Klaster Bandeng Asap Kian Bergairah di Tengah Pandemi COVID-19
loading...
A
A
A
SIDOARJO - Raut wajah Sulaihan nampak sumringah. Sambil bercerita, pelaku UMKM yang bergerak pada pengolahan bandeng ini berulang kali mengucapkan rasa syukur pada Tuhan.
(Baca juga: Classmeeting Daring SD Muhlas, Obati Kerinduan Pada Teman Sekolah )
Bagaimana tidak, disaat pelaku usaha lain terseok-seok menghadapi dampak pandemi COVID-19, Sulaihan bersama kelompoknya yakni Klaster Bandeng Asap, mendapatkan berkah berupa teknologi pengolahan bandeng asap yang sangat canggih dari Bank Indonesia (BI).
Mesin-mesin canggih yang terdiri dari oven, vakum dan mesin Sealer itu sudah berada di gerainya, di RT 16, RW 4, Desa Kalanganyar, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo.
Meski masih dalam keadaan terbungkus rapi, namun kehadiran mesin tersebut cukup menggugah gairah para pengolah bandeng asap untuk menatap masa depan. Saat ini ada sekitar 30 orang pengolah ikan yang tergabung dalam klaster Bandeng Asap.
Ketua klaster Bandeng Asap, Gabungan Kelompok Ikan Kampung Iwak (Gapoktan) ini mengatakan, selama ini anggotanya masih mengolah bandeng asap secara manual, sehingga dari sisi kuantitas maupun kualitas produksi masih sangat terbatas. Padahal lingkungan sekitar desanya memiliki hasil panen bandeng yang cukup berlimpah.
"Dengan mesin ini kami bisa menggenjot produksi, karena hasilnya bisa bertahan lama hingga tiga bulan," katanya kepada SINDOnews.com.
(Baca juga: Timnas Indonesia Bersiap Hadapi Kualifikasi Piala Dunia 2022 )
Sulaihan mengungkapkan, sejak lama ia mendambakan mesin canggih tersebut. Hal itu lantaran banyaknya pesanan dari luar pulau yang memang membutuhkan tenggang waktu cukup lama selama proses pengiriman. Namun harga mesin yang sebagian didatangkan dari Jerman tersebut kurang bersahabat bagi kantong pelaku UMKM.
"Sejak lama saya kepingin alat seperti ini. Alhamdulillah ada kunjungan dari bu Indah Kurnia Komisi XI DPR RI tanggal 20 April 2020. Awalnya sempat ragu, tapi setelah saya utarakan keinginan saya dan teman-teman disini akhirnya terealisasi," ungkapnya.
Bagi Sulaihan, realisasi bantuan dari BI tersebut menjadi pemantik bagi kelompoknya untuk lebih produktif dan maju. Mereka bertekad untuk memperluas jangkauan pemasaran, bukan hanya didalam negeri saja tapi hingga ke mancanegara.
"Ini tantangan bagi kami. Bu Indah memberikan support pada kami dan kami juga membalasnya dengan baik. Ternyata BI juga memberikan support pada kami bahkan Kepala Perwakilan BI Jatim Difi Ahmad Johansyah datang ke sini langsung waktu itu," tegasnya.
Terpisah, inisiator Klaster Bandeng yang juga anggota Komisi XI DPR RI, Indah Kurnia, menjelaskan bahwa alat produksi yang telah terealisasi untuk kelompok usaha tersebut adalah bentuk aktualisasi dari seluruh program dan rapat kerja yang dirumuskan di komisinya.
"Jadi kita di Komisi XI kan membidangi keuangan dan ekonomi. Dan saat ini yang menjadi konsen kita adalah bagaimana kita bersama-sama memikirkan pemulihan ekonomi nasional saat pandemi, khususnya pasca pandemi ini berakhir," paparnya.
Menurut Indah, ditengah pandemi ini yang masih bisa harapkan sebagai penopang ekonomi nasional adalah UMKM. Keberadaan UMKM telah teruji, bahkan sejak krisis 1998, UMKM terbukti menunjukkan kehebatannya dan ketangguhannya menghadapi segala krisis. "Makanya kita perjuangkan dan mereka mendapatkan mesin produksi melalui Bank Indonesia," ucapnya.
Sebagai fasilitator dan mediator, pihaknya akan terus menyisir kelompok-kelompok lain yang masih produktif dan efektif untuk dilaporkan ke bank Indonesia dan OJK supaya bisa dibantu agar bisa terus berproduksi. Sehingga lapangan pekerjaan semakin terbuka lebar.
Politisi PDI Perjuangan ini melanjutkan, jika Klaster Bandeng Kalanganyar ini sukses maka akan menjadi percontohan bagi klaster yang lain. Apalagi sudah ada sejumlah mesin yang lebih efisian dan produktif. Mulai waktu produksi hingga kualitas hasilnya lebih terjamin. Ketahanan serta kuwalitas bandeng jauh lebih bagus.
"Ini baru percontohan satu yang kita perjuangkan. Nanti akan ada klaster lain yang sedang dalam proses kita perjuangkan bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)," lanjutnya.
(Baca juga: Dana Desa Terancam Hilang Dari APBN, Parade Nusantara Luruk MK )
Ia berharap, dengan adanya alat produksi yang di support oleh Bank Indonesia melalui posko Indah Kurnia yang merupakan mitra utama BI ini, para pelaku UMKM semakin bersemangat. Kerjanya lebih efisien dan lebih produktif. Bagaimanapun, kata Indah, bandeng asap ini merupakan salah satu trademark dari kabupaten Sidoarjo.
"Kalau itu berjalan dengan bagus, nanti akan kita kawal dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang juga mitra kerja saya di komisi XI. Jadi itu nantinya akan dikawal, sehingga kita tidak hanya berdaya saing didalam negeri sendiri, tetapi berdaya saing ke mancanegara," tegasnya.
Sementara itu, salah satu tim ahli anggota Komisi XI DPR RI, Lodouvicus Samuel Patti, menambahkan kedepan pihaknya akan mengawal para pelaku UMKM Desa Sidodadi yang konsen pada usaha sambal.
Di desa Sidodadi sendiri sudah sejak lama dikenal sebagai sentra sambal, bahkan produknya sudah menyarar ke luar negeri. Hanya saja para pelaku UMKM sambal itu saat ini terbentur masalah legalitas dokumen untuk bisa ekspor.
"Nah disitu kita tangkap, kita dampingi, kita jembatani dengan mitra kerja komisi XI. Dalam hal ini Bank Indonesia yang kebetulan mempunyai program ini. Mungkin dalam bulan ini atau bulan depan klaster sambal ini akan terealisasi," tandasnya.
(Baca juga: Classmeeting Daring SD Muhlas, Obati Kerinduan Pada Teman Sekolah )
Bagaimana tidak, disaat pelaku usaha lain terseok-seok menghadapi dampak pandemi COVID-19, Sulaihan bersama kelompoknya yakni Klaster Bandeng Asap, mendapatkan berkah berupa teknologi pengolahan bandeng asap yang sangat canggih dari Bank Indonesia (BI).
Mesin-mesin canggih yang terdiri dari oven, vakum dan mesin Sealer itu sudah berada di gerainya, di RT 16, RW 4, Desa Kalanganyar, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo.
Meski masih dalam keadaan terbungkus rapi, namun kehadiran mesin tersebut cukup menggugah gairah para pengolah bandeng asap untuk menatap masa depan. Saat ini ada sekitar 30 orang pengolah ikan yang tergabung dalam klaster Bandeng Asap.
Ketua klaster Bandeng Asap, Gabungan Kelompok Ikan Kampung Iwak (Gapoktan) ini mengatakan, selama ini anggotanya masih mengolah bandeng asap secara manual, sehingga dari sisi kuantitas maupun kualitas produksi masih sangat terbatas. Padahal lingkungan sekitar desanya memiliki hasil panen bandeng yang cukup berlimpah.
"Dengan mesin ini kami bisa menggenjot produksi, karena hasilnya bisa bertahan lama hingga tiga bulan," katanya kepada SINDOnews.com.
(Baca juga: Timnas Indonesia Bersiap Hadapi Kualifikasi Piala Dunia 2022 )
Sulaihan mengungkapkan, sejak lama ia mendambakan mesin canggih tersebut. Hal itu lantaran banyaknya pesanan dari luar pulau yang memang membutuhkan tenggang waktu cukup lama selama proses pengiriman. Namun harga mesin yang sebagian didatangkan dari Jerman tersebut kurang bersahabat bagi kantong pelaku UMKM.
"Sejak lama saya kepingin alat seperti ini. Alhamdulillah ada kunjungan dari bu Indah Kurnia Komisi XI DPR RI tanggal 20 April 2020. Awalnya sempat ragu, tapi setelah saya utarakan keinginan saya dan teman-teman disini akhirnya terealisasi," ungkapnya.
Bagi Sulaihan, realisasi bantuan dari BI tersebut menjadi pemantik bagi kelompoknya untuk lebih produktif dan maju. Mereka bertekad untuk memperluas jangkauan pemasaran, bukan hanya didalam negeri saja tapi hingga ke mancanegara.
"Ini tantangan bagi kami. Bu Indah memberikan support pada kami dan kami juga membalasnya dengan baik. Ternyata BI juga memberikan support pada kami bahkan Kepala Perwakilan BI Jatim Difi Ahmad Johansyah datang ke sini langsung waktu itu," tegasnya.
Terpisah, inisiator Klaster Bandeng yang juga anggota Komisi XI DPR RI, Indah Kurnia, menjelaskan bahwa alat produksi yang telah terealisasi untuk kelompok usaha tersebut adalah bentuk aktualisasi dari seluruh program dan rapat kerja yang dirumuskan di komisinya.
"Jadi kita di Komisi XI kan membidangi keuangan dan ekonomi. Dan saat ini yang menjadi konsen kita adalah bagaimana kita bersama-sama memikirkan pemulihan ekonomi nasional saat pandemi, khususnya pasca pandemi ini berakhir," paparnya.
Menurut Indah, ditengah pandemi ini yang masih bisa harapkan sebagai penopang ekonomi nasional adalah UMKM. Keberadaan UMKM telah teruji, bahkan sejak krisis 1998, UMKM terbukti menunjukkan kehebatannya dan ketangguhannya menghadapi segala krisis. "Makanya kita perjuangkan dan mereka mendapatkan mesin produksi melalui Bank Indonesia," ucapnya.
Sebagai fasilitator dan mediator, pihaknya akan terus menyisir kelompok-kelompok lain yang masih produktif dan efektif untuk dilaporkan ke bank Indonesia dan OJK supaya bisa dibantu agar bisa terus berproduksi. Sehingga lapangan pekerjaan semakin terbuka lebar.
Politisi PDI Perjuangan ini melanjutkan, jika Klaster Bandeng Kalanganyar ini sukses maka akan menjadi percontohan bagi klaster yang lain. Apalagi sudah ada sejumlah mesin yang lebih efisian dan produktif. Mulai waktu produksi hingga kualitas hasilnya lebih terjamin. Ketahanan serta kuwalitas bandeng jauh lebih bagus.
"Ini baru percontohan satu yang kita perjuangkan. Nanti akan ada klaster lain yang sedang dalam proses kita perjuangkan bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)," lanjutnya.
(Baca juga: Dana Desa Terancam Hilang Dari APBN, Parade Nusantara Luruk MK )
Ia berharap, dengan adanya alat produksi yang di support oleh Bank Indonesia melalui posko Indah Kurnia yang merupakan mitra utama BI ini, para pelaku UMKM semakin bersemangat. Kerjanya lebih efisien dan lebih produktif. Bagaimanapun, kata Indah, bandeng asap ini merupakan salah satu trademark dari kabupaten Sidoarjo.
"Kalau itu berjalan dengan bagus, nanti akan kita kawal dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang juga mitra kerja saya di komisi XI. Jadi itu nantinya akan dikawal, sehingga kita tidak hanya berdaya saing didalam negeri sendiri, tetapi berdaya saing ke mancanegara," tegasnya.
Sementara itu, salah satu tim ahli anggota Komisi XI DPR RI, Lodouvicus Samuel Patti, menambahkan kedepan pihaknya akan mengawal para pelaku UMKM Desa Sidodadi yang konsen pada usaha sambal.
Di desa Sidodadi sendiri sudah sejak lama dikenal sebagai sentra sambal, bahkan produknya sudah menyarar ke luar negeri. Hanya saja para pelaku UMKM sambal itu saat ini terbentur masalah legalitas dokumen untuk bisa ekspor.
"Nah disitu kita tangkap, kita dampingi, kita jembatani dengan mitra kerja komisi XI. Dalam hal ini Bank Indonesia yang kebetulan mempunyai program ini. Mungkin dalam bulan ini atau bulan depan klaster sambal ini akan terealisasi," tandasnya.
(eyt)