Cerita Permainan Sandi Rahasia Bung Karno di Penjara Sukamiskin
loading...
A
A
A
Melihat kondisi adiknya yang kurus dan hitam, sebagai saudara kandung ia juga sedih. Namun perubahan fisik kurus dan hitam yang menurut orang lain sebagai penderitaan, bagi Bung Karno bukan penderitaan.
Menjadi kurus dan lebih hitam merupakan cara Bung Karno bertahan hidup di dalam penjara. Ia sengaja membuat kulitnya menjadi hitam, dengan bekerja dan bergerak di bawah terik matahari.
Tujuannya untuk memanaskan tulang-tulangnya. “Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari, lembab, gelap dan dingin,” demikian yang tertulis dalam buku “Soekarno Poenja Tjerita, Yang Unik dan Tak Terungkap dari Sejarah Soekarno”.
Bung Karno tak pernah menyerah. Meski disel bersama para pesakitan kasus korupsi, penyelewengan atau penggelapan, ia terus memutar akal bagaimana bisa berkomunikasi dengan dunia luar.
Ia berusaha mengetahui perkembangan pergerakan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Bung Karno memanfaatkan kehadiran Bu Wardoyo dan Inggit Garnasih, istrinya yang rutin membezuk.
Terutama Inggit Garnasih yang memasok seluruh kebutuhan hidup Bung Karno selama sang Proklamator itu mendekam di penjara.
Dibantu Bu Wardoyo, Inggit kerap mengirim makanan ke dalam penjara. Dan telur menjadi sandi rahasia antara Bung Karno dengan Inggit.
Telur yang dibawa sebagai lauk makanan dipakai untuk mengabarkan situasi yang terjadi di luar. “Bila Inggit mengirim telur asin, artinya di luar ada kejadian buruk yang menimpa rekan-rekan Bung Karno”.
Sandi itu terus dikembangkan. Agar diperoleh informasi lebih detail, Bung Karno dan Inggit menggunakan tanda berupa tusukan lembut pada permukaan cangkang telur yang dikirim bersama makanan.
Satu tusukan berarti semua kabar baik. Dua tusukan artinya seorang kawan ditangkap, dan tiga tusukan berarti telah terjadi penyergapan besar-besaran terhadap para aktivis pergerakan kemerdekaan.
Menjadi kurus dan lebih hitam merupakan cara Bung Karno bertahan hidup di dalam penjara. Ia sengaja membuat kulitnya menjadi hitam, dengan bekerja dan bergerak di bawah terik matahari.
Tujuannya untuk memanaskan tulang-tulangnya. “Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari, lembab, gelap dan dingin,” demikian yang tertulis dalam buku “Soekarno Poenja Tjerita, Yang Unik dan Tak Terungkap dari Sejarah Soekarno”.
Bung Karno tak pernah menyerah. Meski disel bersama para pesakitan kasus korupsi, penyelewengan atau penggelapan, ia terus memutar akal bagaimana bisa berkomunikasi dengan dunia luar.
Ia berusaha mengetahui perkembangan pergerakan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Bung Karno memanfaatkan kehadiran Bu Wardoyo dan Inggit Garnasih, istrinya yang rutin membezuk.
Terutama Inggit Garnasih yang memasok seluruh kebutuhan hidup Bung Karno selama sang Proklamator itu mendekam di penjara.
Dibantu Bu Wardoyo, Inggit kerap mengirim makanan ke dalam penjara. Dan telur menjadi sandi rahasia antara Bung Karno dengan Inggit.
Telur yang dibawa sebagai lauk makanan dipakai untuk mengabarkan situasi yang terjadi di luar. “Bila Inggit mengirim telur asin, artinya di luar ada kejadian buruk yang menimpa rekan-rekan Bung Karno”.
Sandi itu terus dikembangkan. Agar diperoleh informasi lebih detail, Bung Karno dan Inggit menggunakan tanda berupa tusukan lembut pada permukaan cangkang telur yang dikirim bersama makanan.
Satu tusukan berarti semua kabar baik. Dua tusukan artinya seorang kawan ditangkap, dan tiga tusukan berarti telah terjadi penyergapan besar-besaran terhadap para aktivis pergerakan kemerdekaan.