Putri Pandan Berduri dan Adat Kesukuan di Pulau Bintan Kepulauan Riau
loading...
A
A
A
ADA sebuah kisah yang sangat populer di masyarakat Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Kisah itu, bercerita tentang Batin Lagoi, pemimpin Suku Sampan dan Suku Laut, yang pernah hidup di kepulauan itu.
Kisah ini bukan hanya sarat dengan kebijaksanaan, tetapi menjelaskan adat kesukuan di Pulau Bintan. Seperti apa? Berikut ulasan singkat Cerita Pagi. Dimulai dari Batin Lagoi yang mengangkat seorang anak perempuan.
Anak itu, kemudian diberi nama Putri Pandan Berduri. Sejak kecil, Putri Pandan Berduri diajari budi pekerti, hingga tutur bahasanya menjadi sangat lembut. Setelah dewasa, Putri Pandan Berduri tumbuh menjadi wanita cantik.
Meski demikian, tidak ada warga Pulau Bintan yang berani melamar. Lantaran, Batin Lagoi menginginkan Putri Pandan Berduri menjadi istri anak seorang raja. Hingga akhirnya, datang seorang pria bernama Jenang Perkasa.
Jenang Perkasa merupakan anak Raja Pulau Galang. Dia memiliki seorang kakak perempuan bernama Julela. Sejak kecil, mereka dididik untuk hidup saling membantu dan menghormati satu sama lain sebagai saudara.
Namun, setelah dewasa Julela menjadi sombong. Bahkan tidak perduli dengan Jenang Perkasa. Hal ini membuat Jenang Perkasa sedih dan pergi berlayar meninggalkan istana. Hingga akhirnya dia sampai di Pulau Bintan.
Selama di Pulau Bintan, Jenang Perkasa hidup seperti rakyat biasa. Dia juga tidak pernah mengaku anak raja.
Tutur kata dan sikapnya yang selalu lembut, membuat orang-orang yang ditemuinya sangat senang. Tidak terkecuali Batin Lagoi yang selalu memperhatikan setiap pendatang baru yang masuk ke Pulau Bintan.
Suatu ketika, Batin Lagoi membuat perjamuan untuk semua Suku Sampan di Pulau Bintan. Semua rakyat datang, termasuk Jenang Perkasa. Dalam pertemuan itu, Batin Lagoi menyampaikan niatnya kepada Jenang Perkasa.
"Wahai, Jenang Perkasa. Aku sangat terkesan dan kagum dengan keelokan budi pekertimu. Bersediakah engkau aku nikahkan dengan putriku, Pandan Berduri?," berkata Batin Lagoi kepada Jenang Perkasa.
"Dengan segala kerendahan hati, saya bersedia menerima putri tuan sebagai istri saya," jawab Jenang Perkasa.
Saat itu, Batin Lagoi tidak tahu jika Jenang Perkasa adalah putra raja Pulau Galang. Seminggu setelah pertemuan itu, Jenang Perkasa dan Pandan Berduri akhirnya menikah. Pesta pernikahan berlangsung dengan sangat meriah.
Tidak lama kemudian, Batin Lagoi mengangkat Jenang Perkasa sebagai Batin menggantikan dirinya. Jenang Perkasa memimpin dengan sangat bijaksana. Dia sangat dicintai rakyat dan sangat menjunjung adat Bintan.
Kabar ini akhirnya sampai juga ke Pulau Galang. Utusan Pulau Galang lalu datang ke Bintan dan meminta Jenang Perkasa kembali ke Pulau Galang dan memimpin di sana. Tetapi tawaran ini segera ditolak oleh Jenang Perkasa.
Dari pernikahannya dengan Putri Pandan Berduri, Jenang Perkasa memiliki tiga orang putra, yakni Batin Mantang, Batin Mapoi, dan Batin Kelong. Mereka diadatkan dengan adat Suku Laut yang dinamakan adat Kesukuan.
Setelah dewasa, ketiga anak Jenang Perkasa memimpin suku mereka masing-masing. Batin Mantang memimpin di bagian utara Pulau Bintan, Batin Mapoi dengan sukunya ke barat, dan Batin Kelong ke timur Pulau Bintan.
Ketiga suku tersebut menjadi suku terbesar di Pulau Bintan. Hingga kini, adat kesukuan di Pulau Bintan masih ada. Sampai di sini ulasan singkat Cerita Pagi, semoga bermanfaat.
Sumber tulisan:
1. Putri K, Kumpulan Cerita Rakyat Sumatera, Cerdas Interaktif, Buku Elektronik.
Kisah ini bukan hanya sarat dengan kebijaksanaan, tetapi menjelaskan adat kesukuan di Pulau Bintan. Seperti apa? Berikut ulasan singkat Cerita Pagi. Dimulai dari Batin Lagoi yang mengangkat seorang anak perempuan.
Anak itu, kemudian diberi nama Putri Pandan Berduri. Sejak kecil, Putri Pandan Berduri diajari budi pekerti, hingga tutur bahasanya menjadi sangat lembut. Setelah dewasa, Putri Pandan Berduri tumbuh menjadi wanita cantik.
Meski demikian, tidak ada warga Pulau Bintan yang berani melamar. Lantaran, Batin Lagoi menginginkan Putri Pandan Berduri menjadi istri anak seorang raja. Hingga akhirnya, datang seorang pria bernama Jenang Perkasa.
Jenang Perkasa merupakan anak Raja Pulau Galang. Dia memiliki seorang kakak perempuan bernama Julela. Sejak kecil, mereka dididik untuk hidup saling membantu dan menghormati satu sama lain sebagai saudara.
Namun, setelah dewasa Julela menjadi sombong. Bahkan tidak perduli dengan Jenang Perkasa. Hal ini membuat Jenang Perkasa sedih dan pergi berlayar meninggalkan istana. Hingga akhirnya dia sampai di Pulau Bintan.
Selama di Pulau Bintan, Jenang Perkasa hidup seperti rakyat biasa. Dia juga tidak pernah mengaku anak raja.
Tutur kata dan sikapnya yang selalu lembut, membuat orang-orang yang ditemuinya sangat senang. Tidak terkecuali Batin Lagoi yang selalu memperhatikan setiap pendatang baru yang masuk ke Pulau Bintan.
Suatu ketika, Batin Lagoi membuat perjamuan untuk semua Suku Sampan di Pulau Bintan. Semua rakyat datang, termasuk Jenang Perkasa. Dalam pertemuan itu, Batin Lagoi menyampaikan niatnya kepada Jenang Perkasa.
"Wahai, Jenang Perkasa. Aku sangat terkesan dan kagum dengan keelokan budi pekertimu. Bersediakah engkau aku nikahkan dengan putriku, Pandan Berduri?," berkata Batin Lagoi kepada Jenang Perkasa.
"Dengan segala kerendahan hati, saya bersedia menerima putri tuan sebagai istri saya," jawab Jenang Perkasa.
Saat itu, Batin Lagoi tidak tahu jika Jenang Perkasa adalah putra raja Pulau Galang. Seminggu setelah pertemuan itu, Jenang Perkasa dan Pandan Berduri akhirnya menikah. Pesta pernikahan berlangsung dengan sangat meriah.
Tidak lama kemudian, Batin Lagoi mengangkat Jenang Perkasa sebagai Batin menggantikan dirinya. Jenang Perkasa memimpin dengan sangat bijaksana. Dia sangat dicintai rakyat dan sangat menjunjung adat Bintan.
Kabar ini akhirnya sampai juga ke Pulau Galang. Utusan Pulau Galang lalu datang ke Bintan dan meminta Jenang Perkasa kembali ke Pulau Galang dan memimpin di sana. Tetapi tawaran ini segera ditolak oleh Jenang Perkasa.
Dari pernikahannya dengan Putri Pandan Berduri, Jenang Perkasa memiliki tiga orang putra, yakni Batin Mantang, Batin Mapoi, dan Batin Kelong. Mereka diadatkan dengan adat Suku Laut yang dinamakan adat Kesukuan.
Setelah dewasa, ketiga anak Jenang Perkasa memimpin suku mereka masing-masing. Batin Mantang memimpin di bagian utara Pulau Bintan, Batin Mapoi dengan sukunya ke barat, dan Batin Kelong ke timur Pulau Bintan.
Ketiga suku tersebut menjadi suku terbesar di Pulau Bintan. Hingga kini, adat kesukuan di Pulau Bintan masih ada. Sampai di sini ulasan singkat Cerita Pagi, semoga bermanfaat.
Sumber tulisan:
1. Putri K, Kumpulan Cerita Rakyat Sumatera, Cerdas Interaktif, Buku Elektronik.
(san)