Kisah Bondan Kejawan, Putra Prabu Brawijaya yang Lahir Demi Menyembuhkan Penyakit Raja
loading...
A
A
A
PRABU Brawijaya , Raja terakhir Kerajaan Majapahit pernah sekarat akibat terserang ‘penyakit memalukan’ hingga harus mencari pengobatan untuk menyembuhkan penyakitnya itu.
Dalam meditasinya, Prabu Brawijaya atau Bhre Kertabhumi mendapatkan pawisik jika ingin sembuh, ia harus menikahi seorang pelayan wanita berdarah Wandhan. Perempuan itu harus menjadi istri Bhre Kertabhumi yang terakhir.
Maka dipilihlah Putri Wandansari yang juga dikenal dengan nama Bondrit Cemara. Seorang dayang yang biasa melayani permaisuri Dewi Dwarawati (Putri Campa). Hal itu tercantum dalam "Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647". 2007 Yogyakarta
Dalam Babad Tana Jawi itu menjelaskan, Bhre Kertabhumi sembuh setelah menikahi sang dayang. Bondrit Cemara kemudian dikenal sebagai Wandhan Kuning yang melahirkan Raden Bondan Kejawan.
Sayangnya, ketika putri Wandan Sari melahirkan anak dari benih Prabu Brawijaya, bayi tersebut diberikan kepada Ki Buyut Masahar dengan pesan agar bayi tersebut dilenyapkan. Alasanya, menurut ramalan para ahli nujum, anak ini kelak akan membawa keburukan bagi kerajaan Majapahit.
Namun, Ki Buyut Masahar justru merawat bayi laki-laki itu, yang kemudian diberi nama Bondan Kejawan tersebut.
Suatu ketika Ki Buyut Masahar yang setiap habis musim panen menyerahkan hasil sawah kepada sang Prabu Majapahit, karena hasil padi terlalu banyak, padi itu dipikul oleh banyak orang. Saat itu, Bondan Kejawan ingin ikut serta di luar pengetahuan bapak angkatnya.
Penyerahan hasil padi telah diserahkan kepada sang prabu dan diterima oleh para pembesar yang ditugaskan. Sementara itu, Bondan Kejawan masuk Siti Inggil menuju tempat gamelan Sekar Dalima, hadiah dari Raja Campa.
Bondan Kejawan bermain gamelan Sekar Dalima, sedangkan gamelan Sekar Dalima merupakan gamelan pusaka, tidak boleh dimainkan oleh sembarang orang. Hanya dimainkan di waktu-waktu tertentu saja. Dengan sendirinya bunyi gamelan itu membuat terkejut orang banyak hingga sampai ke telinga sang Prabu Brawijaya.
Sang Prabu pun memberikan perintah untuk memeriksa siapa-siapa yang berani memainkan gamelan Sekar Dalima itu. Ketika Bondan Kejawan ditangkap dan ditanya siapa nama dan dari mana asalnya, dia mengaku bahwa dia yakni anak Ki Masahar, juru sawah dan dibawa menghadap ke raja.
Prabu Brawijaya pun memberikan hukuman mati namun setelah diketahui bahwa Bondan Kejawan adalah anak angkat Ki Mahasar, maka hukuman pun dibatalkan. Sang prabu malah gembira melihat putranya kembali yang dititipkan kepada Ki Masahar.
Oleh karena itu sang prabu tidak marah. Bahkan malah memberi hadiah dua bilah keris bernama Mahisa Nuar dan Malela, serta berpesan kepada Ki Masahar supaya Bondan Kejawan dititipkan kepada Ki Ageng Tarub, pesan diindahkan.
Ki Masahar dan Bondan Kejawan segera berangkat ke Tarub. Sampai di Tarub, Bondan Kejawan diserahkan kepada Ki Ageng Tarub. Bondan Kejawan diterima baik dan kemudian diambil menantu oleh Ki Ageng, dikawinkan dengan cucu perempuannya Dyah Nawang Sih, keturunan bidadari Nawang Wulan.
Adapun Nawang Sih merupakan keturunan langsung dari Ki Gede Kudus. Putra lelaki Ki Gede kena marah, karena berani membangkang terhadap perintah kawin sang ayah. (Sumber: Okezone,iNews dan berbagai sumber)
Dalam meditasinya, Prabu Brawijaya atau Bhre Kertabhumi mendapatkan pawisik jika ingin sembuh, ia harus menikahi seorang pelayan wanita berdarah Wandhan. Perempuan itu harus menjadi istri Bhre Kertabhumi yang terakhir.
Maka dipilihlah Putri Wandansari yang juga dikenal dengan nama Bondrit Cemara. Seorang dayang yang biasa melayani permaisuri Dewi Dwarawati (Putri Campa). Hal itu tercantum dalam "Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647". 2007 Yogyakarta
Dalam Babad Tana Jawi itu menjelaskan, Bhre Kertabhumi sembuh setelah menikahi sang dayang. Bondrit Cemara kemudian dikenal sebagai Wandhan Kuning yang melahirkan Raden Bondan Kejawan.
Sayangnya, ketika putri Wandan Sari melahirkan anak dari benih Prabu Brawijaya, bayi tersebut diberikan kepada Ki Buyut Masahar dengan pesan agar bayi tersebut dilenyapkan. Alasanya, menurut ramalan para ahli nujum, anak ini kelak akan membawa keburukan bagi kerajaan Majapahit.
Namun, Ki Buyut Masahar justru merawat bayi laki-laki itu, yang kemudian diberi nama Bondan Kejawan tersebut.
Suatu ketika Ki Buyut Masahar yang setiap habis musim panen menyerahkan hasil sawah kepada sang Prabu Majapahit, karena hasil padi terlalu banyak, padi itu dipikul oleh banyak orang. Saat itu, Bondan Kejawan ingin ikut serta di luar pengetahuan bapak angkatnya.
Penyerahan hasil padi telah diserahkan kepada sang prabu dan diterima oleh para pembesar yang ditugaskan. Sementara itu, Bondan Kejawan masuk Siti Inggil menuju tempat gamelan Sekar Dalima, hadiah dari Raja Campa.
Bondan Kejawan bermain gamelan Sekar Dalima, sedangkan gamelan Sekar Dalima merupakan gamelan pusaka, tidak boleh dimainkan oleh sembarang orang. Hanya dimainkan di waktu-waktu tertentu saja. Dengan sendirinya bunyi gamelan itu membuat terkejut orang banyak hingga sampai ke telinga sang Prabu Brawijaya.
Sang Prabu pun memberikan perintah untuk memeriksa siapa-siapa yang berani memainkan gamelan Sekar Dalima itu. Ketika Bondan Kejawan ditangkap dan ditanya siapa nama dan dari mana asalnya, dia mengaku bahwa dia yakni anak Ki Masahar, juru sawah dan dibawa menghadap ke raja.
Prabu Brawijaya pun memberikan hukuman mati namun setelah diketahui bahwa Bondan Kejawan adalah anak angkat Ki Mahasar, maka hukuman pun dibatalkan. Sang prabu malah gembira melihat putranya kembali yang dititipkan kepada Ki Masahar.
Oleh karena itu sang prabu tidak marah. Bahkan malah memberi hadiah dua bilah keris bernama Mahisa Nuar dan Malela, serta berpesan kepada Ki Masahar supaya Bondan Kejawan dititipkan kepada Ki Ageng Tarub, pesan diindahkan.
Ki Masahar dan Bondan Kejawan segera berangkat ke Tarub. Sampai di Tarub, Bondan Kejawan diserahkan kepada Ki Ageng Tarub. Bondan Kejawan diterima baik dan kemudian diambil menantu oleh Ki Ageng, dikawinkan dengan cucu perempuannya Dyah Nawang Sih, keturunan bidadari Nawang Wulan.
Adapun Nawang Sih merupakan keturunan langsung dari Ki Gede Kudus. Putra lelaki Ki Gede kena marah, karena berani membangkang terhadap perintah kawin sang ayah. (Sumber: Okezone,iNews dan berbagai sumber)
(nic)