Miris, Ibu Hamil Ditolak Tiga Rumah Sakit saat Akan Melahirkan karena Positif COVID-19

Kamis, 24 Februari 2022 - 19:46 WIB
loading...
Miris, Ibu Hamil Ditolak...
Seorang ibu hamil dari Desa Taba Mutung, Karang Tinggi, Bengkulu Tengah diduga ditolak tiga rumah sakit saat akan melahirkan gara-gara positif COVID-19. Foto/Tangkapan Layar
A A A
BENGKULU - Seorang ibu hamil dari Desa Taba Mutung, Karang Tinggi, Bengkulu Tengah, Bengkulu diduga ditolak tiga rumah sakit (RS) saat akan melahirkan gara-gara positif COVID-19.

Ibu hamil bernama Leni itu harus menahan sakit menahan persalihan karena diduga tidak mendapatkan layanan tiga RS di Kota Bengkulu. Penyebabnya Pepi berdasarkan hasil tes swab antigen diketahui positif COVID-19.



Anggota DPRD Kabupaten Bengkulu Tengah, Pepi Suheri menjelaskan, pada Selasa (22/2/2022) malam dirinya ditelepon oleh Leni yang sedang hamil tua dan akan melahirkan.

Kepada Pepi, Leni menceritakan jika dinyatakan positif COVID-19 di RS Rafflesia Kota Bengkulu. Kemudian, Leni diminta ke Rumah Sakit Harapan dan Doa (RSHD) Kota Bengkulu. Selanjutnya diminta untuk ke RSUD M Yunus Bengkulu.

Di RSUD M Yunus Bengkulu pun tidak mendapatkan layanan perawatan. Leni akhirnya diterima di RS Gading Medika Kota Bengkulu. Leni diterima dan mendapatkan pelayanan melahirkan di rumah sakit tersebut.

"Saya ditelpon Ibu Leni, meminta bantuan agar bisa diterima melahirkan di rumah sakit. Kebetulan Leni warga saya. Saya ikut bantu dan melihat sendiri dia tidak mendapatkan pelayanan sejumlah rumah sakit karena positif COVID-19, hasil tes antigen," kata Pepi, saat dihubungi via telepon, Kamis (24/2/2022).



Saat diantar ke rumah sakit, jelas Pepi, kondisi Leni jelang melahirkan memang mengalami sakit, batuk dan demam.

"Dia sudah batuk dan demam. Mulanya, Leni hendak berobat ke RSUD Bengkulu Tengah, lalu dirujuk dokter kandungan ke RS Rafflesia. Di RS Rafflesia dites antigen, hasilnya dinyatakan positif COVID-19."

"Lalu keluarga membawa pasien ke RSHD Kota Bengkulu, namun ditolak RSHD Kota Bengkulu. Ketika keluarga membawa Leni ke RSUD M Yunus pun juga ditolak, baru di RS Gading Medika Leni diterima," jelas Pepi.

Warganya itu, kata Pepi, telah melahirkan secara operasi. Kondisi ibu dan bayi sehat. Namun masih dalam status isolasi di RS Gading Medika.

Dikonfirmasi, Manajer Pelayanan Medik, Rumah Sakit Rafflesia Kota Bengkulu, Alvian membenarkan, kejadian tersebut.

Alvian menceritakan, saat tiba di RS Rafflesia, pihaknya musti menjalani prosedur ketika pasien ingin masuk ke ruangan. Di mana pasien musti dites Antigen.



Dari hasil Antigen tersebut, kata Alvian, hasilnya positif COVID-19. Mengingat usia kandungan pasien masih 35 hingga 36 minggu, maka proses melahirkan pasien masih bisa ditunda.

"Jadi, bukan menolak. Tapi kami tetap melayani. Kami menyampaikan kepada pihak keluarga untuk kembali lagi ketika hasil tes Antigen sudah negatif. Kami juga memberi obat kepada pasien agar menjalani isolasi mandiri di rumah," katanya saat dikonfimasi melalui sambungan telepon.

Alvian mengatakan, jika operator di RS Rafflesia banyak yang menjalani isolasi mandiri karena COVID-19. Pasien tersebut, lanjut Alvian, sempat ditawarkan ke pihak keluarga agar menjalani isolasi di RS Rafflesia.

Sayangnya, kata Alvian, pihak keluarga menolak. Sehingga pihak keluarga memilih mencari rumah sakit lainnya di Kota Bengkulu.

"Karena sifatnya tidak mendesak. Sebab usia kandungan pasien 35 hingga 36 minggu. kami menyarankan untuk menjalani isolasi di rumah sakit Rafflesia. Tapi, pihak keluarga menolak, dan mencari rumah sakit lain," ujar Alvian.

"Dari rumah sakit itu, pasien kembali ke RS Rafflesia. Kami memberikan rujukan secara online ke RS Gading Medika," beber Alvian.

Dikonfirmasi terkait penolakan di RSUD HD Kota Bengkulu, Direktur RSUD HD Kota Bengkulu, Lista Cerlyviera menjelaskan, tidak benar ada penolakan pasien itu.

"Bukan ditolak itu. Itu pasti pasiennya penuh, karena rumah sakit utama yang merawat pasien COVID-19 ini ditunjuk oleh Dinas Kesehatan atau Provinsi Bengkulu."

"Bahwa, yang utama itu harus disalurkan ke Rumah Sakit M Yunus dan rumah sakit Kota. Setelah itu, baru disalurkan ke rumah sakit-rumah sakit swasta dan rumah sakit vertikal yang ada," kata Lista, dalam keterangannya melalui Voice Note.

Dia menyampaikan, jika kalimat ditolak itu miris. Sebab, sebenarnya bukan ditolak melainkan pasien tidak bisa ditampung karena kondisi ruangan penuh.

"Mohon maaf ya. Kalimat ditolak itu sangat miris . Jadi, sebenarnya bukan di tolak. Pasien itu tidak bisa kita tampung karena kondisi ruangannya penuh. Kebetulan di Gading Medika kosong, ya jadi itu Gading Medika yang bisa menolong," ujar Lista.

Lista mengatakan, rumah sakit memang harus berkolaborasi ketika ruangan penuh. "Jadi, memang harus kolaborasi. Maksdunya, kita masih melayani. Kalau kita penuh, mau di letakkan di mana bayinya, sedangkan dia harus di ruangan khusus. Jadi, yang kita siapkan untuk bayi itu dan ibu COVID-19 itu sudah penuh terisi," jelas Lista.

RSUD Harapan dan Doa, kata Lista, siap melayani pasien dengan konsekuensinya bersama-sama bersinergi dengan rumah sakit yang ada di Provinsi Bengkulu, khusunya di Kota Bengkulu.

"Jadi, kalau rumah sakit itu penuh, maka kita carikan rumah sakit yang belum penuh. Utamanya kita pasti layani. Jadi kalimat yang menolak itu saya kira salah besar," terang Lista.

Sementara itu, ketika ingin dikonfirmasi dengan Wakil Direktur Pelayanan Umum dan Medis, RSUD M Yunus, Widyawati mengatakan, dirinya masih mencari tahu tentang persoalan di atas.

"Maaf slow respon baru selesai rapat. Untuk masalah di atas, saya lacak data dulu," jawab Widyawati singkat melalui pesan chat WhatsApp.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2251 seconds (0.1#10.140)