Kritik Bansos di Medsos, Mbah Salmo Dipolisikan Pemdes di Tuban
loading...
A
A
A
TUBAN - Nasib miris dialami Salmo, warga Desa Guwoterus, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban. Kakek berusia 62 tahun tersebut, dilaporkan ke polisi oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Guwoterus, karena mengkritik penyaluran bantuan sosial (Bansos) di media sosial (Medsos).
Kritik yang diunggah Salmo ke medsos tersebut, dinilai oleh Pemdes Guwoterus, sudah merupakan bentuk penghinaan dan pelecehan. Laporan ke polisi terkait unggahan di medsos tersebut, dilakukan Kepala Desa (Kades) Guwoterus, Pudji.
Saat ditemui di rumahnya, Salmo menunjukkan unggahan dan komentarnya yang viral. Pria dengan nama akun Mbah Salmo ini mengatakan, persoalan tersebut bermula dari unggahannya di Facebook, yang mengkritik Pemdes Guwoterus soal bansos.
Dalam unggahan tersebut, Salmo juga menyertakan foto KTP istrinya, dan memberikan sejumlah komentar mulai dari "Masalah bantuan sosial itu kalau perangkat desa matanya kena tumor", hingga komentar "Kepala desanya mabuk kecubung".
Komentar di medsos itu dilakukan Salmo karena tidak pernah mendapatkan bansos dari pemerintah, padahal kondisi pandemi COVID-19 sangat memukul perekonomian keluarganya yang hanya membuka sebuah warung kopi.
Salmo menilai, bantuan yang selama ini diberikan oleh pemerintah maupun Pemdes Guwoterus, tidak tepat sasaran dan justru diberikan kepada orang yang mampu. "Orang kecil seperti saya seolah diabaikan," ungkapnya.
Dengan unggahan di medsos tersebut, Salmo berharap penerima bansos tersebut bisa dievaluasi, sehingga bisa tepat sasaran. "Saya minta bansos ke Kades tidak direspons. Empat tahun saya tidak disapa. Akhirnya saya mengeluh di Facebook, terkait bansos PKH untuk orang kaya bukan untuk orang miskin," ungkapnya.
Sementara itu, Kades Guwoterus, Pudji mengaku melaporkan Salmo karena unggahan dan komentarnya di medsos bukan berisi kritikan, melainkan hinaan bernada kasar kepada Pemdes, Kades, dan perangkat desa, serta warga Desa Guwoterus.
"Kami melaporkan ke polisi, karena unggahan dan komentarnya sudah berisi hinaan dan pelecehan. Kami melaporkan ini ke polisi, untuk memberikan efek jera kepada Mbah Salmo, yang sudah berulang kali melakukan hinaan serupa di medsos," tegas Pudji.
Pudji mengaku, sudah pernah mengajukan nama Salmo untuk mendapatkan bansos dari pemerintah, namun usulan penerima bansos tersebut belum direalisasikan oleh dinas terkait.
Lihat Juga: Ikuti Kebijakan Pusat, Pemprov DKI Jakarta Pastikan Program Bansos Tidak Berkaitan dengan Masa Pilkada
Kritik yang diunggah Salmo ke medsos tersebut, dinilai oleh Pemdes Guwoterus, sudah merupakan bentuk penghinaan dan pelecehan. Laporan ke polisi terkait unggahan di medsos tersebut, dilakukan Kepala Desa (Kades) Guwoterus, Pudji.
Saat ditemui di rumahnya, Salmo menunjukkan unggahan dan komentarnya yang viral. Pria dengan nama akun Mbah Salmo ini mengatakan, persoalan tersebut bermula dari unggahannya di Facebook, yang mengkritik Pemdes Guwoterus soal bansos.
Dalam unggahan tersebut, Salmo juga menyertakan foto KTP istrinya, dan memberikan sejumlah komentar mulai dari "Masalah bantuan sosial itu kalau perangkat desa matanya kena tumor", hingga komentar "Kepala desanya mabuk kecubung".
Komentar di medsos itu dilakukan Salmo karena tidak pernah mendapatkan bansos dari pemerintah, padahal kondisi pandemi COVID-19 sangat memukul perekonomian keluarganya yang hanya membuka sebuah warung kopi.
Salmo menilai, bantuan yang selama ini diberikan oleh pemerintah maupun Pemdes Guwoterus, tidak tepat sasaran dan justru diberikan kepada orang yang mampu. "Orang kecil seperti saya seolah diabaikan," ungkapnya.
Dengan unggahan di medsos tersebut, Salmo berharap penerima bansos tersebut bisa dievaluasi, sehingga bisa tepat sasaran. "Saya minta bansos ke Kades tidak direspons. Empat tahun saya tidak disapa. Akhirnya saya mengeluh di Facebook, terkait bansos PKH untuk orang kaya bukan untuk orang miskin," ungkapnya.
Sementara itu, Kades Guwoterus, Pudji mengaku melaporkan Salmo karena unggahan dan komentarnya di medsos bukan berisi kritikan, melainkan hinaan bernada kasar kepada Pemdes, Kades, dan perangkat desa, serta warga Desa Guwoterus.
"Kami melaporkan ke polisi, karena unggahan dan komentarnya sudah berisi hinaan dan pelecehan. Kami melaporkan ini ke polisi, untuk memberikan efek jera kepada Mbah Salmo, yang sudah berulang kali melakukan hinaan serupa di medsos," tegas Pudji.
Pudji mengaku, sudah pernah mengajukan nama Salmo untuk mendapatkan bansos dari pemerintah, namun usulan penerima bansos tersebut belum direalisasikan oleh dinas terkait.
Lihat Juga: Ikuti Kebijakan Pusat, Pemprov DKI Jakarta Pastikan Program Bansos Tidak Berkaitan dengan Masa Pilkada
(eyt)