Kisah Sultan Malik As-Saleh dan Legenda Meurah Silu, Sultan Kerajaan Islam Pertama di Nusantara

Senin, 11 Juli 2022 - 04:59 WIB
loading...
Kisah Sultan Malik As-Saleh dan Legenda Meurah Silu, Sultan Kerajaan Islam Pertama di Nusantara
Nisan makam Sultan Malik As-Saleh atau Malikussaleh, sultan pertama di Kesultanan Samudra Pasai, kerajaan pertama di Nusantara. Foto/Tangkapan layar dari buku Tinggalan Sejarah Samudra Pasai
A A A
Tiga batu nisan bersurat, yang ada di Leubok Tuwe, Meurah Mulia, dan di Matang Ulim, Samudra, menjadi saksi bisu awal mula berdirinya Kesultanan Samudra Pasai, sebagai kerajaan Islam pertama di tanah Nusantara.



Keberadaan tiga batu nisan bersurat ini dimuat dalam buku "Tinggalan Sejarah Samudra Pasai" terbitan Center for Information of Samudra Pasai Heritage (CISAH). Dalam buku tersebut, disebutkan bahwa tiga batu nisan bersurat ini, menjadi bukti berdirinya Kesultanan Samudra Pasai pada abad ke 13 Masehi, atau abad ke 7 Hijriah.



Ketiga batu nisan bersurat tersebut, memuat epitaf atau tulisan keterangan tentang pemilik kubur. Epitaf itu menjelaskan yang wafat dan dimakamkan merupakan tokoh yang sangat dicintai oleh hati orang banyak atau Mahbub Qulub Al-Khala'iq.



Dalam catatan di batu nisan bercerita, disebutkan dua tokoh yang dimakamkan di Leubok Tuwe telah meninggal pada tahun 622 Hijriah atau 1226 Masehi. Sementara tokoh yang ada di Matang Ulim, meninggal dunia pada 676 Hijriah atau 1278 Masehi.

Dari kata "As-As'id" pada epitaf ketiga nisan tersebut, dapat diketahui bahwa ketiganya merupakan penguasa sebelum Sultan Al-Malik Ash-Shalih atau juga dikenal dengan sebutan Sultan Malik As-Saleh, dan dinastinya memerintah di Samudra Pasai.

Buku karya CISAH ini juga memuat legenda tentang Meurah Silu, yang setelah memeluk Islam berubah nama menjadi Malikussaleh. Legenda itu begitu populer di tengah masyarakat, namun sayangnya tidak mengisahkan sosok Sultan Al-Malik Ash-Shalih dengan baik.

Lewat inskripsi pada nisan makam Sultan Al-Malik Ash-Shalih, ahli sejarah dari zaman Samudra Pasai, mencatat bahwa Sultan Al-Malik As-Shalih atau dikenal dengan Malikussaleh, adalah seorang yang bertaqwa, pemberi nasehat, berasal dari keturunan terhormat serta terkenal.

Dia juga dikenal sebagai pemurah, ahli ibadah, dan seorang pembebas. Catatan itu dengan tegas menyebutkan Sultan Malikussaleh, merupakan orang yang baik, sekaligus menginginkan kebaikan untuk orang lain.



Kekuasaan dinasti Islam ini, berlanjut sampai dengan tiga abad, dan berakhir pada dekade kedua abad ke-16 Masehi, dengan wafatnya Sultan Zainal Abidin bi Mahmud pada 923 Hijriah atau 1518 Masehi.

Sementara dalam catatan lain, yang dimuat dalam acehprov.go.id, disebutkan bahwa Kesultanan Samudra Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M.

Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di Kampung Geudong, Kabupaten Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudra di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe.

Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan Samudra Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.

Pada masa jayanya, Samudra Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti China, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada.



Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudra Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudra Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.

Seorang pengembara muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai tahun 1346 M. Dia juga menceritakan bahwa, ketika berada di China, sempat melihat adanya kapal Sultan Pasai di China.

Sumber-sumber China ada yang menyebutkan, utusan Pasai secara rutin datang ke China untuk menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luar.

Marah Silu bergelar Sultan Malik al-Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahannya, datang seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292 yang bernama Marcopolo, melalui catatan perjalanan Marcopolo maka dapat diketahui bahwa raja Samudra Pasai bergelar Sultan.

Setelah Sultan Malik al-Saleh wafat, maka pemerintahannya digantikan oleh keturunannya yaitu Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir I (1297-1326).



Pengganti dari Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir II (1326-1348). Pada masa ini pemerintahan Samudra Pasai berkembang pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab.

Bahkan melalui catatan kunjungan Ibnu Batutah seorang utusan dari Sultan Delhi tahun 1345 dapat diketahui, Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang penting dan istananya disusun dan diatur secara India dan patihnya bergelar Amir.

Pada masa selanjutnya pemerintahan Samudra Pasai tidak banyak diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal Abidin yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir III kurang begitu jelas.

Menurut sejarah Melayu, kerajaan Samudra Pasai diserang oleh kerajaan Siam. Dengan demikian karena tidak adanya data sejarah yang lengkap, maka runtuhnya Samudra Pasai tidak diketahui secara jelas.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2882 seconds (0.1#10.140)