Dialog Kebangsaan di Malang, Kepala BNPT: Lindungi Generasi Muda dari Ideologi Radikal

Jum'at, 15 Juli 2022 - 19:12 WIB
loading...
Dialog Kebangsaan di Malang, Kepala BNPT: Lindungi Generasi Muda dari Ideologi Radikal
Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar saat silaturahmi dan dialog kebangsaan pencegahan paham radikal terorisme di Kompleks Kantor Wali Kota Batu. Foto/Ist
A A A
KOTA BATU - Generasi muda harus terus dipupuk jiwa dan semangat kebangsaan untuk melindungi ancaman ideologi radikal terorisme. Dukungan dan sinergi para tokoh masyarakat, agama, aparat desa sangat penting dalam melakukan deteksi dini penyebaran radikalisme.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar dalam Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan Dalam Rangka Pencegahan Paham Radikal Terorisme di Kompleks Kantor Wali Kota Batu.


“Kita harus jaga semangat kebangsaan generasi muda agar tidak menjadi generasi disorientasi kebangsaan. Kita khawatir kalau dibiarkan nanti generasi mendatang kurang memahami bangsanya sendiri,” ujar Boy Rafli, dikutip Jumat (15/7/2022).

Di depan ratusan tokoh masyarakat, tokoh agama dan kepercayaan serta perangkat kecamatan dan desa se-Kota Batu, Kepala BNPT menjelaskan, dialog kebangsaan merupakan sarana untuk bisa saling berbagi terhadap hal-hal perlu diwaspadai oleh masyarakat.

Terutama mewaspadai penyebarluasan ideologi terorisme yang banyak bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di Indonesia.

Diharapkan dengan kegiatan ini para peserta lebih memahami ciri-ciri ideologi terorisme, di antaranya anti terhadap konstitusi, ideologi negara kita, bersifat eksklusifisme, intoleran radikal. Selain itu anti nilai-nilai kemanusiaan, kecendurungannya menghalalkan kekerasan.



“Prioritas utama BNPT adalah bagaimana membangun semangat mitigasi terhadap aksi terorisme yang diawali sikap intoleransi dan radikalisme ini bisa diminimalisasir, bahkan kalau perlu ditiadakan dari bumi NKRI,” jelas mantan Kapolda Papua ini.

Dia mengungkapkan, dengan daya tahan kolektif yang dilandasi kesadaran warga negara akan adanya hal-hal yang membahayakan akan menjadi hal yang sangat baik.

Boy Rafli menjelaskan, bahwa ideologi terorisme tidak mengenal etnis, agama, usia, profesi. Penyebarluasan ideologi terorisme biasanya mempengaruhi kalangan masyarakat usia muda.

BNPT dan seluruh masyarakat perlu menyiapkan agar generasi muda Indonesia agar tidak terlena, tidak sadar, dan bagian dari kegiatan yang mereka (kelompok radikal terorisme) rencanakan.

“Diawali dengan narasi-narasi yang awalnya mengundang simpati, yang akhirnya menghalalkan kekerasan untuk mencapai tujuan. Itu yang menjadi ciri khas ideologi terorisme,” ungkapnya.

Dia menambahkan, ideologi terorisme sangat mengancam keutuhan bangsa. Ironisnya, untuk menyebarkan paham kekerasannya itu, kelompok radikal terorisme menggunakan dalil-dalil agama.

“Jadi ideologi terorisme sebenarnya pihak-pihak yang menyalahgunaan agama karena kekerasan yang mereka anut sejalan dengan nilai agama,”tuturnya.

Ia memberi contoh tokoh teroris Dr Azahari yang tertembak mati oleh aparat kepolisian di Kota Batu, 9 November 2005, dimana emanfaatkan generasi terpelajar dan meracuni dengan ideologi terorisme.

Awalnya dia mengajak anak muda-muda dengan menyampaikan dakwah yang menarik. Saat orang tertarik, mereka kemudian menanamkan doktrin-doktrin yang menghalalkan kekerasan.



“Itu kita harus mewaspadai. Hari ini kita silaturahmi dan dialog kebangsaan ini utuk kembali mengingatkan kepada kita semua, kalau hari ini kita sudah memahami itu ancaman itu tentu sangat bagus, tapi bagaimana dengan generasi muda kita,” tandasnya.

Boy Rafli menggarisbawahi generasi muda sebagai kelompok paling rentan terpapar ideologi terorisme.“Jadi ini adalah kesesatan tidak boleh terjadi. BNPT mengajak untuk terus mengembangkan kepedulian kepada generasi muda agar tidak tersesat,” tandasnya.

Sementara Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso menyatakan pihaknya melaksanakan pencegahan radikalisme secara dini dengan berbagai forum masyarakat, pusat pendidikan hingga penguatan wawasan kebangsaan.

“Kolaborasi dan sinergitas sangat diperlukan untuk menghadapi ancaman dan tantangan agar bangsa Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dengan negara lain,” jelasnya.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 2.4955 seconds (0.1#10.140)