Sebelum Ajak Anak Istri Bunuh Diri di Imogiri, Suryanto Sempat Beli Bunga dan Kemenyan
loading...
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Entah apa yang merasuki isi kepala Suryanto. Pria berusia 30 tahun warga Gondosuli, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul tersebut, dengan sadis mengajak anak dan istrinya bunuh diri.
Jasad Suryanto telah dimakamkan di tanah kelahirannya di Dusun Legundi, Kalurahan Girimulyo, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul, pada Rabu (23/6/2022) sore. Usai ditemukan oleh tim SAR gabungan, mengapung di sungai.
Misteri penyebab Suryanto nekat bunuh diri belum juga terungkap. Nenek Suryanto, Tumijah (64) mengaku tidak menyangka cucunya mengakhiri hidup secara tragis, dengan cara bunuh diri dan mengajak anak istrinya.
Selama ini Suryanto dikenal sebagai orang yang baik dan suka menolong orang lain. "Artinya tidak memiliki salah apapun sama keluarga. Biasa saja. Sama istri gemati (perhatian) juga dengan semua juga gemati," terang Tumijah, Kamis (23/6/2022).
Tumijah mengatakan, sehari-hari perilaku yang bersangkutan sangat baik dan sangat dekat dengan keluarga. Bapak satu anak tersebut sangat perhatian terhadap keluarganya.
Sebelum nekat bunuh diri di Imogiri, Suryanto memang berada di Dusun Legundi, Kalurahan Girimulyo, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul, tanah kelahirannya. Selasa (21/6/2022) siang, Suryanto pamit mau pulang ke kontrakan di Bantul. "Dia pamit ke saya, katanya mau mancing," terang dia.
Selama berada di Legundi, Tumijah mengungkapkan jika Suryanto tidak menunjukan perilaku yang aneh. Hanya saja, di hari terakhir tersebut Suryanto sudah membeli bunga tabur dan kemenyan.
Hari itu, Suryanto ingin ziarah ke kuburan bapaknya namun urung dilakukan, sehingga dibuang begitu saja. Suryanto memang memiliki kebiasaan berziarah ke makam bapaknya di hari-hari tertentu.
Meski tidak ada perilaku aneh selama berada di Legundi, namun Tumijah memang mengaku agak kaget, karena ketika datang Suryanto senyum-senyum dan saat ditanya alasannya, almarhum hanya mengaku bahagia. "Kok senyum-senyum, jawabannya seneng (saja) mbah," kata Tumijah.
Bahkan ketika datang, Suryanto tiba-tiba langsung masuk ke kamar mendatangi dirinya dan bersimpuh di depannya. Setelah itu Tumijah meminta Suryanto untuk berdiri dan seketika itu dia langsung memeluk dan menciuminya.
Tumijah mengungkapkan, setiap kali Suryanto hendak pulang ke kontrakan selalu salaman dan cium tangan. Dan sebelumnya memang tidak ada firasat apa-apa berkaitan dengan perilaku dari Suryanto sebelum berbuat nekat.
Suryanto selama ini juga dikenal pendiam dan bahkan cenderung tidak memiliki suara. Suryanto hanya bekerja sebagai buruh bangunan. Tumijah juga mengaku, selama ini cucunya sering diminta bantuan untuk menyembuhkan orang lain yang sedang sakit. "Kalau dimintai tolong menyembuhkan, pasti ditolong," pungkasnya.
Lihat Juga: ITB Sampaikan Duka Cita Atas Tewasnya Mahasiswa Fakultas Teknik Loncat dari Lantai 27 Apartemen
Jasad Suryanto telah dimakamkan di tanah kelahirannya di Dusun Legundi, Kalurahan Girimulyo, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul, pada Rabu (23/6/2022) sore. Usai ditemukan oleh tim SAR gabungan, mengapung di sungai.
Misteri penyebab Suryanto nekat bunuh diri belum juga terungkap. Nenek Suryanto, Tumijah (64) mengaku tidak menyangka cucunya mengakhiri hidup secara tragis, dengan cara bunuh diri dan mengajak anak istrinya.
Selama ini Suryanto dikenal sebagai orang yang baik dan suka menolong orang lain. "Artinya tidak memiliki salah apapun sama keluarga. Biasa saja. Sama istri gemati (perhatian) juga dengan semua juga gemati," terang Tumijah, Kamis (23/6/2022).
Tumijah mengatakan, sehari-hari perilaku yang bersangkutan sangat baik dan sangat dekat dengan keluarga. Bapak satu anak tersebut sangat perhatian terhadap keluarganya.
Sebelum nekat bunuh diri di Imogiri, Suryanto memang berada di Dusun Legundi, Kalurahan Girimulyo, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul, tanah kelahirannya. Selasa (21/6/2022) siang, Suryanto pamit mau pulang ke kontrakan di Bantul. "Dia pamit ke saya, katanya mau mancing," terang dia.
Selama berada di Legundi, Tumijah mengungkapkan jika Suryanto tidak menunjukan perilaku yang aneh. Hanya saja, di hari terakhir tersebut Suryanto sudah membeli bunga tabur dan kemenyan.
Hari itu, Suryanto ingin ziarah ke kuburan bapaknya namun urung dilakukan, sehingga dibuang begitu saja. Suryanto memang memiliki kebiasaan berziarah ke makam bapaknya di hari-hari tertentu.
Meski tidak ada perilaku aneh selama berada di Legundi, namun Tumijah memang mengaku agak kaget, karena ketika datang Suryanto senyum-senyum dan saat ditanya alasannya, almarhum hanya mengaku bahagia. "Kok senyum-senyum, jawabannya seneng (saja) mbah," kata Tumijah.
Bahkan ketika datang, Suryanto tiba-tiba langsung masuk ke kamar mendatangi dirinya dan bersimpuh di depannya. Setelah itu Tumijah meminta Suryanto untuk berdiri dan seketika itu dia langsung memeluk dan menciuminya.
Tumijah mengungkapkan, setiap kali Suryanto hendak pulang ke kontrakan selalu salaman dan cium tangan. Dan sebelumnya memang tidak ada firasat apa-apa berkaitan dengan perilaku dari Suryanto sebelum berbuat nekat.
Suryanto selama ini juga dikenal pendiam dan bahkan cenderung tidak memiliki suara. Suryanto hanya bekerja sebagai buruh bangunan. Tumijah juga mengaku, selama ini cucunya sering diminta bantuan untuk menyembuhkan orang lain yang sedang sakit. "Kalau dimintai tolong menyembuhkan, pasti ditolong," pungkasnya.
Lihat Juga: ITB Sampaikan Duka Cita Atas Tewasnya Mahasiswa Fakultas Teknik Loncat dari Lantai 27 Apartemen
(eyt)