5 Program Unggulan Dilahirkan dalam Peringatan HPI ke-167 di Tanah Papua
loading...
![5 Program Unggulan Dilahirkan...](https://pict.sindonews.net/webp/732/pena/news/2022/02/28/174/699409/5-program-unggulan-dilahirkan-dalam-peringatan-hpi-ke167-di-tanah-papua-gfy.webp)
Lima program unggulan dan prioritas dihasilkan dalam lokakarya membangun paradigma inklusif di Entrop, Kota Jayapura. Foto/iNews TV/Edy Siswanto
A
A
A
JAYAPURA - Lima program unggulan dan prioritas dihasilkan dalam workshop membangun paradigma inklusif (MPI) yang digelar oleh PGLII, PGGP dan Wahana Visi Indonesia di Entrop, Kota Jayapura. Kegiatan yang mengusung tema Api Injil Terus Menyala dari Tanah Papua ini merupakan rangkaian peringatan Hari Pekabaran Injil (HPI) ke-167.
Kegiatan yang dihadiri 13 peserta yang terdiri para pendeta, pimpinan gereja, pastor, fasilitator dan co-fasilitator menghasilkan program turunan berupa lima program unggulan dan prioritas.
Hal itu terdiri dari dua program pendidikan, yaitu integrasi sekolah minggu dan PAUD melalui program pembekalan guru sekolah minggu dan PAUD program penggalangan pendanaan.
Sedangkan bidang ekonomi membuat dua program unggulan dan prioritas yaitu pendataan pemberdayaan ekonomi jemaat dan pedagang di pasar tradisonal.
Dan program unggulan di dalam menangani isu-isu sosial termasuk di antaranya penanganan 60.000 pengungsi dan pembangunan shelter (penampungan sementara untuk para pengungsi) masyarakat korban konflik.
Ketua II PGGP, Pdt Metusaleh PA Maury S.Th mengatakan, kegiatan workshop tersebut masih dalam rangkaian peringatan HPI ke-167.
"Workshop MPI merupakan bagian dari rangkaian HPI yang menegaskan bahwa kehadiran gereja-gereja Papua adalah sebagai umat Allah yang dipanggil untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah yang dinampakkan dalam kepeduliaan untuk menyelesaikan masalah pendidikan, ekonomi dan isu-isu sosial di Papua," katanya, Senin (28/2/2022).
Dia menjelaskan, salah satu masalah utama yang dibahas dalam penyusunan program adalah belum terintegrasinya antara sekolah minggu dan PAUD akibat perbedaan doktrin. Termasuk kurangnya dukungan stakeholder dan minimnya pendanaan, serta belum adanya sistem rekrutmen dan kurikulum yang memadai.
Penyusunan program lainnya di bidang ekonomi dan isu-isu sosial terkait dengan penanganan pengungsi juga menjadi analisa MPI.
"Dalam workshop ini kita berhasil melahirkan lima program unggulan dan prioritas yang terdiri dari dua program pendidikan dan dua program ekonomi umat," ucapnya.
Dikatakannya, momen perayaan HPI ke 167 merupakan titik tolak membangun semangat iman, ketahanan pengharapan dan jangkauan kasih yang meluas, melintas batas.
"Nuansanya nampak dalam hasil keputusan dan rekomendasi konferensi para pemimpin gereja dalam rangkaian Hari Pekabaran Injil yang kita laksanakan ini," ujarnya.
Sementara itu, Pengajar STT Baptis Papua, Maryam Deda mengaku bersyukur dengan kegiatan yang dilaksanakan ini. Melalui workshop ini pihaknya mengaku lebih tajam dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang ada, mencari akar persoalan hingga bertindak memberikan kontribusi nyata dalam lingkup.
"Saya berharap, pelatihan yang mengubah pola pikir, sikap dan tutur kata ini dapat berdampak di tengah situasi Papua yang rumit dan penuh persoalan. HPI ke-167 menjadi catatan bagi gereja untuk tidak memikirkan diri sendiri, melainkan berkolaborasi dalam proses menciptakan Papua yang lebih baik ke depan," katanya.
Ketua Sinode Gereja Pentakosta di Papua, Pdt. Dr Robert Marini M.Th menyambut baik kegiatan ini. Pihaknya optimistis momentum HPI menjadi momen kebangkitan baru ditengah gejolak pandemi global, serta kondisi Indonesia yang multi suku, budaya dan agama.
"Kebangkitan gereja ini bukan sesuatu yang kecil, namun dengan adanya rekomendasi atau keputusan HPI melalui konferensi yang juga diperdalam melalui Lokakarya MPI ada suatu kekuatan baru yang luar biasa."
"Para peserta dapat mengeksplor sejauh mana masalah-masalah di Papua dapat diselesaikan, terlebih lagi adanya sinergitas antara pemerintah dengan PGGP dan gereja," ucapnya.
Wakil Ketua II STAKPN Sentani, Pdt Dr Alfius Aninam menyebut, workshop bersama menjadi solusi kongkrit untuk mencari solusi atas suatu persoalan. Terlebih bagi Perguruan Tinggi dan gereja.
"Kadang kita cenderung memikirkan program besar, namun hasilnya tidak maksimal. Melalui pelatihan ini, diperkenalkan cara dan metode dalam mencari solusi dan aplikasi untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut," ucapnya.
Diakhir acara, selain diisi dengan refleksi, juga diisi dengan komitmen para peserta untuk melanjutkan MPI ke tempat pelayanan masing-masing.
Kegiatan yang dihadiri 13 peserta yang terdiri para pendeta, pimpinan gereja, pastor, fasilitator dan co-fasilitator menghasilkan program turunan berupa lima program unggulan dan prioritas.
Hal itu terdiri dari dua program pendidikan, yaitu integrasi sekolah minggu dan PAUD melalui program pembekalan guru sekolah minggu dan PAUD program penggalangan pendanaan.
Sedangkan bidang ekonomi membuat dua program unggulan dan prioritas yaitu pendataan pemberdayaan ekonomi jemaat dan pedagang di pasar tradisonal.
Dan program unggulan di dalam menangani isu-isu sosial termasuk di antaranya penanganan 60.000 pengungsi dan pembangunan shelter (penampungan sementara untuk para pengungsi) masyarakat korban konflik.
Ketua II PGGP, Pdt Metusaleh PA Maury S.Th mengatakan, kegiatan workshop tersebut masih dalam rangkaian peringatan HPI ke-167.
"Workshop MPI merupakan bagian dari rangkaian HPI yang menegaskan bahwa kehadiran gereja-gereja Papua adalah sebagai umat Allah yang dipanggil untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah yang dinampakkan dalam kepeduliaan untuk menyelesaikan masalah pendidikan, ekonomi dan isu-isu sosial di Papua," katanya, Senin (28/2/2022).
Dia menjelaskan, salah satu masalah utama yang dibahas dalam penyusunan program adalah belum terintegrasinya antara sekolah minggu dan PAUD akibat perbedaan doktrin. Termasuk kurangnya dukungan stakeholder dan minimnya pendanaan, serta belum adanya sistem rekrutmen dan kurikulum yang memadai.
Penyusunan program lainnya di bidang ekonomi dan isu-isu sosial terkait dengan penanganan pengungsi juga menjadi analisa MPI.
"Dalam workshop ini kita berhasil melahirkan lima program unggulan dan prioritas yang terdiri dari dua program pendidikan dan dua program ekonomi umat," ucapnya.
Dikatakannya, momen perayaan HPI ke 167 merupakan titik tolak membangun semangat iman, ketahanan pengharapan dan jangkauan kasih yang meluas, melintas batas.
"Nuansanya nampak dalam hasil keputusan dan rekomendasi konferensi para pemimpin gereja dalam rangkaian Hari Pekabaran Injil yang kita laksanakan ini," ujarnya.
Sementara itu, Pengajar STT Baptis Papua, Maryam Deda mengaku bersyukur dengan kegiatan yang dilaksanakan ini. Melalui workshop ini pihaknya mengaku lebih tajam dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang ada, mencari akar persoalan hingga bertindak memberikan kontribusi nyata dalam lingkup.
"Saya berharap, pelatihan yang mengubah pola pikir, sikap dan tutur kata ini dapat berdampak di tengah situasi Papua yang rumit dan penuh persoalan. HPI ke-167 menjadi catatan bagi gereja untuk tidak memikirkan diri sendiri, melainkan berkolaborasi dalam proses menciptakan Papua yang lebih baik ke depan," katanya.
Ketua Sinode Gereja Pentakosta di Papua, Pdt. Dr Robert Marini M.Th menyambut baik kegiatan ini. Pihaknya optimistis momentum HPI menjadi momen kebangkitan baru ditengah gejolak pandemi global, serta kondisi Indonesia yang multi suku, budaya dan agama.
"Kebangkitan gereja ini bukan sesuatu yang kecil, namun dengan adanya rekomendasi atau keputusan HPI melalui konferensi yang juga diperdalam melalui Lokakarya MPI ada suatu kekuatan baru yang luar biasa."
"Para peserta dapat mengeksplor sejauh mana masalah-masalah di Papua dapat diselesaikan, terlebih lagi adanya sinergitas antara pemerintah dengan PGGP dan gereja," ucapnya.
Wakil Ketua II STAKPN Sentani, Pdt Dr Alfius Aninam menyebut, workshop bersama menjadi solusi kongkrit untuk mencari solusi atas suatu persoalan. Terlebih bagi Perguruan Tinggi dan gereja.
"Kadang kita cenderung memikirkan program besar, namun hasilnya tidak maksimal. Melalui pelatihan ini, diperkenalkan cara dan metode dalam mencari solusi dan aplikasi untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut," ucapnya.
Diakhir acara, selain diisi dengan refleksi, juga diisi dengan komitmen para peserta untuk melanjutkan MPI ke tempat pelayanan masing-masing.
(shf)