Tahun Baru Momentum Perkuat Toleransi dan Moderasi Beragama

Sabtu, 01 Januari 2022 - 03:49 WIB
loading...
Tahun Baru Momentum...
Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia, KH Muflich Chalif Ibrahim optimistis tahun baru 2022 momentum memperkuat toleransi dan moderasi beragama. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Persoalan intoleransi masih menjadi problem serius yang dihadapi Indonesia. Potensi benturan, konflik dan kekerasan yang bernuansakan perbedaan primordial masih cukup tinggi.

Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia, KH Muflich Chalif Ibrahim menyatakan optimistis tahun baru 2022 merupakan momentum memperkuat toleransi dan moderasi beragama.



Menurutnya moderasi beragama dapat menjadi pendorong lahirnya sikap toleransi, sebagaimana telah secara jelas tertuang dalam Pancasila.

"Dalam agama Islam sudah banyak tuntunan soal itu (toleransi). Jadi kalau dia semakin baik interaksi (personal dan interpersonal ) dia, maka dia akan semakin baik dalam beragama. Jadi kalau dia baik dalam beragama Insyaallah dia akan semakin toleran,” ujarnya, Jumat (31/12/2021).

Ia melanjutkan, bangsa Indonesia yang beragam ini sebagai suatu yang ditakdirkan oleh Allah SWT. Sehingga, menjadi suatu yang wajib disyukuri seluruh elemen bangsa ini. Karena perbedaan itu adalah suatu keniscayaan. Menurutnya praktik intoleransi sangat terkait dengan kurangnya pemahaman agama.

"Kenapa intoleransi kerap terjadi? Itu karena pemahaman agamanya yang kurang. Padahal perbedaan dan keragaman adalah bagian dari anugerah, amanah titipan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk bangsa ini yang harus kita rawat dan jaga dengan baik. Saya pribadi ataupun siapa pun juga harus menyadari dan mensyukuri," ungkapnya.



Kyai Muflich menambahkan, intoleransi justru dapat merusak fitrah kemuliaan manusia dan nilai kemanusiaan yang luhur, karena tidak mampu mengendalikan diri untuk tidak mencampuri atau mengintervensi keyakinan atau pandangan orang lain. Sehingga, perlu agar masyarakat diingatkan untuk kembali kepada perjanjian luhur bangsa.

"Kita memiliki konsensus bersama, di mana kita ada UUD 1945 serta Pancasila, itulah yang perlu kita dengungkan kepada seluruh elemen bangsa ini. Karena orang intoleran cenderung lupa bahwa kita ini bangsa yang ramah dan berbudaya luhur serta tidak menyadari itu semua akan memecah belah kita sebagai bangsa yg besar dan luhur peradabannya," jelasnya.

Terkait peran pemerintah dalam moderasi agama kepada masyarakat, mantan anggota MPR-RI ini menilai pemerintah memiliki peran penting untuk membukakan pintu seluas-luasnya. Hal itu untuk dialog kebhinekaan antar tokoh suku dan agama, terkait peran vital para tokoh sebagai ujung tombak moderasi beragama.

Pemerintah punya peran penting untuk membuka ruang-ruang untuk dialog. Tokoh-tokoh masyarakat, agama ataupun pejabat-pejabat semuanya harus membiasakan diri untuk memberikan tauladan, baik dalam bertutur kata, santun, sopan perilaku dalam menyikapi berbagai hal.

"Ini juga merupakan bagian dari tanggung jawab kita kepada sejarah bangsa dan negara dan juga kepada generasi setelah kita," ungkapnya.

Tak hanya pemerintah, Kiai Muflich juga ingin mendorong semua lapisan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam hal moderasi beragama. Cerdas dalam beperilaku dengan tidak mencampuradukkan aqidah dan ibadah dengan keyakinan masing-masingataupun dengan ibadahnya agama lain.

Karena sebagai orang yang beriman, bangsa yang beriman, bangsa yang merdeka, tentunya sangat wajib untuk menjaga dan memelihara persatuan.

"Jadi seluruh lapisan masyarakat harus ikut menyuarakan dan tahu manfaat toleransi, apa itu toleransi, dan harus terus menerus disuarakan dalam konteks berbangsa dan bernegara."

"Kepada generasi muda kita agar tidak lemah itu, yang harus kita perhatikan selain kepada Allah adalah kita juga harus mengatakan sesuatu yang benar, yang lurus,” ungkapnya.

Dia berharap, bukan hanya tahun 2022 yang akan menjadi tahun toleransi dan moderasi beragama. Namun seterusnya dan sepanjang masa. Karena menurutnya, hal ini menjadi kunci prioritas dalam membangun perdamaian dan peradaban luhur mulia itu. Hal itu harus diperhatikan bersama-sama untuk dijaga dan dibangun oleh seluruh masyarakat melalui moderasi beragama.

"Harapan saya, terbangun kesadaran kolektif seluruh element bangsa akan pentingnya kita memelihara, menjaga keutuhan bangsa, kerukunan, perdamaian bahkan kekompakan/soliditas dan solidaritas sebangsa setanah air apapun suku dan agamanya," pungkasnya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2261 seconds (0.1#10.140)