Agar Sampah Plastik Tak Menumpuk, Dukung Industri Daur Ulang

Jum'at, 24 April 2020 - 19:18 WIB
loading...
Agar Sampah Plastik Tak Menumpuk, Dukung Industri Daur Ulang
Ilustrasi tumpukan sampah plastik. Foto/SINDOnews/Dok
A A A
JAKARTA - Tak dapat dipungkuri selama pandemi COVID-19, konsumsi sampah plastik sekali pakai di masyarakat meningkat tajam. Bukan saja untuk kebutuhan konsumsi makanan yang makin membutuhkan jaminan kebersihan dan keamaan dari paparan COVID-19, tapi juga untuk berbagai kebutuhan lain.

Terutama yang terkait dengan Alat Perlindungan Diri (APD) baik yang dipakai masyarakat umum maupun oleh tenaga medis. Mulai dari masker, sarung tangan, APD medik, alat-alat kesehatan, kemasan medis, bilik-bilik desinfektan yang banyak dibuat warga atau bilik-bilik pelindung kasir yang kini digunakan di supermarket-supermarket.

Selain itu, kini marak belanja online yang menggunakan lebih banyak bahan pembungkus plastik dibanding belanja ofline. Semua harus sampah-sampah ini tentu harus dikelola dengan baik jangan sampai menjadi persoalan baru, menumpuknya sampah dan menjadi sumber penyakit.

Ini memperlihatkan bahwa plastik merupakan material produk yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan modern.

“Kalau saya lihat di Life Cycle Assesment, plastik adalah material yang paling ramah lingkungan, karena plastik bisa diolah kembali berkali-kali dan menghasil produk lain. Masalahnya adalah kebiasaan buruk manusia yang membuang sampah plastik tidak pada tempatnya. Plastik harus dibuang secara terpisah dengan jenis sampah lainnya,” kata Direktur Institute of Plastic Waste Management Indonesia Dr Ahmad Zainal Abidin dalam diskusi online yang diselenggarakan oleh Komunitas Plastik Untuk Kebaikan Yogyakarta, dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Jumat (24/4/2020).

Menurut dia, bahan baku plastic termasuk yang ramah terhadap lingkungan karena tidak banyak merusak alam. Waktu diproses tidak banyak mengonsumsi air dan energi dan ketika digunakan, plastik termasuk yang memerlukan energi yang kecil, berat yang kecil, volume yang kecil. Juga harga yang lebih murah dan tahan dalam penggunaan.

Doktor di bidang polymer Engineering University of Manchaster Institute of Science and Technology ini menjelaskan, permasalahannya adalah Ketika plastik dibuang menjadi sampah. Kebanyakan orang mencampur semua jenis sampah. Sehingga plastiknya susah diolah atau kalau pun bisa menjadi kurang efisien karena biaya memungut dan memilahnya menjadi sangat besar.

“Di tengah pandemi dan ketidakpastian, prioritas kita harus jelas. Menjaga kesehatan dan kehigienisan adalah nomor satu. Namun, perlu perhatian khusus juga untuk pemilahan, pengumpulan dan pengelolaan sampah plastik. Sampah rumah tangga harus terkelola dengan baik. Ini momentum yang baik untuk membangun budaya mengelola sampah dengan baik, pisahkan plastik dengan sampah lainnya,” kata Zainal.

Saat ini beberapa negara bagian seperti Amerika sudah mulai menunda pelarangan plastik sekali pakai untuk mengerem laju pandemi. Dapat dimengerti, pandemi ini membuat semua menjadi hypervigilant karena di saat-saat seperti ini, kesehatan nomer satu.

Pembicara lain pada diksusi ini, Managing Director Klinik Sampah Kertabumi M Ikbal Alexander menjelaskan, perlu upaya terus menerus untuk mengedukasi masyarakat bahwa sampah plastik bisa dikelola dan memiliki nilai ekonomi. Meski setiap jenis sampah plastik berbeda beda nilai ekonominya. “Sampah botol plastik adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis paling tinggi. Bank sampah biasa membeli Rp3.000 per Kg. Jadi sampah jenis ini kalaupun cuma di buang di pinggir jalan, akan ada pemulung yang mengambilnya karena memang bernilai ekonomis, berbeda dengan sampah kantong kresek,” kata dia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1448 seconds (0.1#10.140)