Sultan Trenggono, Raja Demak yang Berhasil Lumpuhkan Kekuatan Majapahit
loading...
A
A
A
Sultan Trenggono atau nama aslinya Trenggana alias Pate Rodim (keturunan putri vietnam) adalah Raja Demak ke-3 yang memerintah sejak 1521-1546. Trenggono menjadi pemimpin negeri yang cukup besar.
Ia lahir pada sekitar 1483 sebagai putra dari Syekh Khaliqul Idrus, seorang ulama dari Parsi yang datang ke tanah Jawa dan menetap di Jepara pada sekitar 1400 Masehi.
Baca juga: Mataram Berdarah! Rara Oyi Calon Istri Raja Diculik dan Disetubuhi Putra Mahkota
Sedangkan ibunya adalah putri seorang ulama dari Gujarat yang lebih dulu datang ke tanah Jawa. Sultan Trenggono berhak atas takhta Demak karena Pati Unus meninggal tanpa keturunan.
Sultan Trengggono merupakan adik Pati Unus, menantu R. Fatah yang menjadi Raja Demak ke-2. Demak merupakan negeri yang besar dengan kotanya yang memiliki 8.000 hingga 10.000 rumah.
Ayah Trenggono adalah kesatria yang bijak dalam mengambil keputusan, sedangkan kakeknya berasal dari Gresik. Sebagian sumber menyebutkan, kakek Pate Rodim adalah budak dari penguasa Demak sebelumnya, dan sebagian lagi mengatakan dia seorang pedagang.
Pate Rodim memiliki hubungan erat dengan para penguasa lainnya, karena semua putri dari ayahnya dan kakeknya menikah dengan pate-pate di Jawa. Pate Rodim bahkan telah menaklukkan Palembang, Jambi, Kepulauan Monomby, dan banyak pulau lainnya.
Sebagai penguasa, Pate Rodim memiliki banyak prajurit, sekitar 30.000 di Jawa dan 10.000 di Palembang. Ia terus-menerus berperang melawan Guste Pate dan pate Tuban. Ia telah kehilangan banyak orang akibat perang, kemiskinan, sehingga harus memohon perlindungan dari Malaka.
Pada zaman Sultan Trenggono, Demak mencapai puncak kejayaannya. Hampir seluruh Pulau Jawa menjadi wilayah kekuasannya. Belum lagi kerajaan-kerajaan di luar Jawa seperti Madura, Sumatera dan Kalimantan.
Pencapaian Demak pada masa pemerintahan Sultan Trenggono pun sangat banyak, termasuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada 1527.
Sebelum Sultan Trenggono naik tahta, sebenarnya terjadi persaingan ketat antara dirinya dan kakak tirinya Raden Kikin. Waktu itu Raden Kikin digadang-gadang akan menggantikan Pati Unus yang telah wafat, sebab ia merupakan anak yang lebih tua dari Trenggono.
Persaingan antar keluarga sama-sama anak Raden Patah itu kemudian memuncak setelah Raden Trenggono menolak Raden Kikin sebagai Sultan Demak selanjutnya, sebab menurutnya dialah yang pantas menggantikan kakaknya menjadi Sultan karena ia terlahir dari permaisuri utama.
Ketegangan antara sesama anak-anak Raden Patah itu kemudian menemui puncaknya, Raden Kikin dibunuh oleh anak Raden Trenggono yaitu Raden Mukmin (Sunan Perwata). Pembunuhan itu dilakukan di tepi sungai, sehingga selepas peristiwa itu Raden Kikin kemudian disebut sebagai Pangeran Sekar Seda Ing Lapen maksudnya Pangeran yang gugur sebagai Bunga di Sungai.
Baca juga: Rara Tepasan, Istri Sunan Gunung Jati yang Menghilangkan Budaya Sunda di Keraton Cirebon
Penyebar Islam di Jawa Tengah
Sultan Trenggono di samping menaklukkan wilayah juga menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa Tengah. Sultan Trenggono dikenal sebagai menjadi pemimpin yang pandai, baik dan berbudi luhur.
Selama memerintah, dikenal tegas dan ketat dalam menegakkan hukum yang ada. Sultan Trenggono juga memerintahkan rakyatnya untuk mematuhi perintah-perintah ajaran agama Islam juga aturan-aturan dalam Jaya Langkara. Jaya Langkara yaitu sebuah karya tentang prinsip hukum dan aturan Islam.
Semasa dipimpin Sultan Trenggono, Islam telah berhasil ditanamkan dengan kuat di Pulau Jawa. Masjid-masjid dibangun dan perjanjian membangun kerukunan dan perdamaian berhasil dibuat dengan Raja Kalimantan, Bali, Palembang, Singapura, Indragiri, dan lainnya
Sultan Trenggono wafat 1546 M saat memimpin ekspedisi militer untuk menundukkan Panarukan Jawa Timur yang tidak mau mengakui kekuasaan Kasultanan Demak. Makam Sultan Trenggono berada di kompleks Masjid Demak, di cungkup khusus bersama keluarga terdekat dan para pembantunya. Makam ini bersebelahan dengan Makam Sultan Fatah dan Raden Pati Unus.
Keluarga Sultan Trenggono
Semasa hidupnya, Sultan Trenggono dikisahkan memiliki dua orang Permaisuri, yaitu Putri Nyai Ageng Malaka dan Putri Sunan Kalijaga.
Dari kedua kedua istrinya Sultan Trenggono memperoleh sembilan orang anak yaitu Ratu Mas Pembayun, Raden Mukmin (Panembahan Prawata), Ratu Mas Pamantingan, Ratu Mas Kalinyamat, Ratu Mas Arya Ing Surabaya, Ratu Mas Katamban, Ratu Mas Cempaka (istri Hadiwijaya Sultan Pajang=Jaka Tingkir), Panambahan Mas Ing Madiun, Ratu Mas Sekar Kedaton.
Sumber tulisan:
historyofcirebon
intisari
dioleh berbagai sumber
Lihat Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
Ia lahir pada sekitar 1483 sebagai putra dari Syekh Khaliqul Idrus, seorang ulama dari Parsi yang datang ke tanah Jawa dan menetap di Jepara pada sekitar 1400 Masehi.
Baca juga: Mataram Berdarah! Rara Oyi Calon Istri Raja Diculik dan Disetubuhi Putra Mahkota
Sedangkan ibunya adalah putri seorang ulama dari Gujarat yang lebih dulu datang ke tanah Jawa. Sultan Trenggono berhak atas takhta Demak karena Pati Unus meninggal tanpa keturunan.
Sultan Trengggono merupakan adik Pati Unus, menantu R. Fatah yang menjadi Raja Demak ke-2. Demak merupakan negeri yang besar dengan kotanya yang memiliki 8.000 hingga 10.000 rumah.
Ayah Trenggono adalah kesatria yang bijak dalam mengambil keputusan, sedangkan kakeknya berasal dari Gresik. Sebagian sumber menyebutkan, kakek Pate Rodim adalah budak dari penguasa Demak sebelumnya, dan sebagian lagi mengatakan dia seorang pedagang.
Pate Rodim memiliki hubungan erat dengan para penguasa lainnya, karena semua putri dari ayahnya dan kakeknya menikah dengan pate-pate di Jawa. Pate Rodim bahkan telah menaklukkan Palembang, Jambi, Kepulauan Monomby, dan banyak pulau lainnya.
Sebagai penguasa, Pate Rodim memiliki banyak prajurit, sekitar 30.000 di Jawa dan 10.000 di Palembang. Ia terus-menerus berperang melawan Guste Pate dan pate Tuban. Ia telah kehilangan banyak orang akibat perang, kemiskinan, sehingga harus memohon perlindungan dari Malaka.
Pada zaman Sultan Trenggono, Demak mencapai puncak kejayaannya. Hampir seluruh Pulau Jawa menjadi wilayah kekuasannya. Belum lagi kerajaan-kerajaan di luar Jawa seperti Madura, Sumatera dan Kalimantan.
Pencapaian Demak pada masa pemerintahan Sultan Trenggono pun sangat banyak, termasuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada 1527.
Sebelum Sultan Trenggono naik tahta, sebenarnya terjadi persaingan ketat antara dirinya dan kakak tirinya Raden Kikin. Waktu itu Raden Kikin digadang-gadang akan menggantikan Pati Unus yang telah wafat, sebab ia merupakan anak yang lebih tua dari Trenggono.
Persaingan antar keluarga sama-sama anak Raden Patah itu kemudian memuncak setelah Raden Trenggono menolak Raden Kikin sebagai Sultan Demak selanjutnya, sebab menurutnya dialah yang pantas menggantikan kakaknya menjadi Sultan karena ia terlahir dari permaisuri utama.
Ketegangan antara sesama anak-anak Raden Patah itu kemudian menemui puncaknya, Raden Kikin dibunuh oleh anak Raden Trenggono yaitu Raden Mukmin (Sunan Perwata). Pembunuhan itu dilakukan di tepi sungai, sehingga selepas peristiwa itu Raden Kikin kemudian disebut sebagai Pangeran Sekar Seda Ing Lapen maksudnya Pangeran yang gugur sebagai Bunga di Sungai.
Baca juga: Rara Tepasan, Istri Sunan Gunung Jati yang Menghilangkan Budaya Sunda di Keraton Cirebon
Penyebar Islam di Jawa Tengah
Sultan Trenggono di samping menaklukkan wilayah juga menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa Tengah. Sultan Trenggono dikenal sebagai menjadi pemimpin yang pandai, baik dan berbudi luhur.
Selama memerintah, dikenal tegas dan ketat dalam menegakkan hukum yang ada. Sultan Trenggono juga memerintahkan rakyatnya untuk mematuhi perintah-perintah ajaran agama Islam juga aturan-aturan dalam Jaya Langkara. Jaya Langkara yaitu sebuah karya tentang prinsip hukum dan aturan Islam.
Semasa dipimpin Sultan Trenggono, Islam telah berhasil ditanamkan dengan kuat di Pulau Jawa. Masjid-masjid dibangun dan perjanjian membangun kerukunan dan perdamaian berhasil dibuat dengan Raja Kalimantan, Bali, Palembang, Singapura, Indragiri, dan lainnya
Sultan Trenggono wafat 1546 M saat memimpin ekspedisi militer untuk menundukkan Panarukan Jawa Timur yang tidak mau mengakui kekuasaan Kasultanan Demak. Makam Sultan Trenggono berada di kompleks Masjid Demak, di cungkup khusus bersama keluarga terdekat dan para pembantunya. Makam ini bersebelahan dengan Makam Sultan Fatah dan Raden Pati Unus.
Keluarga Sultan Trenggono
Semasa hidupnya, Sultan Trenggono dikisahkan memiliki dua orang Permaisuri, yaitu Putri Nyai Ageng Malaka dan Putri Sunan Kalijaga.
Dari kedua kedua istrinya Sultan Trenggono memperoleh sembilan orang anak yaitu Ratu Mas Pembayun, Raden Mukmin (Panembahan Prawata), Ratu Mas Pamantingan, Ratu Mas Kalinyamat, Ratu Mas Arya Ing Surabaya, Ratu Mas Katamban, Ratu Mas Cempaka (istri Hadiwijaya Sultan Pajang=Jaka Tingkir), Panambahan Mas Ing Madiun, Ratu Mas Sekar Kedaton.
Sumber tulisan:
historyofcirebon
intisari
dioleh berbagai sumber
Lihat Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
(msd)