Puluhan Rumah Terancam Erosi, Bupati Majalengka Akui Susah Bujuk Warga Relokasi
loading...
A
A
A
MAJALENGKA - Bupati Majalengka Karna Sobahi mengemukakan kompleksnya proses relokasi bagi warga yang rumahnya terancam bencana alam , termasuk erosi sungai. Karna menilai, selain tentang anggaran, proses relokasi juga sering terbentur dengan kehendak dari masyarakat itu sendiri.
Karna menjelaskan, puluhan warga di Desa Ampel, Kecamatan Ligung, bisa saja direlokasi ke tempat aman. Hal itu seiring dengan ancaman erosi sungai Cimanuk yang bisa terjadi kapan saja.
Terkait kondisi itu, Karna membandingkan dengan kejadian yang pernah terjadi di Desa Jatitujuh, Kecamatan Jatitujuh beberapa waktu silam. Saat itu, warga di desa itu direlokasi setelah ancaman serupa mengancam.
"Kita sudah mengirimkan BPBD dengan (Dinas) Rumkintan untuk melihat kondisi areal itu. Kalau seperti Jatitujuh, ya apa boleh buat kita relokasi ke tempat yang aman," kata dia.
Namun, Karna mengingatkan tentang proses relokasi yang dinilainya tidak mudah. "Rakyat kan relokasi ingin sendiri, ingin di (tempat) anu. Sementara kita kan pengadaan rumah juga tidak mudah. Kemudian membangun rumah juga. Umpama kita beri 20 juta . Kaya apa rumah 20 juta?" kata Karna.
Karna menilai, proses relokasi memerlukan pemikiran dan waktu yang panjang. "Kompleksitas relokasi akibat bencana ini, tidak sederhana," jelas dia
Sementara, di Desa Ampel, selain mengancam sekitar 90 rumah, erosi juga telah merusak 9 rumah warga lainnya. Saat ini, warga terdampak memilih untuk tinggal sementara di rumah keluarganya yang relatif lebih aman.
Karna menjelaskan, puluhan warga di Desa Ampel, Kecamatan Ligung, bisa saja direlokasi ke tempat aman. Hal itu seiring dengan ancaman erosi sungai Cimanuk yang bisa terjadi kapan saja.
Terkait kondisi itu, Karna membandingkan dengan kejadian yang pernah terjadi di Desa Jatitujuh, Kecamatan Jatitujuh beberapa waktu silam. Saat itu, warga di desa itu direlokasi setelah ancaman serupa mengancam.
"Kita sudah mengirimkan BPBD dengan (Dinas) Rumkintan untuk melihat kondisi areal itu. Kalau seperti Jatitujuh, ya apa boleh buat kita relokasi ke tempat yang aman," kata dia.
Namun, Karna mengingatkan tentang proses relokasi yang dinilainya tidak mudah. "Rakyat kan relokasi ingin sendiri, ingin di (tempat) anu. Sementara kita kan pengadaan rumah juga tidak mudah. Kemudian membangun rumah juga. Umpama kita beri 20 juta . Kaya apa rumah 20 juta?" kata Karna.
Karna menilai, proses relokasi memerlukan pemikiran dan waktu yang panjang. "Kompleksitas relokasi akibat bencana ini, tidak sederhana," jelas dia
Sementara, di Desa Ampel, selain mengancam sekitar 90 rumah, erosi juga telah merusak 9 rumah warga lainnya. Saat ini, warga terdampak memilih untuk tinggal sementara di rumah keluarganya yang relatif lebih aman.
(don)