Wakil Ketua DPRD Jatim Anwar Sadad Minta Pemprov Tangani Wabah PMK

Senin, 04 Juli 2022 - 14:02 WIB
loading...
Wakil Ketua DPRD Jatim...
Wakil Ketua DPRD Jatim Anwar Sadad.Foto/dok
A A A
SURABAYA - Wakil Ketua DPRD Jawa Timur (Jatim), Anwar Sadad mendesak Pemprov Jatim lebih serius dalam menangani wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Sebab, PMK menyebabkan banyak peternak kehilangan pendapatan.

"Kami akan komunikasi dengan Plt Gubernur Jatim Mas Emil dan Dinas Peternakan. Saya kira Pemprov perlu datang dan melihat langsung, agar tahu formulanya. Apalagi ini sudah pandemi, ini penting agar tidak semakin buruk. Kalau bisa duduk bareng dengan peternak, agar ketemu solusinya," tegas Gus Sadad, panggilan karib Anwar Sadad, Senin (4/6/2022).

Baca juga: Khofifah Naik Haji, Wagub Emil Jabat Plt Gubernur Jatim

Ketua DPD Gerindra Jatim ini menyebut, Pemprov Jatim harus memberikan terobosan dalam menangani PMK. Karena masuk kategori bencana, maka bisa menggunakan biaya tidak terduga (BTT).

"Sama kayak COVID-19 kan pakai itu. Dinas Peternakan sejauh ini tidak memiliki antisipasi ini. Karena sesuai SK Gubernur masuk bencana, ya harus berani menerapkan BTT," jelasnya.

Sebelumnya, Sadad meninjau langsung kandang peternakan sapi perah di Dusun Kumbo, Desa Telogosari, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Minggu (3/7/2022) petang.

Dusun ini merupakan salah satu wilayah yang terdampak PMK. Salah satu peternak, Jafar Sodiq mengaku kesulitan membeli obat herbal untuk sapi perah miliknya yang terpapar PMK. Sedangkan pemerintah hanya memberi bantuan antibiotik dan vitamin yang khasiatnya tidak optimal.

"Saya punya 24 sapi perah, semuanya terpapar PMK. Satu mati, dua potong paksa dan saya jual murah hanya Rp3 juta. Kami sudah hancur-hancuran," keluhnya.

Jafar mengungkapkan, akibat puluhan sapi perah miliknya terpapar PMK, menyebabkan tidak ada produksi susu. Kalaupun ada, pabrik tidak mau menerima. Biasanya, dulu 24 sapi perah miliknya bisa produksi 200 liter susu.

"Karena ada sapi saya pulih, namun susunya keluar tapi ada kandungan antibiotik, itu ditolak oleh pabrik. Otomatis ya di sini banyak susu sapi dibuang karena mengandung antibiotik, kan bahaya untuk anak-anak," bebernya.

"Sudah tidak dapat pemasukan produksi susu selama 20 hari. Dan kita tetap kasih makanan konsentrat, itu berat buat petani. Kalau tidak ada konsentrat hanya ijoan, sapinya ambruk karena itu karbohidrat," sambungnya.

Jafar berharap ke Sadad agar bisa memberi solusi kepada peternak sapi. "Mudah-mudahan Gus Sadad bisa menyampaikan ke Pemprov Jatim agar ada bantuan konsentrat, demi membantu beban peternak. Kita sudah gak mikir perut sendiri, yang penting sapi dulu," jelasnya.

Sementara itu, Pengurus Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Nongkojajar, Julianto mengungkapkan, produksi susu di wilayah Nongkojajar menurun sejak PMK.

"Produksi biasanya 125 ton susu sapi per hari. Sekarang hanya sekitar 80 ton susu sapi per hari, bahkan sempat 50-60 ton sehari. Karena di beberapa dusun salah satunya di Kumbo itu banyak sapi perah terpapar PMK," jelasnya.

Hingga 3 Juli 2022, ada sebanyak 136.153 hewan ternak yang terpapar PMK di Jatim. Dari jumlah itu, sebanyak 106.663 ekor masih sakit. Sebanyak 27.721 ekor sembuh, 811 ekor mati dan 988 ekor dipotong paksa.
(msd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1986 seconds (0.1#10.140)