Maulana Yusuf Raja Banten II Penakluk Pajajaran, Sulap Banten Bak Singapura

Senin, 10 Januari 2022 - 05:27 WIB
loading...
Maulana Yusuf Raja Banten...
Maulana Yusuf Raja Banten II Penakluk Pajajaran, Menyulap Banten Bak Singapura/historyofcirebon
A A A
Maulana Yusuf dikenal sebagai Raja Banten II, penakluk Kerajaan Pajajaran saat menyebarkan Islam di Tanah Sunda sekaligus mengubah wilayahnya maju bak Singapura. Prestasi Maulana Yusuf yang dikenal sebagai Panembahan Pakalangan Gede itu terjadi selama 10 tahun memerintah Kerajaan Banten.

Maulana Yusuf naik takhta selepas ayahandanya Maulana Hasanudin mangkat pada sekitar tahun 1570 masehi. Prestasi besar lainnya Maulana Yusuf yang mencengangkan adalah menaklukkan Kerajaan Pajajaran.

Pada saat Maulana Yusuf memerintah Kerajaan Banten, hubungan Banten dan Pajajaran mencapai klimaks perseteruan. Puncaknya benteng pertahanan terakhir Kerajaan Pajajaran di Pedalaman Sunda dapat ditaklukkan oleh pasukan MaulanaYusuf.



Maulana Yusuf menjabat sebagai Sultan Banten pada tahun 1570 sampai dengan 1580, hanya 10 tahun saja beliau memerintah Banten, beliau wafat karena sakit. Setelah wafat, takhta Kesultanan Banten kemudian diserahkan kepada anaknya, Maulana Muhamad atau Pangeran Ratu Ing Banten.

Dalam sejarah Cirebon, anak dari Maulana Yusuf ini adalah Raja Banten pertama yang melaksanakan Haji. Maulana Muhamad juga disebut sebagai Sultan Haji I, selain itu ia juga disebut Panembahan Banten Sedang Ranapati karena wafat dalam pertempuran laut di Palembang dengan Mataram.

Merunut dari silsilahnya, Maulana Yusuf merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati. Sebab, ia merupakan anak dari Pangeran Sebakingkin atau Maulana Hasanudin. Sebakingkin sendiri dalam sejarah Cirebon disebutkan sebagai anak hasil perkawinan Sunan Gunung Jati dengan Nyimas Kawunganten, puteri dari Permadi Puti Raja dari Cangkuang.

Maulana Yusuf adalah putra pertama Sultan Maulana Hasanuddin dari buah pernikahannya dengan Ratu Ayu Kirana, putri dari Sultan Trenggono yang merupakan Sultan Demak. Maulana Yusuf menurut sejarah Banten memiliki delapan saudara kandung dari pernikahan ayahnya dengan Ratu Ayu Kirana.

Semasa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten disulap menjadi daerah yang maju pesat di bidang perdagangan bak Singapura masa kini dan pelayaran nusantara. Di samping pendidikan agama, Maulana Yusuf juga lebih menekankan pada bidang pembangunan kota, keamananan dan pertanian.

Pada masanya pula Ibukota Pajajaran (Pakuan) dapat ditaklukkan oleh Kerajaan Banten. Para penggawa Kerajaan Pajajaran lalu diislamkan tapi masing-masing tetap memegang jabatannya seperti semula. Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, perdagangan di Banten semakin maju. bahkan bisa dikatakan bahwa pada saat itu Banten bagaikan kota penimbunan barang-barang dari penjuru dunia yang nantinya disebarkan ke kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara.

Sehingga Banten menjadi begitu ramai dikunjungi, baik dari luar maupun oleh para penduduk Nusantara. Semasa pemerintahan Maulana Yusuf pulalah dibuatnya peraturan penempatan penduduk berdasarkan keahliannya dan asal daerahnya.

Perkampungan untuk orang asing biasanya ditempatkan di luar tembok kota seperti Kampung Pakojan terletak di sebelah barat pasar Karangantu, untuk para pedagang dari Timur Tengah, Pecinan terletak di barat Masjid Agung, untuk para pedagang dari China.

Kampung Panjunan (Untuk para tukang belanga, gerabah, periuk, Kampung Kepandean (untuk tukang pandai besi), Kampung Pangukiran (untuk tukang ukir), Kampung Pagongan (untuk tukang gong), Kampung Sukadiri (Untuk para pembuat senjata).
Demikian pula untuk golongan sosial tertentu, misalkan Kademangan (untuk para demang), Kefakihan (untuk para ahli Fiqih), Kesatrian (Untuk para satria, perwira, Senopati dan prajurit istana).

Pengelempokan pemukiman ini selain dimaksudkan untuk kerapian dan keserasian kota, tapi lebih penting untuk keamanan kota.
Tembok kota pun diperkuat dengan membuat parit-parit di sekelilingnya. Dalam Babad Banten disebutkan Gawe Kuta bulawarti bata kalawan kawis Perbaikan Masjid Agung Pun dikerjakannya, dan sebagai kelengkapan dibangun sebuah menara dengan bantuan Cek Ban Cut arsitek muslim asal Mongolia.



Di samping mengembangkan pertanian yang sudah ada, raja pun mendorong rakyatnya untuk membuka daerah-daerah baru bagi persawahan.Area persawahan di Banten bertambah meluas sampai melewati daerah Serang sekarang. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi sawah-sawah tersebut,dibuatlah terusan-terusan dan bendungan-bendungan.

Bagi persawahan yang terletak disekitar kota,dibuatnya juga satu danau buatan yang disebut Tasikardi.Air dari Sungai Cibanten dialirkan melalui terusan khusus ke danau ini. Lalu dari sana dibagi ke daerah-daerah persawahan di sektarnya.Tasikardi juga digunakan bagi penampungan air bersih bagi kebutuhan kota.

Dengan melalui pipa-pipa yang terbuat dari terakota,setelah dibersihkan/diendapkan air tersebut dialirkan kekeraton dan tempat-tempat lain di dalam kota.Di tengah-tengah danau buatan tersebut terdapat pulau kecil yang digunakan untuk tempat rekreasi keluarga keraton.
(aww)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3447 seconds (0.1#10.140)