Petani Kakao Unjuk Keberhasilan Pengendalian PBK Ramah Lingkungan
loading...
A
A
A
Sementara Manajer Cocoa Rainforest Alliance, Hasrun Hafid, mengatakan bahwa sebelumnya kakao Luwu Utara mengalami dampak penurunan produksi. Akibatnya, kata dia, banyak petani mau menebang pohon kakaonya karena unsur hara tanah sudah semakin kecil serta hama penyakit yang sulit ditangani petani.
“Hasil uji tanah di kebun demplot ini memperlihatkan C/N rasio hanya 12,5%, sementara idealnya adalah 15%. Sementara carbon organik dan pH-nya rendah. Olehnya itu, melalui demplot ini, kita telah melakukan intervensi perbaikan kesehatan tanah dan pemenuhan nutrisi tanaman serta mendemonstrasikan praktek perkebunan kakao yang baik,” jelas Hasrun.
Pada kesempatan itu, pemilik kebun hasil demplot, Lamang (54), mengaku bahagia dan sangat bersyukur kebunnya dijadikan lokasi percontohan dan pendampingan Program Tranformasi Kakao Peningkatan Nilai Tambah.
“Saya bersyukur kebun ini sudah bagus kembali. Sebelumnya sedikit sekali buah yang dipanen karena banyak busuk buah dan buah keras serta serangan hama tikus,” ungkap Lamang.
Namun, ungkap dia, setelah mendapat pendampingan, kondisi kebun kakao mulai berubah. “Setelah beberapa kali menerapkan teknologi Agrodykye, sekarang banyak bunga yang bermunculan dan sisa buah yang terserang PBK masih bisa saya panen dan tidak keras lagi alias mudah dipisahkan biji kakaonya,” ucap Lamang menceritakan kondisi kakao-nya kini.
“Begitu juga saya lihat pada buah hitam, kulitnya memang hitam, tapi biji di dalamnya masih bagus dan masih bisa dijual,” cerita Lamang di hadapan puluhan petani kakao.
Pada FFD kali ini, selain mengundang petani di sekitar demplot, panitia juga menghadirkan penyedia teknologi produk kakao untuk bisa berbagi cerita sukses kepada petani. Termasuk mengundag beberapa lembaga keuangan, penyuluh pertanian serta Dinas P2KUKM.
Kegiatan Hari Lapang Tani ini juga memamerkan hasil olahan biji kakao fermentasi dari poktan binaan Koperasi Simultan yang telah berhasil membuat kakao fermentasi, coklat olahan dan minuman dari hasil kebun petani selama didampingi pada program Traksi.
“Hasil uji tanah di kebun demplot ini memperlihatkan C/N rasio hanya 12,5%, sementara idealnya adalah 15%. Sementara carbon organik dan pH-nya rendah. Olehnya itu, melalui demplot ini, kita telah melakukan intervensi perbaikan kesehatan tanah dan pemenuhan nutrisi tanaman serta mendemonstrasikan praktek perkebunan kakao yang baik,” jelas Hasrun.
Pada kesempatan itu, pemilik kebun hasil demplot, Lamang (54), mengaku bahagia dan sangat bersyukur kebunnya dijadikan lokasi percontohan dan pendampingan Program Tranformasi Kakao Peningkatan Nilai Tambah.
“Saya bersyukur kebun ini sudah bagus kembali. Sebelumnya sedikit sekali buah yang dipanen karena banyak busuk buah dan buah keras serta serangan hama tikus,” ungkap Lamang.
Namun, ungkap dia, setelah mendapat pendampingan, kondisi kebun kakao mulai berubah. “Setelah beberapa kali menerapkan teknologi Agrodykye, sekarang banyak bunga yang bermunculan dan sisa buah yang terserang PBK masih bisa saya panen dan tidak keras lagi alias mudah dipisahkan biji kakaonya,” ucap Lamang menceritakan kondisi kakao-nya kini.
“Begitu juga saya lihat pada buah hitam, kulitnya memang hitam, tapi biji di dalamnya masih bagus dan masih bisa dijual,” cerita Lamang di hadapan puluhan petani kakao.
Pada FFD kali ini, selain mengundang petani di sekitar demplot, panitia juga menghadirkan penyedia teknologi produk kakao untuk bisa berbagi cerita sukses kepada petani. Termasuk mengundag beberapa lembaga keuangan, penyuluh pertanian serta Dinas P2KUKM.
Kegiatan Hari Lapang Tani ini juga memamerkan hasil olahan biji kakao fermentasi dari poktan binaan Koperasi Simultan yang telah berhasil membuat kakao fermentasi, coklat olahan dan minuman dari hasil kebun petani selama didampingi pada program Traksi.