Para Tokoh Kampung di Surabaya Sepakat Tolak Perpanjangan PSBB

Senin, 08 Juni 2020 - 13:44 WIB
loading...
Para Tokoh Kampung di...
Tokoh kamoung di Kota Surabaya, sepakat menolak perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya Raya. Foto/Ilustrasi/Dok.SINDOnews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini melalui perwakilan Pemkot Surabaya telah mengusulkan ke Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa agar tak ada lagi perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Jilid IV di Surabaya.

(Baca juga: Parikan Khas Surabaya Hangatkan Penyaluran BST di Kantor Pos )

Usulan tersebut disambut baik oleh para tokoh kampung di Kota Pahlawan ini. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Mulyorejo, Kota Surabaya, Hariyanto mendukung penuh usulan Risma, panggilan Tri Rismaharini tersebut.

Pemkot Surabaya telah melakukan tindakan tepat dan terukur dengan menggerakkan rapid test masal di berbagai penjuru Surabaya. Hal itu bagian dari mitigasi penanganan dan pencegahan COVID-19.

"Dari sisi kesehatan sudah betul, dan ke depan protokol kesehatan harus terus diperketat seperti kata Bu Risma. Maka kami support Bu Risma agar tidak memperpanjang PSBB di Surabaya," ujar Hariyanto, Senin (8/6/2020).

Dia menambahkan, selama PSBB, roda ekonomi rakyat kecil tidak berputar dengan baik. "Jika PSBB tidak diperpanjang, ekonomi bisa kembali bergerak. Sejalan dengan itu, kita perketat protokol dan pengawasan berbasis kampung, seperti yang sudah dilakukan Pemkot Surabaya dan kepolisian dengan gerakan Kampung Tangguh Wani Suroboyo," imbuh Hariyanto.

(Baca juga: Istri Melahirkan, Pemain Bajol Ijo Ini Sempat Dilanda Ketegangan )

Ketua RW 8 Kampung Maspati, Kecamatan Bubutan, Sabar Suwastono mengatakan, memang akan jauh lebih baik memaksimalkan peran RT/RW guna menguatkan "Kampung Tangguh Wani" yang diinisiasi kepolisian dan Pemkot Surabaya. "Ini sebagai bagian dari pemberdayaan kampung guna pencegahan penyebaran COVID-19," ujarnya.

Menurut dia, penguatan kampung bisa menjadi solusi untuk menekan penyebaran Covid-19. Karena RT/RW yang menjadi pemerintahan terkecil harus lebih dilibatkan dalam penanganan pandemi virus corona. "Kampung Tangguh Wani itu adalah solusinya. Sehingga melibatkan RT dan RW untuk menekan itu," tambah pria yang juga menjabat Ketua Komunitas Kampung Nusantara tersebut.

Sabar juga menyarakan, pemerintah perlu menguatkan ekonomi pangan di perkampungan karena sejak PSBB diberlakukan kondisi perekonomian warga perkampungan menjadi serba sulit. "Kita capek, banyak yang stress," ujarnya.

(Baca juga: 1 Anak di Malang Positif COVID-19, Isolasi Mandiri Rentan Penularan )

Terpisah, Ketua RT 2 RW 3 Ketintang, Kecamatan Gayungan, Andry Herdianto mengatakan, jika PSBB dilanjutkan, maka ekonomi warga akan susah bangkit kembali. Menurut Andry, PSBB tak perlu diperpanjang. "Untuk mencegah penyebaran COVID-19 di wilayahnya, RT/RW perlu lebih meningkatkan protokol kesehatan di kampungnya," terangnya.

Ketua LPMK Kelurahan Penjaringan Sari, Kecamatan Rungkut, Erwin Tjahyuadi menambahkan, sinyal dari Wali Kota Risma untuk tidak ingin memperpanjang PSBB adalah langkah yang tepat. Dampak PSBB, kata dia, telah memukul ekonomi rakyat kecil. Padahal, dengan protokol kesehatan yang ketat, sebenarnya ekonomi tetap bisa digerakkan.

"Contohlah Taiwan, pemerintah setempat memberikan arahan tentang new normal life. Menggunakan masker, physical dan sosial distancing, cuci tangan, ini yang dijalankan. Alhasil perekonomian tumbuh. Di Surabaya kan sudah ada Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo, itu kita maksimalkan," ujarnya.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1626 seconds (0.1#10.140)