Bangunan Sekolah Tergusur, Siswa SDN 2 Tepus Gunungkidul Terpaksa Belajar di Balai Pedukuhan
loading...
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Nasib memprihatinkan masih dirasakan siswa SDN 2 Tepus. Sudah 6 bulan lebih mereka mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di tempat yang kurang layak. Setiap hari, mereka belajar di Balai Padukuhan Blekonang 1 dan Blekonang 2, Kalurahan Tepus, Kapanewon Tepus, Gunungkidul.
Puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) mengikuti pelajaran dengan kondisi ruang seadanya. Selain terbuka, rumah limasan hanya dibagi dengan sekat menggunakan papan triplek. Tentu hal ini membuat iklim pembelajaran tidak nyaman karena selain bising, suara dari ruang lain bisa terdengar.
Baca juga: Kembali Dibuka untuk Umum, Peziarah Sunan Kalijaga Membeludak
Mereka terpaksa harus belajar di Balai Dusun usai bangunan sekolah mereka dirobohkan karena terkena proyek Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). mereka belajar di Balai Padukuhan karena tidak ada lagi tempat untuk belajar yang lokasinya memadai.
Usut punya usut ternyata mereka kini belum memiliki gedung sekolah yang baru. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) belum membangunkan gedung baru sebagai ganti gedung lama yang terkena proyek JJLS.
"Sudah 6 bulan lebih. Sejak Oktober 2021 lalu,"kata Dukuh Blekonang 1 Wasiranto, Senin (21/3/2022).
Ia menuturkan para siswa terpaksa belajar di Balai Padukuhan karena mereka belum mendapatkan gedung pengganti dari bangunan SD yang harus terkena proyek JJLS. Pihak Dinas Pendidikan tetap bersikukuh akan melakukan regrouping dengan sekolah lain.
"Rencana regrouping akan menyulitkan para siswa dan orang tuanya untuk mengukuti kegiatan pembelajaran. Jaraknya terlalu jauh. Harapan kami memang anak - anak dapat belajar dengan baik dan lancar,"kata dia Senin (21/3/2022)
Namun demikian regrouping tersebut juga sekedar wacana karena belum ada kepastian. Apalagi dirinya mendengar tahun 2022 nanti sekolah akan menerima tambahan 3 orang guru baru. Hal ini tentu memunculkan pertanyaan lagi apakah regrouping jadi dilaksanakan.
Sebenarnya para wali murid dan juga komite sekolah merasa sangat keberatan jika akan ada regrouping. Karena jarak sekolah yang akan diregrouping dengan SDN Tapos 2 mencapai 4 Km lebih. Tentu ini akan membuat para siswa kesulitan untuk berangkat sekolah.
"Di sini itu banyak yang tidak memiliki motor. Apa anaknya suruh menggendong kalau berangkat sekolah. Kami merasa keberatan dikarenakan tujuan sekolah baru jarak tempuhnya 4 kilometer. Paling dekat di SD Tepus 4 yang terletak di Padukuhan Gembuk,"ujarnya.
Komite Sekolah SD N Tepus 2 Supriyadi mengatakan apa yang dialami para siswa SD N Tepus murni kesalahan Dinas Pendidikan Gunungkidul. Bagaimana tidak, Dinas Pendidikan tak segera membangun gedung yang baru meskipun mereka telah mengantongi uang ganti rugi bangunan sekolah dari pemerintah sebagai dampak dirobohkannya gedung SDN 2 Tepus karena dampak pembangunan JJLS.
"Uang ganti rugi itu sudah diterimakan bertahun-tahun. Dan 4 bulan yang lalu pihak sekolah dan dinas sudah diberitahu agar segera pindah," ujar dia.
Ketua Komite Sekolah SD N Tepus 2, Sugiran menduga, dinas sengaja tidak segera membuatkan gedung baru sebagai pengganti lantaran program regrouping SD N Tepus 2 akan direalisasikan. Namun para wali siswa sangat menyayangkan kebijakan itu lantaran dinilai sangat membebani para wali yang kurang mampu.
"Sekarang kegiatan belajar mengajar di Balai Padukuhan dengan tempat seperti itu adanya. Lokasi pembelajaran tentu tidak layak,"katanya.
Sugiran menandaskan wali tetap meminta agar rencana dinas meregroup SD N Tepus 2 urung dilakukan. Mereka meminta dinas agar segera membuatkan gedung baru agar para siswa yang menuntut ilmu dengan gigih itu dapat belajar dengan layak.
"Fasilitas (tempat) guru berada sangat jauh dari lokasi pembelajaran. Isi kantor di rumah salah satu warga yang jaraknya 1 kilometer. Anak kami (siswa) tentu terlantar kalau seperti itu,"tandas Sugiran.
Saat ini masih ada sekitar 37 siswa yang tersebar di 5 Padukuhan yakni Blekonang 1, Blekonang 2, Blekonang 3, Trosari 1 dan Trosari 2 yang belajar di SD tersebut. Ia mengakui untuk saat ini sudah tidak ada siswa kelas I karena tahun ajaran kemarin tak ada yang mendaftar akibat ketidakpastian adanya gedung baru atau tidak.
"Warga yang mau menyekolahkan masih ragu karena ada info akan diregrouping. Sementara pihak sekolah juga ragu mau menerima siswa baru karena mereka (guru) tidak bisa mempertahankan,"katanya.
Kabid SD Dinas Pendidikan Gunungkidul, Taufik Aminuddin menuturkan berdasarkan pertimbangan teknis dan pelayanan pendidikan, SDN Tepus 2 termasuk sekolah yang perlu diregrouping. Pelaksanaannya nanti akan didiskusikan bersama para stakeholder.
"Sudah beberapa kali dilakukan. Nanti kami jadwalkan kembali,"papar dia.
Jika ada penolakan, menurutnya, penolakan tersebut karena ada pemahaman yang belum sama. Sebenarnya, pihaknya ingin di tempat yang lebih layak tetapi di wilayah tersebut tidak ada yang lain. Dan dari komite pernah memyampaikan akan menggunakan TK dekat Balai padukuhan
Puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) mengikuti pelajaran dengan kondisi ruang seadanya. Selain terbuka, rumah limasan hanya dibagi dengan sekat menggunakan papan triplek. Tentu hal ini membuat iklim pembelajaran tidak nyaman karena selain bising, suara dari ruang lain bisa terdengar.
Baca juga: Kembali Dibuka untuk Umum, Peziarah Sunan Kalijaga Membeludak
Mereka terpaksa harus belajar di Balai Dusun usai bangunan sekolah mereka dirobohkan karena terkena proyek Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). mereka belajar di Balai Padukuhan karena tidak ada lagi tempat untuk belajar yang lokasinya memadai.
Usut punya usut ternyata mereka kini belum memiliki gedung sekolah yang baru. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) belum membangunkan gedung baru sebagai ganti gedung lama yang terkena proyek JJLS.
"Sudah 6 bulan lebih. Sejak Oktober 2021 lalu,"kata Dukuh Blekonang 1 Wasiranto, Senin (21/3/2022).
Ia menuturkan para siswa terpaksa belajar di Balai Padukuhan karena mereka belum mendapatkan gedung pengganti dari bangunan SD yang harus terkena proyek JJLS. Pihak Dinas Pendidikan tetap bersikukuh akan melakukan regrouping dengan sekolah lain.
"Rencana regrouping akan menyulitkan para siswa dan orang tuanya untuk mengukuti kegiatan pembelajaran. Jaraknya terlalu jauh. Harapan kami memang anak - anak dapat belajar dengan baik dan lancar,"kata dia Senin (21/3/2022)
Namun demikian regrouping tersebut juga sekedar wacana karena belum ada kepastian. Apalagi dirinya mendengar tahun 2022 nanti sekolah akan menerima tambahan 3 orang guru baru. Hal ini tentu memunculkan pertanyaan lagi apakah regrouping jadi dilaksanakan.
Sebenarnya para wali murid dan juga komite sekolah merasa sangat keberatan jika akan ada regrouping. Karena jarak sekolah yang akan diregrouping dengan SDN Tapos 2 mencapai 4 Km lebih. Tentu ini akan membuat para siswa kesulitan untuk berangkat sekolah.
"Di sini itu banyak yang tidak memiliki motor. Apa anaknya suruh menggendong kalau berangkat sekolah. Kami merasa keberatan dikarenakan tujuan sekolah baru jarak tempuhnya 4 kilometer. Paling dekat di SD Tepus 4 yang terletak di Padukuhan Gembuk,"ujarnya.
Komite Sekolah SD N Tepus 2 Supriyadi mengatakan apa yang dialami para siswa SD N Tepus murni kesalahan Dinas Pendidikan Gunungkidul. Bagaimana tidak, Dinas Pendidikan tak segera membangun gedung yang baru meskipun mereka telah mengantongi uang ganti rugi bangunan sekolah dari pemerintah sebagai dampak dirobohkannya gedung SDN 2 Tepus karena dampak pembangunan JJLS.
"Uang ganti rugi itu sudah diterimakan bertahun-tahun. Dan 4 bulan yang lalu pihak sekolah dan dinas sudah diberitahu agar segera pindah," ujar dia.
Ketua Komite Sekolah SD N Tepus 2, Sugiran menduga, dinas sengaja tidak segera membuatkan gedung baru sebagai pengganti lantaran program regrouping SD N Tepus 2 akan direalisasikan. Namun para wali siswa sangat menyayangkan kebijakan itu lantaran dinilai sangat membebani para wali yang kurang mampu.
"Sekarang kegiatan belajar mengajar di Balai Padukuhan dengan tempat seperti itu adanya. Lokasi pembelajaran tentu tidak layak,"katanya.
Sugiran menandaskan wali tetap meminta agar rencana dinas meregroup SD N Tepus 2 urung dilakukan. Mereka meminta dinas agar segera membuatkan gedung baru agar para siswa yang menuntut ilmu dengan gigih itu dapat belajar dengan layak.
"Fasilitas (tempat) guru berada sangat jauh dari lokasi pembelajaran. Isi kantor di rumah salah satu warga yang jaraknya 1 kilometer. Anak kami (siswa) tentu terlantar kalau seperti itu,"tandas Sugiran.
Saat ini masih ada sekitar 37 siswa yang tersebar di 5 Padukuhan yakni Blekonang 1, Blekonang 2, Blekonang 3, Trosari 1 dan Trosari 2 yang belajar di SD tersebut. Ia mengakui untuk saat ini sudah tidak ada siswa kelas I karena tahun ajaran kemarin tak ada yang mendaftar akibat ketidakpastian adanya gedung baru atau tidak.
"Warga yang mau menyekolahkan masih ragu karena ada info akan diregrouping. Sementara pihak sekolah juga ragu mau menerima siswa baru karena mereka (guru) tidak bisa mempertahankan,"katanya.
Kabid SD Dinas Pendidikan Gunungkidul, Taufik Aminuddin menuturkan berdasarkan pertimbangan teknis dan pelayanan pendidikan, SDN Tepus 2 termasuk sekolah yang perlu diregrouping. Pelaksanaannya nanti akan didiskusikan bersama para stakeholder.
"Sudah beberapa kali dilakukan. Nanti kami jadwalkan kembali,"papar dia.
Jika ada penolakan, menurutnya, penolakan tersebut karena ada pemahaman yang belum sama. Sebenarnya, pihaknya ingin di tempat yang lebih layak tetapi di wilayah tersebut tidak ada yang lain. Dan dari komite pernah memyampaikan akan menggunakan TK dekat Balai padukuhan
(msd)