Juara Desa Wisata Nasional, Goa Bau di Pangandaran Berhasil Serap Tenaga Kerja
loading...
A
A
A
PARIGI - Goa bau yang ada di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran berhasil meraih juara pertama sebagai desa wisata tingkat nasional tahun 2019.
Prestasi tersebut diraih Desa Kertayasa dalam even lomba Desa Wisata Nusantara yang digelar oleh Kementerian Desa dan penganugrahan diserahkan di Sleman, Yogyakarta 10 Desember 2019.
Ketua BUMDES Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Teten Sutarjo, mengatakan, goa bau merupakan salah satu unit usaha yang dikelola oleh BUMDES berdiri pada tahun 2012. Inspirasi pengelolaan goa bau dimaksimalkan oleh masyarakat secara gotong royong dengan tekad mengoptimalkan potensi keindahan alam yang dimiliki.
"Pada tahun 1993 dibuka objek wisata green canyon, berkaca dari itu kami memiliki tekad untuk melakukan inovasi dan pemanfaatan goa bau," kata Teten.
Modal pertama merintis BUMDES dianggarkan dari Dana Desa senilai Rp50 juta pada 27 Nopember 2012 dan di akhir pembukuan tahun 2013 baru bisa menghasilkan pendapatan Rp60 juta.
Setiap tahun pendapatan BUMDES terus mengalami peningkatan yang signifikan dan mampu membuka unit usaha lain. "Unit usaha lainnya yang berhasil dikembangkan diantaranya, jasa wisata, body rapting, kios desa, warung BUMDES, penyewaan perahu, foto copy, BRI link," tambahnya.
Seiring berkembangnya unit usaha yang dikelola oleh BUMDES, secara otomatis bisa menyerap tenaga kerja masyarakat. "Kultur masyarakat di Desa Kertayasa bertani, setelah unit usaha BUMDES berhasil berkembang maka pelaku usahanya adalah masyarakat setempat," terangnya.
Teten menjelaskan, unit usaha yang dikembangkan BUMDES merupakan usaha yang belum ada di masyarakat, hal itu merupakan salah satu upaya agar tidak terjadi persaingan. "BUMDES ini diekelola oleh 9 orang dan berhasil mempekerjakan 150 warga setempat sebagai tim yang menjadi marketing dan pemandu," tegasnya.
Masyarakat di Desa Kertayasa yang mengenyam pendidikan SLTP dan SLTA sebagian besar memilih terlibat menjadi pekerja di unit BUMDES daripada pergi ke luar daerah.
Namun banyak juga yang pendidikannya sampai perguruan tinggi mengejar karir ke luar daerah. Kesuksesan pengelolaan BUMDES di Desa Kertayasa belajar dari permasalahan yang terjadi yang telah diperbaiki.
"Pengelola dan tim yang tergabung di BUMDES memiliki komitment untuk maju kedepan dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah terjadi," sambung Teten.
Hasil kerjasama yang baik pengelola dan tim BUMDES Desa Kertayasa pernah mendapat keuntungan dalam satu tahun Rp175 juta di tahun 2015. Sejak tahun 2015 pendapatan terus meningkat dan mendapat keuntungan yang stabil, tahun berikutnya jika dirata-ratakan penghasilan setiap bulan mencapai Rp300 juta.
Pengunjung yang datang untuk berwisata ke Desa Kertayasa setiap bulan mencapai 1500 hingga 2000 pengunjung yang berasal dari Bandung dan Jakarta bahkan luar negeri. "Tarif wisata body rafting yang ditawarkan ke pengunjung mulai harga Rp200 ribu untuk trek pendek, dan Rp225 ribu untuk trek panjang," jelas Teten.
Sebagai sarana penunjang tempat menginap bagi pengunjung yang datang, pihak BUMDES memberikan peluang usaha Home Stay yang merupakan rumah masyarakat dengan tarif Rp500 ribu
Kreativitas masyarakat pelaku UMKM juga bisa diberdayakan dengan cara memasarkan cendra mata hasil kerajinan warga seperti gantungan kunci kolotok kebo, gantungan kuncil golok hingga kerajinan berbahan dasar anyaman.
Wacana ke depan, BUMDES Desa Kertayasa juga akan mengeksplorasi potensi pupuk organik dari sisa kotoran hewan untuk kebutuhan pupuk masyarakat.
Teten menuturkan, dirinya tidak pernah mengira bakal menjadi juara Desa Wisata tingkat Nasional di tahun 2019 karena semula mereka mengikuti event tersebut sebagai ajang promosi. "Kami ikuti event itu niatnya promosi agar dikenal, namun tidak dikira sebelumnya malah jadi juara," tutur Teten.
Prestasi tersebut diraih Desa Kertayasa dalam even lomba Desa Wisata Nusantara yang digelar oleh Kementerian Desa dan penganugrahan diserahkan di Sleman, Yogyakarta 10 Desember 2019.
Ketua BUMDES Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Teten Sutarjo, mengatakan, goa bau merupakan salah satu unit usaha yang dikelola oleh BUMDES berdiri pada tahun 2012. Inspirasi pengelolaan goa bau dimaksimalkan oleh masyarakat secara gotong royong dengan tekad mengoptimalkan potensi keindahan alam yang dimiliki.
"Pada tahun 1993 dibuka objek wisata green canyon, berkaca dari itu kami memiliki tekad untuk melakukan inovasi dan pemanfaatan goa bau," kata Teten.
Modal pertama merintis BUMDES dianggarkan dari Dana Desa senilai Rp50 juta pada 27 Nopember 2012 dan di akhir pembukuan tahun 2013 baru bisa menghasilkan pendapatan Rp60 juta.
Setiap tahun pendapatan BUMDES terus mengalami peningkatan yang signifikan dan mampu membuka unit usaha lain. "Unit usaha lainnya yang berhasil dikembangkan diantaranya, jasa wisata, body rapting, kios desa, warung BUMDES, penyewaan perahu, foto copy, BRI link," tambahnya.
Seiring berkembangnya unit usaha yang dikelola oleh BUMDES, secara otomatis bisa menyerap tenaga kerja masyarakat. "Kultur masyarakat di Desa Kertayasa bertani, setelah unit usaha BUMDES berhasil berkembang maka pelaku usahanya adalah masyarakat setempat," terangnya.
Teten menjelaskan, unit usaha yang dikembangkan BUMDES merupakan usaha yang belum ada di masyarakat, hal itu merupakan salah satu upaya agar tidak terjadi persaingan. "BUMDES ini diekelola oleh 9 orang dan berhasil mempekerjakan 150 warga setempat sebagai tim yang menjadi marketing dan pemandu," tegasnya.
Masyarakat di Desa Kertayasa yang mengenyam pendidikan SLTP dan SLTA sebagian besar memilih terlibat menjadi pekerja di unit BUMDES daripada pergi ke luar daerah.
Namun banyak juga yang pendidikannya sampai perguruan tinggi mengejar karir ke luar daerah. Kesuksesan pengelolaan BUMDES di Desa Kertayasa belajar dari permasalahan yang terjadi yang telah diperbaiki.
"Pengelola dan tim yang tergabung di BUMDES memiliki komitment untuk maju kedepan dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah terjadi," sambung Teten.
Hasil kerjasama yang baik pengelola dan tim BUMDES Desa Kertayasa pernah mendapat keuntungan dalam satu tahun Rp175 juta di tahun 2015. Sejak tahun 2015 pendapatan terus meningkat dan mendapat keuntungan yang stabil, tahun berikutnya jika dirata-ratakan penghasilan setiap bulan mencapai Rp300 juta.
Pengunjung yang datang untuk berwisata ke Desa Kertayasa setiap bulan mencapai 1500 hingga 2000 pengunjung yang berasal dari Bandung dan Jakarta bahkan luar negeri. "Tarif wisata body rafting yang ditawarkan ke pengunjung mulai harga Rp200 ribu untuk trek pendek, dan Rp225 ribu untuk trek panjang," jelas Teten.
Sebagai sarana penunjang tempat menginap bagi pengunjung yang datang, pihak BUMDES memberikan peluang usaha Home Stay yang merupakan rumah masyarakat dengan tarif Rp500 ribu
Kreativitas masyarakat pelaku UMKM juga bisa diberdayakan dengan cara memasarkan cendra mata hasil kerajinan warga seperti gantungan kunci kolotok kebo, gantungan kuncil golok hingga kerajinan berbahan dasar anyaman.
Wacana ke depan, BUMDES Desa Kertayasa juga akan mengeksplorasi potensi pupuk organik dari sisa kotoran hewan untuk kebutuhan pupuk masyarakat.
Teten menuturkan, dirinya tidak pernah mengira bakal menjadi juara Desa Wisata tingkat Nasional di tahun 2019 karena semula mereka mengikuti event tersebut sebagai ajang promosi. "Kami ikuti event itu niatnya promosi agar dikenal, namun tidak dikira sebelumnya malah jadi juara," tutur Teten.
(ars)