Legenda I Laurang, Manusia Udang Berubah Jadi Pria Tampan Penakluk Hati Putri Raja
loading...
A
A
A
SETIAP daerah memiliki cerita dan legenda yang patut menjadi inspirasi dan pelajaran dalam hidup, salah satunya cerita dari Sulawesi Selatan tentang I Laurang, manusia udang yang ternyata memiliki wujud tampan dan memikat hati para wanita yang melihatnya.
Cerita manusia udang ini berawal dari pasangan suami istri yang telah lama menikah namun belum juga dikaruniai anak. Siang malam pasutri ini terus berdoa agar diberikan keturunan, hingga usia mereka menginjak paruh baya doa mereka belum juga terkabul.
Di ujung keputusasaan, mereka pun berdoa, Tuhan, karuniakanlah kepada kami anak meskipun dalam bentuk udang. Ternyata doa mereka pun terkabul. Beberapa bulan kemudian, sang istri pun hamil dan disambut suka cita.
Setelah menunggu Sembilan bulan, anak yang dinanti-nantikan pun hadir, sang istri melahirkan, namun alangkah tekejutnya mereka karena anak yang dilahirkan dalam bentuk udang.
Kata sang istri, papa kenapa anak kita berbentuk udang? Kata sang suami, kenapa kamu begitu heran, bukan kah kita telah meminta kepada Tuhan seorang anak meskipun dalam bentuk udang? Setelah memahami kondisi itu si istri pun sadar. Mereka pun menamai anaknya I Laurang yang artinya manusia udang.
Meski dalam bentuk udang, pasangan ini tetap menyayanginya. I Laurang pun tumbuh seperti anak-anak lainnya, namun sayang hari-harinya dia habisnya dalam tempayan. Sesekali ia hidup di darat tapi dia tidak bisa berjalan sendiri karena kakinya terbungkus lapisan seperti kulit udang.
Meski demikian, dia tetap mengetahui perkembangan di luar sana karena sang ibu sering menceritakannya. Salah satunya tentang sang raja yang memiliki 7 putri yang cantik jelita. I Laurang pun bisa membayangkan kecantikan putri raja hingga berharap kelak suatu hari nanti bisa menikahi salah satunya.
Mereka tidak kecewa dan tetap menyayangi anak itu. Anak itu diberi nama I Laurang yang artinya manusia udang.
Meski memiliki penampilan seperti udang dan tidak bisa pergi kemanapun, I Laurang tetap mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di luar karena ibunya rajin bercerita padanya. Suatu hari ibunya menceritakan tentang kecantikan tujuh putri Raja.
I Laurang pun beranjak dewasa, keinginan untuk beristri pun semakin kuat. Dia pun menyampaikan keinginannya kepada orangtuanya untuk menikahi putri raja. Awalnya kedua orang tuanya menolak karena penampilannya seperti itu pasti ditolak oleh putri raja. Namun I Laurang tetap berkeras. “Tidak ada salahnya kalau kita mencoba kan bu, apalagi raja memilik 7 anak perempuan siapa tahu ada mau,” ujarnya.
Orang tuanya pun luluh dan menuruti keinginan anaknya sehingga akhirnya meski sedikit takut, dia pun memberanikan diri menghadap sang raja untuk menyampaikan keinginan anaknya.
Raja yang dikenal arif dan bijaksana itu pun menyambut keduanya dan mendengarkan permintaan orang tua I Laurang. “Baiklah aku akan menanyakan kepada anak-anakku dulu apa mereka bersedia menikah dengan anakmu,” kata raja.
Sang raja lalu menanyakan pada ketujuh putrinya apakah ada yang mau dipersunting oleh I Laurang. Jawaban putri sulung raja tentu saja tidak mau, begitu juga putri kedua, ketiga hingga ke enam, mereka kompak menjabaw tidak.
Namun berbeda dengan si bungsu, dia mengaku bersedia menikah dengan I Laurang meski pun bentuknya seperti udang. Sang raja pun memberitahukan kepada orang tua I Laurang, alangkah bahagianya mereka mendagar jawaban itu.
Mereka pun bergegas pulang untuk memberitahukan kabar gembira itu. “Anakku kami pulang membawa kabar gembira, anak bungsu raja menerima lamaranmu, sebentar lagi keinginanmu akan terwujud,” katanya.
Mendengar kabar itu, I Laurang pun sangat gembira hingga tak sadar bisa keluar dari cangkang udang. Orangtuanya merasa terkejut dan heran karena ternyata I Laurang adalah pemuda yang sangat tampan.
Waktu pernikahan pun tiba, semua orang yang mengetahu pria tampan yang akan menikahi putri bungsu raja adalah I Laurang pun tercengang, padahal selama ini, mereka mengenal I Laurang berwajah buruk seperti udang.
Bahkan saat pesta pernikahan berlangsung, seluruh keluarga istana terkejut melihat ketampanan I Laurang, terutama si Putri Bungsu dan keenam kakaknya. Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa ternyata I Laurang seorang pemuda yang tampan. Berbeda dengan berita yang mereka dengar bahwa I Laurang itu buruk rupa seperti udang.
Melihat si bungsu menikah dengan pria tampan, keenam kakaknya pun menjadi iri karena tidak disangka si bungsu mendapatkan pria yang tampan dan gagah. Jadi mereka mulai membuat rencana jahat untuk menyingkirkan si bungsu.
Rencana jahat itu akhirnya mendapatkan kesempatan saat I Laurang ditugaskan untuk berlayar ke negeri seberang. Sebelum berangkat, I Laurang memberikan pesan dan dua barang pada istrinya.
Pesannya,”Berhati-hatilah dengan keenam Kakak-mu. Bawa selalu pinang dan telur yang kuberikan ini kemanapun kamu pergi.”
Tidak lama setelah I Laurang berangkat, keenam putri itu mengajak si bungsu di pantai. Mereka kemudian mendorong si bungsu sehingga ia terjatuh ke laut dan meninggalkannya sendirian. Dengan pertolongan Tuhan, si bungsu tidak mati tenggelam.
Dia menanam pinang di dasar laut yang kemudian tumbuh menjadi pohon besar yang melewati permukaan air. Telur yang dipecahkannya menjadi besar dan seperti kepompong untuk si bungsu berlindung di dalamnya.
Sampai akhirnya I Laurang yang kembali pulang menemukan istrinya di tengah laut, berwujud seperti ayam yang bertengger di pohon pinang sambil memanggil suaminya.
I Laurang lalu mengelus kepala ayam itu sambil membaca mantra dan si bungsu menjelma kembali sebagai seorang putri seperti semula.
Mereka berdua kembali ke istana dan I Laurang melaporkan kejadian yang dialami si bungsu akibat kejahatan keenam kakaknya.
Raja pun murka dan akhirnya menghukum keenam putri itu untuk menjadi pelayan si bungsu. Sementara si bungsu diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya.
Sumber: Pustaka pelajar
Cerita manusia udang ini berawal dari pasangan suami istri yang telah lama menikah namun belum juga dikaruniai anak. Siang malam pasutri ini terus berdoa agar diberikan keturunan, hingga usia mereka menginjak paruh baya doa mereka belum juga terkabul.
Di ujung keputusasaan, mereka pun berdoa, Tuhan, karuniakanlah kepada kami anak meskipun dalam bentuk udang. Ternyata doa mereka pun terkabul. Beberapa bulan kemudian, sang istri pun hamil dan disambut suka cita.
Setelah menunggu Sembilan bulan, anak yang dinanti-nantikan pun hadir, sang istri melahirkan, namun alangkah tekejutnya mereka karena anak yang dilahirkan dalam bentuk udang.
Kata sang istri, papa kenapa anak kita berbentuk udang? Kata sang suami, kenapa kamu begitu heran, bukan kah kita telah meminta kepada Tuhan seorang anak meskipun dalam bentuk udang? Setelah memahami kondisi itu si istri pun sadar. Mereka pun menamai anaknya I Laurang yang artinya manusia udang.
Meski dalam bentuk udang, pasangan ini tetap menyayanginya. I Laurang pun tumbuh seperti anak-anak lainnya, namun sayang hari-harinya dia habisnya dalam tempayan. Sesekali ia hidup di darat tapi dia tidak bisa berjalan sendiri karena kakinya terbungkus lapisan seperti kulit udang.
Meski demikian, dia tetap mengetahui perkembangan di luar sana karena sang ibu sering menceritakannya. Salah satunya tentang sang raja yang memiliki 7 putri yang cantik jelita. I Laurang pun bisa membayangkan kecantikan putri raja hingga berharap kelak suatu hari nanti bisa menikahi salah satunya.
Mereka tidak kecewa dan tetap menyayangi anak itu. Anak itu diberi nama I Laurang yang artinya manusia udang.
Meski memiliki penampilan seperti udang dan tidak bisa pergi kemanapun, I Laurang tetap mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di luar karena ibunya rajin bercerita padanya. Suatu hari ibunya menceritakan tentang kecantikan tujuh putri Raja.
I Laurang pun beranjak dewasa, keinginan untuk beristri pun semakin kuat. Dia pun menyampaikan keinginannya kepada orangtuanya untuk menikahi putri raja. Awalnya kedua orang tuanya menolak karena penampilannya seperti itu pasti ditolak oleh putri raja. Namun I Laurang tetap berkeras. “Tidak ada salahnya kalau kita mencoba kan bu, apalagi raja memilik 7 anak perempuan siapa tahu ada mau,” ujarnya.
Orang tuanya pun luluh dan menuruti keinginan anaknya sehingga akhirnya meski sedikit takut, dia pun memberanikan diri menghadap sang raja untuk menyampaikan keinginan anaknya.
Raja yang dikenal arif dan bijaksana itu pun menyambut keduanya dan mendengarkan permintaan orang tua I Laurang. “Baiklah aku akan menanyakan kepada anak-anakku dulu apa mereka bersedia menikah dengan anakmu,” kata raja.
Sang raja lalu menanyakan pada ketujuh putrinya apakah ada yang mau dipersunting oleh I Laurang. Jawaban putri sulung raja tentu saja tidak mau, begitu juga putri kedua, ketiga hingga ke enam, mereka kompak menjabaw tidak.
Namun berbeda dengan si bungsu, dia mengaku bersedia menikah dengan I Laurang meski pun bentuknya seperti udang. Sang raja pun memberitahukan kepada orang tua I Laurang, alangkah bahagianya mereka mendagar jawaban itu.
Mereka pun bergegas pulang untuk memberitahukan kabar gembira itu. “Anakku kami pulang membawa kabar gembira, anak bungsu raja menerima lamaranmu, sebentar lagi keinginanmu akan terwujud,” katanya.
Mendengar kabar itu, I Laurang pun sangat gembira hingga tak sadar bisa keluar dari cangkang udang. Orangtuanya merasa terkejut dan heran karena ternyata I Laurang adalah pemuda yang sangat tampan.
Waktu pernikahan pun tiba, semua orang yang mengetahu pria tampan yang akan menikahi putri bungsu raja adalah I Laurang pun tercengang, padahal selama ini, mereka mengenal I Laurang berwajah buruk seperti udang.
Bahkan saat pesta pernikahan berlangsung, seluruh keluarga istana terkejut melihat ketampanan I Laurang, terutama si Putri Bungsu dan keenam kakaknya. Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa ternyata I Laurang seorang pemuda yang tampan. Berbeda dengan berita yang mereka dengar bahwa I Laurang itu buruk rupa seperti udang.
Melihat si bungsu menikah dengan pria tampan, keenam kakaknya pun menjadi iri karena tidak disangka si bungsu mendapatkan pria yang tampan dan gagah. Jadi mereka mulai membuat rencana jahat untuk menyingkirkan si bungsu.
Rencana jahat itu akhirnya mendapatkan kesempatan saat I Laurang ditugaskan untuk berlayar ke negeri seberang. Sebelum berangkat, I Laurang memberikan pesan dan dua barang pada istrinya.
Pesannya,”Berhati-hatilah dengan keenam Kakak-mu. Bawa selalu pinang dan telur yang kuberikan ini kemanapun kamu pergi.”
Tidak lama setelah I Laurang berangkat, keenam putri itu mengajak si bungsu di pantai. Mereka kemudian mendorong si bungsu sehingga ia terjatuh ke laut dan meninggalkannya sendirian. Dengan pertolongan Tuhan, si bungsu tidak mati tenggelam.
Dia menanam pinang di dasar laut yang kemudian tumbuh menjadi pohon besar yang melewati permukaan air. Telur yang dipecahkannya menjadi besar dan seperti kepompong untuk si bungsu berlindung di dalamnya.
Sampai akhirnya I Laurang yang kembali pulang menemukan istrinya di tengah laut, berwujud seperti ayam yang bertengger di pohon pinang sambil memanggil suaminya.
I Laurang lalu mengelus kepala ayam itu sambil membaca mantra dan si bungsu menjelma kembali sebagai seorang putri seperti semula.
Mereka berdua kembali ke istana dan I Laurang melaporkan kejadian yang dialami si bungsu akibat kejahatan keenam kakaknya.
Raja pun murka dan akhirnya menghukum keenam putri itu untuk menjadi pelayan si bungsu. Sementara si bungsu diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya.
Sumber: Pustaka pelajar
(nic)