Bagian besar peran ini karena juru bicara agama yang tak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Termasuk disini juga adik-adik dari UIN Tulungagung," bebernya.
Baca: Siap Besarkan Perindo, Tokoh Trenggalek Sampaikan Hal Ini ke TGB Zainul Majdi.
Ditambahkan, moderasi beragama menentukan masa depan agama. Cara menghadirkan agama, itu akan menentukan nasib agama ke depan. Dakwah ini keseluruhan konsep nilai dengan cara yang baik dan majemuk. Dakwah Islam tak boleh lepas dari nilai kebangsaan. "Saya setuju dengan Prof Abad, UIN ini dakwah dan peradaban," tambahnya.
Sebelumnya, Wakil Rektor III UIN Sayyid Ali Rahmatullah Prof Dr Abad Badruzzaman mengatakan, UIN ini merupakan kampus dakwah dan peradaban yang mampu mengintegrasikan khas ponpes dalam struktur belajar mengajar.
"Semester 1 dan 2 ada program ngaji pagi. Ada kelas pemula dengan berbagai kitab seperti Imrithi, Jurumiyyah, ataupun batshul masail," katanya.
Baca Juga: Tabrakan Maut di Tol Batang Tewaskan 7 Orang Diduga karena Pengemudi Ngantuk.
Penanaman moderasi beragama, kata dia, dilakukan melalui pengajian pagi di kampus. Dia menyebut, mereka yang belajar agama secara cepat cenderung berpikir ekstrem.
"Yang belajar cepat dalam agama, pendekatan halal haram bukan dengan pendekatan pondok yang harus buka kitab dulu ketika ada pertanyaan. Karena memang mengaji mendalam," ucapnya.
(nag)