Masalah Kota Makin Kompleks, Peneliti Kembangkan Konsep Smarter World Living Lab
loading...
A
A
A
BANDUNG - Konsep smarter world living lab yang tengah dikembangkan oleh para peneliti Smart City and Community Inovation Center Institut Teknologi Bandung (SCCIC ITB) diklaim sebagai solusi dalam mengatasi masalah perkotaan yang semakin kompleks.
Hal itu mengemuka dalam webinar yangmengangkat tema "Jaringan Smarter World Living Lab Tingkatkan Kualitas Hidup" yang digelar SCCIC ITB yang jugamenjadi host institution Task Force 2 T20 itu.
Co-Chair dari T-20,Prof BambangBrojonegoro mengatakan, tema webinar diusung berdasarkan salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh SCCIC ITB. Konsep world living lab sendiri, kata Bambang, merupakan salah satu inovasi yang dapat membantu percepatan smartisasi di berbagai bidang melalui konsep pembangunan smart world living lab.
Menurut Bambang, proses urbanisasi yang tidak terelakkan di abad ke-20 telah membawa banyak sekali pengaruh positif terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Namun, seiring dengan hal itu, dampak negatif seperti permasalahan lingkungan, ekonomi, dan kesehatan juga muncul ke permukaan.
Menurutnya, smart city muncul sebagai sebuah solusi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa mengabaikan prinsip-prinsip keberlanjutan.
"Dalam smart city, living lab dapat dimanfaatkan sebagai ruang untuk mempertemukan pemerintah, penduduk, dan lembaga penelitian untuk secara kolaboratif mengatasi masalah perkotaan yang muncul beberapa tahun terakhir, seperti kemacetan lalu lintas, banjir, hingga kebutuhan atas lingkungan yang hijau," papar Bambang dalam keterangannya, Rabu (1/6/2022).
Bambang juga sangat menekankan kedua konsep perkotaan, yaitu smart city dan living lab dalam penyelesaian masalah perkotaan yang semakin kompleks tersebut. Baca Juga: Tempuh Langkah Strategis, Menteri Johnny : Kominfo akan Jadikan IKN New Smart City
Peneliti SCCIC ITB,Hendra Sandhi Firmansyah menjelaskan, berangkat dari kompleksnya permasalahan perkotaan yang ada dan inovasi-inovasi yang muncul belum menjawab permasalahan yang ada, maka SCCIC ITB kemudian memperkenalkan konsep living lab.
"Konsep ini merupakan sebuah konsep yang diaplikasikan pada suatu area terbatas dengan melibatkan pakar-pakar yang ahli di bidangnya. Kontributor dan partnertship yang terlibat dalam konsep ini meliputi pemerintah, industri, akademia, komunitas, dan masyarakat," jelasnya.
Targetnya, lanjut Hendra, di tahun 2022, SCCIC ITB telah menyelesaikan studi terkait living lab yang saat ini sudah dilakukan, kemudian melakukan pengembangan kawasan percontohan living lab dan pengembangan platform living lab.
"Sementara di tahun 2024, ditargetkan konsep living lab akan diekspansi ke level internasional serta telah dilakukan pengembangan network hubungan internasional," katanya.
Sementara itu, KetuaSCCIC ITBProf Suhono Supangkat menuturkan bahwa pembangunan Smart-X di Indonesia seringkali menemui permasalahan tersendiri akibat inkonsistensi para pemangku kebijakan dalam implementasinya.
Diksi Smart-X sendiri digunakan sebagai penyebutan untuk smartisasi yang diimplementasikan dalam berbagai hal seperti perkotaan, maritim, pedesaan bahkan lingkup pendidikan seperti kampus.
"Maka dari itu, living lab adalah sebuah konsep yang dikembangkan dalam menjawab tantangan dalam pembangunan tersebut. Hal ini karena konsep living lab melibatkan segala stakeholder yang ada," katanya.
Prof Teuku Faisal Fathani selaku Plt Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) yang juga turut hadir dalam webinar menambahkan, Dikti telah meluncurkan berbagai program yang ditujukan sebagai payung penelitian dalam mendukung transformasi ke arah digitalisasi, termasuk mendukung konsep smart city.
"Program-program tersebut salah satunya terwujud dengan pemberian pendanaan kepada beberapa proposal penelitian dalam mendukung lima prioritas riset nasional yaitu green economy, blue economy, transformasi digital, pariwisata, dan kemandirian di bidang kesehatan," katanya.
Webinar juga dihadiri Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia, kelautan, dan perikanan, Dr. I Nyoman Radiarta, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Indramayu Drs. H. Aan Hendrajana M, dan aktor industri, Vicki Gitasiswaya yang merupakan Wakil Presiden Senior Pusat Pengembangan Teknologi dan Penelitian PT Len Industri (Persero) sertaGinandjar Alibasjah dari PT Aplikanusa Lintasarta.
Hal itu mengemuka dalam webinar yangmengangkat tema "Jaringan Smarter World Living Lab Tingkatkan Kualitas Hidup" yang digelar SCCIC ITB yang jugamenjadi host institution Task Force 2 T20 itu.
Co-Chair dari T-20,Prof BambangBrojonegoro mengatakan, tema webinar diusung berdasarkan salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh SCCIC ITB. Konsep world living lab sendiri, kata Bambang, merupakan salah satu inovasi yang dapat membantu percepatan smartisasi di berbagai bidang melalui konsep pembangunan smart world living lab.
Menurut Bambang, proses urbanisasi yang tidak terelakkan di abad ke-20 telah membawa banyak sekali pengaruh positif terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Namun, seiring dengan hal itu, dampak negatif seperti permasalahan lingkungan, ekonomi, dan kesehatan juga muncul ke permukaan.
Menurutnya, smart city muncul sebagai sebuah solusi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa mengabaikan prinsip-prinsip keberlanjutan.
"Dalam smart city, living lab dapat dimanfaatkan sebagai ruang untuk mempertemukan pemerintah, penduduk, dan lembaga penelitian untuk secara kolaboratif mengatasi masalah perkotaan yang muncul beberapa tahun terakhir, seperti kemacetan lalu lintas, banjir, hingga kebutuhan atas lingkungan yang hijau," papar Bambang dalam keterangannya, Rabu (1/6/2022).
Bambang juga sangat menekankan kedua konsep perkotaan, yaitu smart city dan living lab dalam penyelesaian masalah perkotaan yang semakin kompleks tersebut. Baca Juga: Tempuh Langkah Strategis, Menteri Johnny : Kominfo akan Jadikan IKN New Smart City
Peneliti SCCIC ITB,Hendra Sandhi Firmansyah menjelaskan, berangkat dari kompleksnya permasalahan perkotaan yang ada dan inovasi-inovasi yang muncul belum menjawab permasalahan yang ada, maka SCCIC ITB kemudian memperkenalkan konsep living lab.
"Konsep ini merupakan sebuah konsep yang diaplikasikan pada suatu area terbatas dengan melibatkan pakar-pakar yang ahli di bidangnya. Kontributor dan partnertship yang terlibat dalam konsep ini meliputi pemerintah, industri, akademia, komunitas, dan masyarakat," jelasnya.
Targetnya, lanjut Hendra, di tahun 2022, SCCIC ITB telah menyelesaikan studi terkait living lab yang saat ini sudah dilakukan, kemudian melakukan pengembangan kawasan percontohan living lab dan pengembangan platform living lab.
"Sementara di tahun 2024, ditargetkan konsep living lab akan diekspansi ke level internasional serta telah dilakukan pengembangan network hubungan internasional," katanya.
Sementara itu, KetuaSCCIC ITBProf Suhono Supangkat menuturkan bahwa pembangunan Smart-X di Indonesia seringkali menemui permasalahan tersendiri akibat inkonsistensi para pemangku kebijakan dalam implementasinya.
Diksi Smart-X sendiri digunakan sebagai penyebutan untuk smartisasi yang diimplementasikan dalam berbagai hal seperti perkotaan, maritim, pedesaan bahkan lingkup pendidikan seperti kampus.
"Maka dari itu, living lab adalah sebuah konsep yang dikembangkan dalam menjawab tantangan dalam pembangunan tersebut. Hal ini karena konsep living lab melibatkan segala stakeholder yang ada," katanya.
Prof Teuku Faisal Fathani selaku Plt Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) yang juga turut hadir dalam webinar menambahkan, Dikti telah meluncurkan berbagai program yang ditujukan sebagai payung penelitian dalam mendukung transformasi ke arah digitalisasi, termasuk mendukung konsep smart city.
"Program-program tersebut salah satunya terwujud dengan pemberian pendanaan kepada beberapa proposal penelitian dalam mendukung lima prioritas riset nasional yaitu green economy, blue economy, transformasi digital, pariwisata, dan kemandirian di bidang kesehatan," katanya.
Webinar juga dihadiri Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia, kelautan, dan perikanan, Dr. I Nyoman Radiarta, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Indramayu Drs. H. Aan Hendrajana M, dan aktor industri, Vicki Gitasiswaya yang merupakan Wakil Presiden Senior Pusat Pengembangan Teknologi dan Penelitian PT Len Industri (Persero) sertaGinandjar Alibasjah dari PT Aplikanusa Lintasarta.
(don)